Suasana SMA Genesis hari ini tampak lebih ramai dari biasa --- dimana para murid disibukkan berlari dari gerbang menuju lapangan agar tidak terlambat upacara. Teriakan protes meminta agar satpam segera membuka pintu gerbang hanya karena telat satu menit.
Hari ini pemandangan itu berganti dengan suasana sibuk dari anak kelas 10 dengan wali murid yang keluar masuk gerbang membawa beberapa perlengkapan kemah. Alhasil kelas 11 sampai kelas 12 free lantaran guru-pun ikut disibukkan agar suasana sekolah tetap tertib dan tidak kacau.
Adis berdiri tidak jauh dari lapangan upacara, memperhatikan teman-temannya yang menjadi panitia perkemahan sedang membantu adik kelas mereka membawa kayu, tikar, galon, tongkat dan perlengkapan lainnya untuk disimpan didalam aula.
"Lo kok gak ikut mereka sih Dis? ih parah banget pasti lo magerkan terus kabur sembunyi disini biar gak disuruh-suruh" tuduh Diba yang berdiri disebelah Adis.
"Gue laporin kakak uhuy-uhuy ah biar lo dimarahin" ucap Kembali Diba ketika Adis hanya diam mengabaikannya.
Adis diam, pandangannya kosong seperti tidak bernyawa. Harusnya ia sekarang berada diposisi Keano menghandle teman-temannya untuk tetap pada tugasnya. Ingin ikut bergabung takut akan mengacau mereka.
"Gue udah keluar" Singkat Adis, setelah lama terdiam.
Diba menatap tak percaya "Ha keluar? kok bisa?"
"ya bisalah, buktinya gue keluar. Bege beut sih, malesin iyuh" ucap Adis dengan nada tidak santai berusaha menyembunyikan rasa sedihnya.
"ih ngeselin banget sih lo"
"Ngeselin itu nama belakang gue"
"Rese!"
"Rese, nama samaran gue"
"fucek anjir" umpat Diba mengacungkan jari tengahnya membuat Adis terkekeh geli.
"gak jelas mulu kalo ngomong" gerutu Diba
"jangan salah, rasa nyaman berawal dari obrolan gak jelas"
Diba memutar bola matanya jengah "efek kobam kena baper jadi ambyarr"
🚀🚀🚀
"Terimakasih untuk kerjasamanya hari ini. Inget kekompakkan adalah kunci kesuksesan acara jadi kakak minta tolong singkarkan dulu ego kalian masing-masing jangan sampai mengecewakan, oke"
"OKE KAK"
"Siap dilaksanakan?"
"SIAP LAKSANAKAN" Cowok tinggi yang sedari tadi memimpin itu bertepuk tangan menyemangati adik kelasnya.
"Yasudah, berhubung semua perlengkapan sudah tertata rapi kalian boleh kekantin pesan apa saja nanti pembina tercinta kita yang bayarin. Bukan begitu pak?" Melirik pak Catur yang berdiri tidak jauh darinya.
Pak Catur mendengus kesal "kamu emang paling bisa bikin saya bangkrut, Keano" ucapnya sambil meratapi uang lembaran biru yang ada didompet. Sontak semua yang berada diruangan tertawa.
Salma menggigit bibirnya, melirik kanan-kiri ada sesuatu yang mengganjal.
"kak" ucap Salma, mengangkat tangan penuh keraguan.
Suara tawa seketika terhenti, seluruh pasang mata menatap tanya kearah Salma.
"Iya, ada apa Salma?"
"eumm---keluarnya Adis gak bisa ditunda dulu ya kak?"
"Kita butuh Adis, walaupun ada kakak yang menghandle acara tapi kita tetep butuh Adis. Aneh rasanya kalo gak ada Adis" ucap Salma membuat teman-teman angkatannya ikut mengangguk setuju.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADISTRA
Teen FictionAda kalanya keluarga berperan penting dalam mematahkan semangat seorang anak. "Yang jauh memberi dukungan. Yang dekat malah menjatuhkan." Dibuat tgl 13 Januari 2020