SELAMAT MEMBACA CERITA ADAM DAN ZAFINA:)
Cek typo!
Selamat malam, jam berapa kalian baca part ini?
Jangan lupa vote dan komennya, ya.Angin tidak berhembus untuk menggoyangkan pepohonan, melainkan menguji kekuatan akarnya.
-Ali bin Abi Thalib-
****
Ketika pagi tiba, senyum Zafina tidak bisa berhenti mengembang dalam setiap detiknya. Dia seperti akan meledak sekarang juga, karena amat bahagia.
Di depan kaca besar di kamar mandi, dia menelisik setiap celah tubuhnya. Ada beberapa tanda kepemilikan di sana. Iyap, tanda kepemilikan yang dibuat dengan sengaja oleh pasangan halalnya. Siapa lagi kalau bukan Adam?
Tangannya terarah pada permukaan perutnya. Apa sebentar lagi perut datarnya tersebut akan menyusul perut sang sahabat--Adela--yang sudah mulai membuncit? Betapa bahagianya Zafina, dia sudah menjadi milik Adam seutuhnya. Tidak hanya menjadi istri di atas kertas.
Ketukan pada pintu kamar mandi membuyarkan lamunan panjang Zafina, dia bergegas memperbaiki jubah mandinya--mengenakannya dengan benar kembali. Apa dia siap bertemu Adam sekarang? Ah, Zafina yakin pipinya sudah memerah sekarang.
Setelah menghembuskan napasnya panjang, dan meyakinkan diri untuk tetap santai, Zafina perlahan membuka pintu kamar mandi.
"Iya, Mas?" tanya Zafina. Ada sudah berdiri di hadapannya. Hanya menggunakan celana selutut, tanpa atasan apapun. Pria itu membiarkan tubuh bagian atasnya polos, tak tertutup kain apapun. Mata Zafina melebar seketika, apa tanpa merah pada dada pria itu adalah perbuatannya tadi malam? Argh! Sejak kapan dia menjadi gadis liar seperti semalam?
Adam benar-benar membuat Zafina merasa nyaman dan diinginkan dalam setiap perlakuannya. Hingga membuat seorang gadis kaku, dan tak pernah disentuh itu menjadi liat tak terkendali.
"S-saya mau mandi. Saya akan segera ke kantor."
Zafina segera mengangguk, masih dengan kepala menunduk--malu. Terdengar sesekali Zafina mencuri kesempatan menghembuskan napas untuk menetralkan detak jantungnya. "Aku buatkan sarapan sebentar."
Adam mengangguk, kemudian segera masuk ke dalam kamar mandi.
Sebelum ke dapur, Zafina lebih dulu mengganti jubah mandinya dengan pakaian santai tanpa lengan miliknya, dan tentu saja tak lupa menyiapkan setelan kerja sang suami.
Pagi ini, Zafina akan membuat beberapa makanan sehat yang baik dikonsumsi saat pagi hari.
Tidak memerlukan waktu lama, makanan tersaji rapi di atas meja. Baru saja ingin membuka pintu kamar--untuk melihat sang suami, Adam lebih dulu keluar dari dalam sana. Sudah rapi dengan pakaian kerjanya, hanya saja belum mengenakan dasi dan jasnya.
"Sarapan sudah siap, mau makan sekarang?" tanya Zafina, Adam mengangguk. Sebelum Zafina beranjak, Adam lebih dulu mencegah pergerakannya.
Kedua benda kenyal pria itu mendarat cepat pada permukaan dua benda kenyal milik Zafina. "Sebagai menu pembuka sebelum memulai sarapan," ucapnya begitu santai, ditambah tatapan yang begitu sulit dijelaskan.
Adam lebih dulu melangkah meninggalkan Zafina yang mematung di tempatnya menuju dapur. Menuruni setiap undakan tangga, seraya berucap, "Jangan mematung seperti itu, dibiasakan saja dengan apa yang baru saja saya lakukan. Karena mungkin saya akan melalukannya di setiap pagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
ZafinAdam (SUDAH TERBIT)
Romansa[ UNTUK PEMESANAN ZAFINADAM BISA HUBUNGI PENULIS] Menceritakan kisah dalam sebuah hubungan yang berliku. "Berharap agar sang Pencipta mempersatukan kita. Dan semesta merestui rasaku, lalu kau membalasnya dengan rasa yang sama." "Menikah dan menjadi...