10- KEMBALI DIPAKSA

22 5 4
                                    

18.00

Adis kembali melirik handphonenya yang terus bergetar. Gadis itu mengubah pengaturan ponselnya menjadi mode pesawat lalu menyimpan kembali kedalam saku seragam. Mengabaikan panggilan telfon dari Ayahnya yang sejak tadi meneror untuk segera pulang.

Padahal sejam yang lalu Adis sudah memberi kabar jika hari ini ia pulang terlambat dengan alasan akan ke toko buku membeli modul fisika edisi terbaru, tapi semuanya hanya bualan saja bukan toko buku yang ia kunjungin melainkan time zone tempat favoritnya.

"lo udah dicariin ya Dis?" tanya Salma, memperhatikan gerak-gerik Adis yang tampak tidak nyaman.

Adis mengerjap matanya, gerak tangan dituas penjapit boneka berhenti "ha? enggak kok" ucap Adis, acuh.

Salma menyenggol bahu Nanda memberi isyarat.

"anjir!!" ucap Nanda menepuk dahinya lalu mengedipkan sebelah matanya pada Salma.

"gue baru inget besok ada pr ekonomi. Pulang yuk"

"yah kok pulang, gue belum dapet itu boneka" ucap Adis, menunjuk boneka kecil mirip doraemon yang menjadi incarannya sejak tadi.

"Nanti aja ya, please. Sampe saldo gue abis deh janji. 40ribu lagi kok" mohon Adis memasang puppy eyes.

"Pulang sekarang aja yuk Dis. Nanti lo dicariin ayah lo. Tenang aja kita janji bakal temenin lo sampe dapet tuh boneka kalo perlu gue bayarin deh biar bonekanya abis lo borong semua, oke" ucap Salma, mengalungkan tangan kanannya kepundak Adis.

Adis menghela napas lelah

"bukan boneka yang gue cari tapi gue mau lebih lama lagi sama kalian. Gue udah keluar dari pramuka waktu kumpul kita semakin berkurang dan bisa jadi buat ngobrol aja gak bisa. Kalian sibuk kumpul buat event sedangkan gue? gue sibuk terkurung lebih lama"

Entah kenapa firasat Adis setelah ini tidak ada ketenangan yang ia rasakan, hanya rasa tertekan yang semakin menjadi.

🚀🚀🚀

"assalamualaikum"

Adis mendorong pintu utama rumahnya, sunyi itu yang dirasakan sekarang. Tidak ada yang menjawab salam membuatnya sedikit bernapas lega. Gadis itu menutup pintu perlahan tanpa menimbulkan suara. Derap langkahnya-pun mengendap-endap.

Baru akan menginjakan kaki dianak tangga, suara dari arah dapur berhasil mengejutkannya.

"udah puas seneng-senengnya?" sindir Given berjalan dari arah dapur membawa secangkir kopi lalu mendudukan diri diruang keluarga.

Adis membalikkan badan, meremas rok seragamnya menyalurkan rasa takut yang sekarang ia rasakan.

"Mana handphone kamu?"

"ha? bu--buat apa Yah?" ucap Adis sedikit terbata.

"cepet!" Tegas Given menaikan satu oktaf suaranya.

Dengan tangan yang sedikit gemetar Adis memberikan handphonenya tanpa berani menatap Given yang sekarang berada didepannya.

"Liat sekarang jam berapa? jam 7 malem. Ngapain aja kamu diluar sana ha?! sudah diijinin bukannya sadar diri malah ngelunjak" Ucap Given kembali, mengangkat ponsel Adis seraya memperlihatkan jam yang tertera jelas di lookscreen layar utama.

"Tugas kamu itu belajar, bukan keluyuran gak jelas"

"Jalan-jalan boleh, tapi jangan lupa waktu. Jangan ikut-ikutan temen, biarin aja mereka mau pulang sampe tengah malem juga gak bakalan dicariin. Beda sama kamu, selama masih ada ayah disini. Ayah bakal terus pantau kamu." ucap Given, melangkahkan kaki duduk diruang keluarga.

ADISTRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang