▪️15 Hari Lagi
Revel bukan orang yang suka membunuh waktu dengan karaoke. Pertama, ia sadar suaranya terdengar busuk. Kedua, ia adalah penikmat musik lewat telinga, bukan bibir.
Tadi setelah Revel mengatakan ingin bergabung, Wendy dan Yeriana tampak bingung. Keduanya saling pandang dan menyikut (seakan-akan berkata : gimana, nih?). Hingga akhirnya tahu-tahu Wendypun memutuskan untuk berkaraoke.
Sudah satu jam Revel merasa tolol sendiri. Duduk di ruangan berisik, remang-remang, dan menyaksikan Wendy bersama teman daringnya sibuk berdendang. Mereka menari. Tertawa. Berduet dengan lagu apa saja.
Sambil menopang dagu, Revel mengembus napas bosan. Kini Wendy dan Yeriana menyanyikan Swear It Again milik Westlife. Sebelumnya, mereka bergantian menyanyi berdasarkan urutan di video clip. Namun karena Swear It Again didominasi Shane Filan, makanya mereka menyanyikan lagu tersebut berdua. Dari awal sampai akhir.
Lagu lain berputar ketika Revel mengganti posisi menjadi bersandar. Ia memperhatikan Wendy dengan seksama. Gadis itu memang suka menyanyi. Tidak heran kalau ia tampak sangat menikmati waktunya.
Wendy sebenarnya bisa menjadi penyanyi——jika saja ia mau. Namun, entah apa alasannya, si Tupai Boncel jusrtu menolak jika disinggung-singgung agar dirinya ikut audisi. Katanya, ia memang suka menyanyi tapi ia tidak mau jadi penyanyi.
Waktu terus bergulir. Revel semakin menyesal kenapa tadi bilang ingin bergabung dalam suasana tolol ini. Hanya karena kecemasan tidak berdasar, mau-maunya ia bertingkah bodoh. Duduk. Diam. Menguap.
Ketika ia hendak membuang kebosanan dengan ponsel, ia sadar ponselnya kehabisan daya. Benda pipih itu sedang di-charge sekarang. Menggunakan pengisi baterai milik Wendy. Uh, ini membosankan!
Tepat pada saat ia mengeluh, Yeriana duduk sambil terengah. Rupanya ia kalah energi dengan Wendy. Pelipisnya berkeringat. Ia butuh rehat sejenak.
"Capek?" Revel basa-basi.
Yeriana mendongak kemudian melengos. Sama sekali tidak menjawab. Lewat sikapnya barusan, kentara sekali kalau ia tidak ingin bicara.
Sejak berkenalan tadi, gadis ini memang tidak lagi menegur Revel. Bahkan kalau Revel tidak salah terka, rasanya Yeriana ini terlihat keberatan dengan kehadiran Revel. Tidak ada senyum. Tegur. Sapa. Pokoknya seperti tidak menganggap keeksisan Revel.
"Bang, mau nyanyi nggak?" tanya Wendy yang dibalas gelengan kepala oleh Revel. "Ah, lo mah nggak asyik. Masak ke sini cuma diam?"
Suasana lengang sejenak. Musik berhenti. Sepi menerpa.
"Penyanyi favorit lo siapa, Bang?" tanya Wendy seraya duduk menghadap papan ketik. Ia berniat menarik Revel untuk tidak mati kutu. Mungkin dengan memainkan lagu dari penyanyi favoritnya, sang senior bisa masuk ke dalam suasana.
"Nggak ada."
"Masak nggak ada?"
Revel tetap menggeleng. Ia memang tidak pernah mengidolakan sesuatu. Setidaknya dalam waktu lama. Semuanya periodik. Ada saat di mana ia suka Taylor Swift, Red Velvet, dan Ada Band. Saat ini mungkin Jason Mraz dan Chrisye. Jadi, yah, ia tidak tahu siapa penyanyi favoritnya.
"Ri, mau nyanyi apa lagi kita?" kata Wendy kemudian.
"Gue masih capek. Lo saja."
"Speak Now gimana?"
Wendy mengetik judul lagu tersebut di kolom pencarian. Begitu memastikan Taylor Swift penyanyinya, ia langsung menaruh lagu tersebut di deretan paling atas. Maka lagupun langsung berputar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Sang Pemusnah Masal
General FictionRevel merencanakan kematiannya tiga minggu dari sekarang. Ada lima hal yang ingin dia lakukan sebelum mati. 1. Makan lima ayam goreng sekaligus 2. Menemui Papa atau Mama 3. Menyatakan perasaan pada Joyce 4. Berkelahi sampai babak belur 5. Making lov...