Chapter. 10

1.1K 155 56
                                    

“Ayah, Manu pengen bicara.”

Manu mendatangi kantor Ayahnya siang itu. Ia duduk di sofa yang terletak di dalam ruangan kantor milik Sang Ayah.

Sudah satu minggu sejak hari ulang tahunnya dan ia tidak pernah melihat Sang Ayah. Manu tidak menampik fakta bahwa ia merindukan Ayahnya. Lagipula ada beberapa hal yang harus Manu katakan pada sosok itu. Jadi mau tidak mau, bisa atau tidak bisa, Manu harus bertemu dengan Ayahnya hari ini juga.

Ayahnya sudah pulang dan Manu tidak pernah mempunyai kesempatan untuk bicara. Padahal banyak sekali hal yang ingin Manu katakan. Namun itu terasa sangat sulit. Ayahnya bahkan tidak mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Namun itu sudah tidak penting lagi.

Semua orang yang berpapasan dengan Manu menyapanya saat ia menginjakkan kakinya pada kantor Ayahnya. Tentu saja mereka mengenalnya, ini bukan kali pertama Manu menginjakkan kakinya pada gedung super besar itu. Manu bahkan hafal dengan beberapa staf di kantor milik Ayahnya tersebut. Namun kedatangannya kali ini hanya untuk menemani Ayahnya.

Tentu saja Manu tidak datang dengan tangan kosong. Sebelumnya Manu sudah menanyakan tentang schedule Ayahnya pada asisten sosok itu. Asisten Ayahnya berkata bahwa siang ini Ayahnya tidak mempunyai jadwal apapun jadi Manu menjadikan itu sebagai sebuah kesempatan untuknya. Manu mengerahkan semua keberaniannya untuk menatap dan bicara pada Sang Ayah.

Ayah berada di hadapannya. Sosok itu memakai setelan jas berwarna hitam. Jika melihat Ayahnya, Manu seperti bercermin. Atau lebih tepatnya, Ayah adalah versi tua Manu. Mungkin saat muda dulu, Ayahnya terlihat seperti Manu. Walau sekarang, Ayahnya masih terlihat ganteng, tentu saja. Pantas saja Bunda memilih Ayah.

When Love Finds Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang