Alan terusik dalam tidurnya.
Ia bisa merasakan tempat tidurnya bergerak, tubuhnya tergeser pelan. Seketika, ia membuka matanya dan mendapati pemandangan dimana Manu yang tengah mendusel padanya di bawah selimut. Sosok itu berusaha mendekat dan menempel padanya dengan mata tertutup.
Apa sih yang sedang dilakukan sosok itu di kamarnya? Di atas tempat tidurnya? Ini masih pagi, yang benar saja. Alan mendengus keras. Perasaan sebal menguasainya.
Tubuhnya bergeser ke sisi tempat tidur dan Manu mengikuti gerakannya. Cowok bule itu tidak membuka matanya. Alan menghela nafas.
Jika diingat, Manu tidak di rumah ketika Alan menaiki tempat tidurnya semalam. Cowok itu tengah menjalani shooting untuk drama barunya. Tapi Manu selalu dan tetap akan pulang ke rumah walau sepertinya sosok itu tengah sibuk. Mungkin Manu pulang larut malam atau pagi dini hari.
Tapi kenapa sosok itu berada di sini dan tidak tidur di kamarnya sendiri?
Manu memakai beanie berwarna coklat madu pada kepalanya dan sebuah kacamata yang bertengger di atas hidungnya. Sosok itu memang mempunyai kebiasaan aneh untuk memakai kacamata selama di rumah, bahkan ketika pergi tidur sekalipun. Tapi sosok itu tidak pernah memakai kacamata miliknya untuk keluar rumah. Benar-benar kebiasaan yang sangat aneh. Alan belum merasa terbiasa dengan itu.
Alan menebak bahwa sosok itu tidak mengganti bajunya setelah pulang ke rumah dan langsung menyusul Alan ke tempat tidur. Alan mencoba untuk memaklumi. Sosok bule itu mungkin terlalu lelah untuk sekadar berganti baju.
Alan menggapai ponsel miliknya yang berada di atas meja nakas dengan tangan kanannya. Di sana tertera waktu saat itu. Ini masih belum genap jam enam pagi. Ia masih mengantuk dan udara terasa dingin karena memang akhir-akhir ini hujan turun dengan frekuensi yang cukup sering.
Tapi ia merasa tidak bisa melanjutkan tidurnya. Tidak dengan keberadaan Manu di sini. Alan menghela nafasnya kembali. Tubuhnya bergerak, ia ingin mencuci mukanya. Tapi niatnya itu hanya sebatas niat. Manu lebih dulu menahan tubuhnya. Cowok itu bahkan melayang di atas tubuhnya dan menyembunyikan wajahnya di antara perpotongan leher milik Alan.
Tentu saja Alan memberontak. Ia tidak menyukai posisi ini. Ia tidak bisa menahan berat tubuh cowok itu di atas tubuhnya. Sebisa mungkin, Alan mendorong sosok Manu di atasnya dan itu hanya sebuah kesia-siaan saat tubuh Manu tidak bergerak seincipun dari posisinya.
"Manu, berat."
Alan masih mencoba untuk mendorong. Ia mendengus lega saat akhirnya Manu mengangkat kepalanya dan menahan tubuhnya untuk tidak lagi menindih Alan. Ia menatap cowok bule di atasnya.
"Ngapain sih? Tidur di kamar sendiri sana." Alan menegur. Ia menatap wajah mengantuk milik Manu yang herannya terlihat good-looking. Alan berdeham.
"Ngantuk."
Manu berkata dengan suaranya yang dalam dan serak, berbanding terbalik dengan gesturenya yang tengah memajukan bibirnya dan membuat ekspresi merajuk seperti anak kecil. Alan yakin sosok itu tidak menyadari akan tingkahnya sendiri dan Alan menemukan itu sebagai sesuatu yang lucu.
Tidak ada satupun fans dari sosok itu yang akan melihat Manu dengan keadaan seperti ini. Alan terkekeh. Manu Winata dengan wajah mengantuknya dan suara yang terkesan merajuk itu adalah sesuatu yang menggemaskan.
Alan mengakui hal itu.
"Tidur lagi sana di kamar sendiri." Alan mencoba memberi saran. Tapi Manu memberinya sebuah gelengan kepala. Alan hampir merotasi kedua bola matanya.
"Ya udah tidur di sini aja," Alan memutuskan untuk mengalah. Tapi tangannya kembali mendorong sosok itu. "Tapi menyingkir dulu, aku mau bangun." Katanya dan Alan merasa dongkol saat Manu kembali memberinya sebuah gelengan kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Love Finds Love [END]
General FictionWhen Love Series #5 - When Love Finds Love © sllymcknn Manu berada pada titik ingin mengakhiri semuanya karena rasa kehilangan yang ia alami. Namun dunia mempertemukannya dengan Alan, seseorang bak cerminan dirinya. Ketika Manu merasa tidak sendiria...