Lapangan Basket menjadi sasaran tempat kedua gadis dihukum. Lari dilapangan tujuh kali sudah tidak asing lagi tapi ini kali pertama mereka dihukum.
Pak Kusyono guru sejarah sekaligus guru yang menjabat dibidang kesiswaan tidak pernah tanggung-tanggung menghukum muridnya walaupun kesalahan mereka masih tergolong bisa dimaklumkan.
Adis menyeka keringat yang ada dipelipisnya. Padahal masih jam 09.46 WIB tapi matahari sudah sangat menyengat seolah menyuruhnya untuk istirahat dan segera mencari tempat yang teduh.
Tapi Pak Kusyono atau lebih akrab dipanggil Pak Kus, emang guru tidak berperasaan seperti memiliki banyak mata-mata yang terpasang disetiap sudut lapangan, setiap ia mencuri-curi untuk istirahat sebentar. Suara menggelegar dari lantai dua dimana kelasnya berada langsung menyeruak masuk ketelinga. Membuat Adis berkali-kali harus menahan diri untuk tidak mengumpat.
"capek gilaaaa, kenapa sih guru Genesis nyebelin semua. ngomong ANJING doang sampe dihukum, dasar Paku bangkotan" Adis terkekeh mendengar geruntuan Nansya yang menyebut pak Kus menjadi paku bangkotan. Jika ditanya kenapa? panggilan paku agar lebih singkat saja dan bangkotan sudah pasti karena umurnya yang sebentar lagi akan pesiun.
"otw pindah Internasional school nih lah gue"
"alah bacot maneh teh, lo les sampe jual ginjal dulu biar bisa setara sama otak titisan albert" ucap Adis mendudukan diri disamping Nansya.
"kampret, kalo ngomong suka bener" ucap Nansya lalu terkekeh pelan.
"makanya jangan bego Nan. Nih ya gue sih gamau sombong tapi gue tuh aslinya pinter sayangnya guru pas nulis nilai dirapot matanya pada kena sawan semua jadi jelek"
"alah tai" menoyor kepala Adis, membuat Adis mendelik tak suka "Pr masih nyontek Diba aja banyak gaya"
Mendengar itu, senyum menyebalkan tercetak di wajah Adis "hidup harus bermanfaat, buat apa punya temen pinter kalo gak dimanfaatin ya kan?" menarik turunkan alisnya.
"serah lo serah"
"NANSYA WOY KANTIN YUK"
Teriakan dari ujung lapangan membuat kedua gadis itu spontan melihat kesumbernya. Empat orang gadis cantik berdiri seraya melambai-lambaikan tangan, memberi sinyal keberadaannya.
Adis kembali mengalihkan pandangannya, tanpa berniat membalas lambaian tersebut. Berbeda dengan Nansya yang langsung disambut dengan senyuman tak lupa tangannya ikut melambai.
"Dis gue duluan ya, ikut ga?" yang ditanya hanya menggelengkan kepala, membuat Nansya mengangguk mengerti lalu berlari menjauh menghampiri teman-temannya.
Adis menghela nafas, selalu seperti itu. Mereka teman sekelas tapi seolah tidak saling kenal. Keberadaannya seolah terlalu kecil untuk terlihat.
Adis bangkit, mengebas-ngebaskan roknya yang kotor karena debu. Berada dilapangan terlalu lama membuat tenggorokannya cepat merasakan haus. gadis itu Melangkahkan kaki sendiri menuju kelasnya, membelah kerumunan orang yang asik nongkrong dikoridor, jika sudah seperti ini ia merasa seperti terkucilkan. Jalan sendiri ditengah keramaian.
🚀🚀🚀
Lantai tiga merupakan tempat yang stategis untuk melihat sekeliling sekolah seperti yang dilakukan Keano Viarlo Megantara atau yang biasa disapa Keano, cowok yang dikenal dengan ketegasannya dan tidak lupa otaknya yang kelewat encer itu menyandarkan badannya ke pilar. Matanya fokus dengan objek yang berhasil mencuri perhatiannya."No kantin kagak lo?" tanya Dion teman sekelas Keano, yang baru saja keluar dari dalam kelas.
Keano diam, matanya enggan untuk beralih. Detik berikutnya, Keano terkekeh pelan. Entah sudah berapa kali melihat tubuh gadis yang menjadi objeknya sedari tadi terus terhuyung akibat tubuh kecilnya memaksakan diri membelah kerumunan orang. Ditambah dengan muka kesalnya yang terlihat mengenaskan membuat Keano mati-matian menahan tawanya.
"ck, ditanyain malah haha hihi haha hihi"
"liatin apa sih lo ampe segitunya?" tanya Dion, matanya mencari-cari objek yang membuat Keano sampai mengabaikannya.
"kepo, ayo kantin" ucapnya berjalan meninggalkan Dion.
"anjir ditinggal, tungguin woy!" teriak Dion, dengan langkah lebarnya ia mensejajarkan langkahnya dengan Keano.
Pusat perhatian sudah menjadi makanan mereka sehari-hari. Dion, ketua club silat Genesis dan Keano yang merupakan ketua pramuka kepercayaan kepala sekolah dan pembina karena kinerjanya yang gesit tidak lagi diragukan.
Bukan rahasia umum, jika itu semua menjadi alasan untuk perempuan yang sekarang sedang memperhatikan mereka mengincarnya. Dari fase sekedar mengagumi sampai halu jadi prioritas mereka.
"Ah, nanti kalo gue lulus gue bakal kangen diteriakin kayak gini" ucap Dion, mengedipkan mata kesalah satu gadis yang ia lewati.
"kayak lo bakal lulus aja"
"wah belum tau, gue pinter keturunan sultan yang otw enam tahun lagi bakal jadi DPR"
"Lo jadi mahasiswa, lo demo DPR dan giliran lo jadi DPR lo yang tinggal didemo sama mahasiswa baru. Mampus lo, gue bantu hujat"
Dion berhenti didepan Keano, kedua tangannya terkepal bersama kuda-kuda yang sudah siap "bogem mentah orang laper lebih kuat dari pada preman, bisalah bikin mulut cabe lo mencot dikit"
"ck, buru gue traktir" ucapan Keano membuat senyum terbit muncul dibibir Dion. Selain pintar Keano pandai membaca pikiran orang, bukan cenayang. Tapi membaca lewat gestur dan mimik muka lawan bicaranya.
"Lo emang sohib gue no kaleng-kaleng" merangkul bahu Keano dari belakang.
"oh iya, tadi kata pak Catur lo disuruh keruangannya sekarang" ucap Dion menghentikan langkah Keano.
"sekarang?" Dion menganggukan kepala santai membuat Keano membulatkan mata terkejut "KENAPA LO GAK BILANG DARI TADI ANJIR?!" ucap Keano kesal, detik berikutnya ia langsung berlari kearah yang berlawanan dengan kantin.
"kan gak ada yang tanya" gumam Dion bingung.
-----------------------------------------------
HALO READERS ORANGE.
.
.Jangan lupa untuk terus dukung aku dengan cara vote dan komentar ya.
Kritik dan saran dari kalian akan aku terima.
Ajak teman kalian untuk baca ADISTRA.
.
.RAMAIKAN ADISTRA DI INSTASTORY INSTAGRAM KALIAN LALU TAG @_NUNIKFTRNY
.
.Terimakasih
See you!
Cirebon, 13 januari 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
ADISTRA
Teen FictionAda kalanya keluarga berperan penting dalam mematahkan semangat seorang anak. "Yang jauh memberi dukungan. Yang dekat malah menjatuhkan." Dibuat tgl 13 Januari 2020