The 5th Sin: 𝕲𝖑𝖚𝖙𝖙𝖔𝖓𝖞

1.4K 141 9
                                    

Liu Yangyang sangat suka makan.

Ia tahu, itu bukanlah hal yang baik bila ia terus melahap makanan tanpa henti. Tapi bukan salahnya kan, jika setiap kali ia selesai makan, perutnya masih juga meronta-ronta minta dijejali santapan. Lebih baik lagi, tubuhnya tidak mudah menggemuk. Jadi seharusnya, bukan masalah serius bila ia ingin terus makan, mengunyah, dan menelan.

Karena dia, Liu Yangyang, is the depiction of the neverending starvation, the fifth of the deadly sins: GLUTTONY.

 

 

Matanya menatap ke arah makanan yang tergeletak di atas meja nakas, kemudian beralih kepada sesosok pemuda lemah yang tubuhnya mulai mengurus. Selang infusnya baru saja dipasang oleh Dokter Moon, prior to the time when Xiao Dejun yanked it out, 'just for fun'.

Dokter Xiao seketika dipecat, meski ia tak tampak merasa bersalah sama sekali. Dan kini, Yangyang lah yang ditugaskan untuk menjaga pemuda ini. Membuatnya harus duduk diam di samping pemuda Mark ini tanpa melahap apapun selama sekitar — 3 jam, jika saat ini dihitung.

Ia tidak terlalu keberatan, terlebih melihat bahwa pemuda yang tergeletak tak berdaya itu — Mark Lee — nyatanya cukup manis, di balik semua tautan selang mesin dengan tubuhnya dan bunyi konstan mesin heart monitor.

"Hmm, aku lapar," ia menggerutu. Matanya sekali lagi terarah pada senampan makanan rumah sakit di atas meja itu. Rasanya pasti hambar — semua makanan rumah sakot terasa hambar — tapi makanan tetaplah makanan, dan Yangyang sudah lapar. Maka tanpa ragu-ragu ia berdiri, beranjak dari tempatnya duduk dan mengangkat nampan itu.

"Hey, makananmu kumakan, ya."

Tak ada jawaban. Tentu saja; Mark sedang terlelap, tampak lelah dengan dua buah kantung mata kembar di bawah matanya. Yangyang tidak peduli.

"Hmm, aku anggap diammu sebagai ya. Terima kasih banyak~"

Dan semenjak itu, Yangyang tidak pernah melewatkan harinya tanpa menyantap makanan Mark.

 

 

"Oh?" Dokter Moon terdiam sejenak, sebelum kemudian tersenyum hangat kepada Mark. "Apakah Mark sudah mulai menghabiskan makanannya? Kerja bagus, Mark."

Tangan hangat itu bergerak mengusap pucuk kepala Mark. Sedangkan Mark sendiri hanya berkedip, tidak mengerti.

Sejak kapan ia diberi makanan?

"Sepertinya Yangyang bisa melakukan tugasnya dengan baik. Kalau begitu, biar kutugaskan dia lebih sering untuk menjagamu."

"Yangyang?" Mark mengernyit, "Nama itu bahkan terdengar terlalu asing di telingaku."

Tapi demi mendapat perhatian lebih dan senyum hangat dari Dokter Moon, siapakah Mark untuk menolak semua rasa kebahagiaan singkat itu?

 

 

"Ah, siapa yang mengunyah makanan dengan sebegitu kerasnya?"

Mata Mark terasa begitu berat, mulutnya kering dan perutnya bergejolak minta diisi. Namun dengan segenap tenaga, ia membuka matanya, dan mendapati sesosok pemuda berpakaian perawat tengah mengunyah makan siang yang seharusnya dimakan oleh Mark.

"Hng?"

Kepala orang tiu seketika terarah kepadanya, matanya berkilat — kilatan yang beberapa bulan terakhor ini menjadi hal yang biasa Mark dapati pada mata orang-orang sekitarnya — sebelum ia mengernyit dengan wajah kesal.

"Ahh," dengusnya marah seraya membanting nampan berisi makanan yang telah habis setengah ke atas meja, "kenapa kau harus bangun di saat-saat seperti ini, sih?!"

Pemuda itu berjalan mendekati Mark, menatap Mark dengan tatapan tidak tertarik. Meski begitu, matanya terus terarah kepada bibir pucat Mark.

"Kalau saja kau itu sehat, maka bisa kupastikan bahwa kau adalah salah satu makhluk paling atraktif yang pernah kulihat."

Tangan Yangyang terarah kepada masker oksigen Mark, melepasnya perlahan dengan wajah datar. Mata Mark melebar, nafasnya dengan cepat memendek hingga terasa seperti ia tak lagi mampu mengambil nafas.

"Sayang sekali, kau sudah sekarat. Sekalian saja kan, kuakhiri penderitaanmu?"

Tubuh Mark meronta keras. Ia telah berusaha mengambil nafas, sungguh. Tapi entah mengapa, oksigen seperti tidak mau masuk ke dalam paru-parunya. Matanya mulai memberat, tak mampu untuk terbuka lebar. Tubuhnya juga mulai melemas, dan rontaannya perlahan terhenti.

Hal terakhir yang ia lihat sebelum matanya tertutup sempurna, adalah sosok Dokter Moon yang mendobrak pintu keras-keras dan meneriakkan namanya dengan penuh keputusasaan.


⸢ ii ⸥ sinners ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang