Chapter. 3

1.7K 276 96
                                    

Manu Sebastian Winata adalah definisi sebenarnya dari seorang Adik idaman.

Tapi, Alan menekankan hal itu dengan beberapa pengecualian.

Manu Sebastian Winata adalah definisi sebenarnya dari seorang Adik idaman jika tanpa sifat jahil, tengil, arogan, egois dan kekanak-kanakkannya. Oh, mungkin masih banyak sifat menyebalkan yang masih bisa Alan sebutkan. Hanya saja ia merasa malas terlebih dahulu.

Seorang Manu hanya jauh dari ekspektasinya.

Alan hanya bisa menganga saat melihat betapa berbedanya sosok itu di hadapannya. Manu akan bertingkah seakan bahwa cowok bule itu bukanlah seorang Manu Winata; Si Aktor muda yang tengah naik daun dengan pembawannya yang ramah, sopan dan juga penuh senyum.

Alan tidak mempunyai ide. Ia sempat berpikir bahwa image yang Manu bawa sebagai seorang aktor adalah pembawaan dan sebuah keharusan untuk profesinya. Itu seperti jaga image untuk istilah kerennya.

Sejak pernikahan yang terjadi antara Ibunya dan Ayah Winata, Alan seperti harus terbiasa melihat dan menerima sikap dan sifat Manu yang sungguh di luar dugaan. Ia tidak mengerti tapi cowok bule itu seakan suka sekali untuk mengerjai atau mengjahilinya.

Awalnya Alan tidak keberatan, toh ia tidak pernah mempunyai seorang Adik dalam seumur hidupnya. Lagipula tidak semua orang bisa mendapatkan seorang Adik yang juga adalah seorang bintang seperti Manu Winata. Ia membiarkan cowok itu untuk bersikap clingy padanya. Pun ia tidak masalah ketika Manu bermanja-manja pada Ibunya karena menurutnya, itu bukan sesuatu yang mudah saat kau kehilangan seorang Ibu ketika kau masih kecil.

Manu adalah seorang yang humble. Alan mengakui hal itu. Terbukti dari tingkahnya yang seakan langsung terbiasa ketika ia dan Ibunya pindah dan tinggatinggal bersama dengan mereka. Setidaknya itu adalah apa yang Alan lihat, ia tidak yakin pada kenyataan yang sebenarnya. Tapi di samping itu, Manu seperti tipe yang mudah akrab dan mudah beradaptasi dengan orang baru.

Segala tingkah Manu adalah normal. Tapi itu menjadi kebalikannya jika sudah berhadapan dengannya. Alan tidak habis pikir. Cowok bermata hijau itu suka sekali untuk mencecoki sesuatu yang berhubungan dengannya. Seperti pagi ini.

Alan mengolesi roti panggangnya dengan selai coklat. Selai coklat adalah favoritnya. Jadi ia akan selalu merasa excited untuk memakan roti panggangnya bersama selai tersebut.

Ketika selesai, Alan bersiap untuk mengigit roti yang telah diolesi selai favoritnya. Mendekatkan roti tersebut pada mulutnya ketika tiba-tiba saja benda itu menghilang.

"Manu."

Itu seruan Sang Ibu. Alan pun menatap cowok yang namanya diserukan oleh Ibunya. Tersangka yang sudah mengambil roti panggang-yang-telah-ia-olesi-dengan-selai-coklat. Alan mendengus dengan sangat sebal melihat cowok bernama Manu Winata tersebut.

"Ambil sarapan kamu sendiri, Manu." Kali ini suara Ayah. Sosok Manu tersebut hanya meringis kemudian duduk di samping Alan.

"Nggak apa-apa, Yah. Alan bisa ambil lagi."

Alan mencoba mengalah. Lalu melayangkan tatapan super tajam saat matanya menangkap Manu yang memberinya senyuman mengejek. Cowok itu benar-benar menyebalkan.

Akhir-akhir ini Alan harus menahan emosinya yang entah kenapa mudah sekali tersulut jika sudah bersangkutan dengan sosok itu. Sosok yang bahkan belum genap satu bulan tinggal bersamanya.

Ayah Winata adalah Ayahnya yang baru. Laki-laki yang sangat baik, di mata Alan. Beliau juga memperlakukan Ibu dan dirinya dengan sangat baik, bahkan terlalu baik. Alan cukup menyukai Ayahnya yang baru. Ia mencoba untuk menghormati Ayahnya itu.

When Love Finds Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang