Bukan hal biasa bagi Adis berada ditengah-tengah keramaian tapi merasa seperti sendiri. Aneh, itu yang mungkin orang lain akan katakan untuknya saat ini. Tapi itulah Adis, Gadis tujuh belas tahun yang bisa dikatakan introvert dan bisa juga tidak. Ya, mungkin berada diambang karakter pendiam dan cerewet. Mungkin.
Mendeskripsikan seorang Adistra Firlanaya jelas susah, karena dia seperti seseorang yang memiliki berkepribadian ganda padahal tidak. Ha, Maksudnya? Ya bagaimana tidak. Jika berada dikelas dia pendiam bahkan untuk berbicara aja kadang hanya seperlunya, tapi jika sudah berkumpul dengan anggota pramuka? beuh gausah ditanya lagi bagaimana sikapnya. Sudah jelas sangat berbanding terbalik dengan apa yang ia lakukan dikelas.
Ini soal kenyamanan. Lihat sekarang ia berada ditengah-tengah orang yang masing masing punya kubu sendiri. Barisan depan, ada mereka yang sibuk dengan IOS nya masing-masing sambil membicarakan fashion dan tempat nongkrong instagramble terhits saat ini. Sedangkan barisan belakang sibuk bergosip-ria membicarakan ketua osis yang baru saja turun jabatan karena skadal yang diperbuat. Berbeda dengan laki-laki yang kumpul menyatu bermain gitar didepan kelas, layaknya seorang artis yang mengadakan live musik.
Jelas ini bukan tempat Adis. Adis penyuka ketenangan, tapi bukan berarti ia tidak suka keramaian. Adis suka, hanya saja bukan keramaian seperti ini. Ini jelas terlalu memuakan untuknya. Kadang Adis berpikir, Indonesia jelas-jelas mengayom semboyan 'berbeda-beda tetapi tetap satu jua' tapi kenapa masih banyak orang yang hanya berkumpul dengan orang yang mereka anggap setara, dan mengabaikan orang yang dianggap dibawah kesetaraan mereka. Jika dipelajaran PPKN, perbuatan mereka sudah pasti termasuk pelanggaran hak asasi manusia.
Adis meruntuki keputusannya yang menuruti keinginan Ayahnya, masuk jurusan IPA. Coba kalo ia berada di IPS mungkin ia tidak akan merasa memuakan seperti ini. Karena nyatanya IPA hanya identik dari murid pintar padahal jika sudah lulus mereka berbondong-bondong ikut ujian Soshum agar bisa masuk jurusan hukum diperguruan tinggi nantinya. Nyatanya hidup hanyalah tempat bermain.
"AAADIISSSS, ehehe" Panggil Nansya yang dibalas hanya lirikan mata, gadis yang paling sering berinteraksi dengan Adis didalam kelas itu menjatuhkan diri dikursi yang berada disamping Adis tak lupa handphone yang selalu berada ditangannya.
"apasi cengar cengir gajelas" ucap Adis, risi melihat Nansya yang terus memperlihatkan giginya.
"kasih gue pencerahan dong, pembaca wattpad lo kan banyak. Kali aja pas gue dapet pencerahan dari lo pembaca wattpad gue langsung wushhh banyak" pinta Nansya
"kasih nion sekalian biar cerah"
"ih serius Adis!!"
Bola mata Adis berputar malas mendengar suara Nansya yang sudah merengek.
"Ck, lagian lo minta pencerahan mulu. Mikir dong mikir ini kan cerita lo bukan cerita gue. Masa gue yang mikir"
Nansya mengerucutkan bibirnya "udah buntu Dis, bingung gue mau ngapain lagi"
"makanya kalo ada ide tuh langsung ditulis jangan dibiarin gitu aja diotak, lupa kan jadinya"
Dengan wajah bodoh ia mengusap tengkuknya "yah kan aku sibuk Adis, latian padus"
"Lo pikir gue gak sibuk? gue juga sibuk latian pramuka" ucap Adis ketus
"terus gimana sama nasib cerita gue? kasian pembaca gue digantungin mulu, help me help me" rengek Nansya, menggoyang-goyangkan tangan Adis
Gadis dengan bando yang selalu menghiasi rambutnya itu menghela napas lelah. Rasa tidak tega langsung menyapa perasaannya "yaudah ntar malem gue bantu, chat aja kalo sekarang gue males mikirnya"
Nansya mengerjap-ngerjap matanya tak percaya, tidak lama kemudian ia tersenyum lebar "AHHH ADISSS MAKASIH, EMANG ADIS TUH DABEST GAKETULUNGAN!!!"
"ALAPYUU ADISS" ucap Nansya heboh seraya memeluk Adis erat. Membuat gadis dipelukannya menepuk-nepuk punggungnya keras berharap pelukannya lepas.
"NANSYAAAA KAMPRET SESEK GUE!!" teriak Adis ketika Nansya dengan gak tau dirinya semakin mempererat pelukannya.
"ADISTRA FIRLANAYA, language" suara bariton terdengar menggema. Guru sejarah sekaligus guru kesiswaan sudah berdiri menyorotkan mata tajam didepan kelas, membuat Adis refleks mendorong tubuh Nansya agar menjauh.
Duggh
"ADUHHH, ADIS SIALAN ANJING KAMPRET!! pantat gue sakit njir!!" teriak Nansya yang terjatuh dari kursi karena dorongan dari Adis yang tidak berperasaan.
"NANSYA, ADIS IKUT BAPAK SEKARANG!"
-----------------------------------------------------
HALO READERS ORANGE.
.
.Jangan lupa untuk follow akun wp aku biar tau info updatenya terus dukung aku dengan cara vote dan komentar ya.
Insyaallah update seminggu sekali. Doakan biar gak jadi manusia sibuk ya kawan wkwk.
Kritik dan saran dari kalian akan aku terima.
Ajak teman kalian untuk baca ADISTRA.
.
.RAMAIKAN ADISTRA DI INSTASTORY INSTAGRAM KALIAN LALU TAG @_NUNIKFTRNY
.
.Terimakasih
See you!
Cirebon, 13 januari 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
ADISTRA
Ficção AdolescenteAda kalanya keluarga berperan penting dalam mematahkan semangat seorang anak. "Yang jauh memberi dukungan. Yang dekat malah menjatuhkan." Dibuat tgl 13 Januari 2020