Happy Reading🚀
Adis baru saja keluar dari gedung tempatnya les. Gadis itu melirik jam dipergelangan tangannya. Masih jam setengah delapan, namun udara dingin sudah menyeruak menerpa kulit belum lagi langit yang lebih gelap, mungkin akibat hujan sore tadi. Membuatnya memilih berdiri dibawah lampu jalan menunggu angkutan umum lewat.
"apa angkot udah gak lewat ya? tapi masa sih masih jam segini kok, masih sore"
"mungkin bentar lagi" gumam Adis terus memperhatikan jalan sampai netra matanya menyipit lantara lampu motor yang menyorot tajam mendekat kearahnya.
Motor ninja, helm full face, jaket hitam senanda dengan jeans yang terdapat sobekan dibagian lutut membuat Adis mundur beberapa langkah, memeluk erat buku tebal ditangannya. Adis melirik sekitarnya, sepi! alamat buruk untuknya. Buru-buru gadis itu berjalan pergi, putar balik ketempat les nya tadi.
"tunggu! mau kemana? les lagi?" ucap cowok tadi, mencekal pergelangan tangan Adis.
Adis menggigit bibir bawahnya, menatap cowok yang masih tertutup helm itu dengan wajah memelasnya.
"aduh ampun mas, mas salah orang deh. jangan culik saya, saya gak punya duit mau balik aja saya nunggu angkot bukan taksi"
"saya gak les kok mas, tadi cuman numpang duduk dengerin ceramah doang. Percaya deh mas percaya" keluh Adis terus menundukkan kepalanya.
"lagian nih ya, kalo mas culik saya bukannya untung tapi rugi mas. Saya itu makannya banyak lebih banyak dari kuli bangunan, kalo cuman dikasih makan seporsi warteg mah kurang nanti saya langsung pingsan. Siapa yang rugi? mas kan, makanya mas jangan culik saya ya"
Terdengar decakan kesal, membuat Adis semakin menggigit bibir bawahnya, takut.
"Bawel! siapa yang mau culik lo ha?! banyak minusnya dijual juga gak laku"
Sadis!
"eh enak aja saya banyak minusnya, mata mas ini bolot atau apa sih! gak liat apa saya cantiknya mirip irene red velvet yang nyanyi psycho tau gak mas? jangan-jangan mas taunya cuman lagu medok janji ya?" ucapnya masih menatap cowok dihadapannya dengan jengkel.
"kudet" cibir Adis
"udah ngocehnya?" tanyanya seraya membuka helm yang sedari tadi menutupi wajahnya.
Terlihat sekarang, dibawah remang lampu jalan wajah cowok yang sangat familiar didepannya.
"KAK KE! JADI YANG MAU CULIK AKU ITU KAKAK?!" pekik Adis tanpa mampu menutupi keterkejutannya.
Keano melotot, buru-buru ia membekap mulut Adis sebelum suara nyaring itu kembali bersuara.
Terdengar rancauan protes dari gadis didekatnya ini. "diem, jangan teriak" peringat Keano lalu menjauhkan tanganya membuat gadis itu menghirup napas banyak-banyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADISTRA
Teen FictionAda kalanya keluarga berperan penting dalam mematahkan semangat seorang anak. "Yang jauh memberi dukungan. Yang dekat malah menjatuhkan." Dibuat tgl 13 Januari 2020