Aku dan Nolan sudah menjadi lebih dekat lagi sekarang, namun tidak ada satu pun orang yang tau mengenai kedekatan ku dengannya. Yah menurut kami itu jauh lebih baik, soal Athur aku pun sengaja tidak memberi taunya, dia akan berubah menjadi laki-laki yang paling posesif jika dia tau aku memiliki teman laki-laki selain dirinya. Athur itu terlalu pencemburu dan aku tidak suka dengan sifatnya yang satu itu.
Hari ini adalah hari terakhir aku bisa berada di kelas 8G, Karena minggu depan sudah mulai ulangan kenaikan kelas yang artinya sebentar lagi aku akan menjadi siswi kelas 9, dan itu tandanya aku tidak akan se kelas lagi dengan teman-temanku yang sekarang termasuk Nolan kita tidak akan lagi berada di kelas yang sama.
"Ca, lo ruangan berapa?" Athur datang menghampiriku dengan membawa sebuah coklat di tangannya.
"Ruang 16, kamu ruangan berapa Thur? Itu coklat buat siapa? " Tanyaku padanya.
"Yah kita beda ruangan dong Ca" ucapnya lirih. "Eh iya ini coklat buat lo Ca biar Caca gue gak sedih-sedih lagi. " lanjutnya dengan menaik turunkan sebelah alisnya, sungguh menyebalkan.
"Siapa coba yang sedih, aku gak sealay itu ya Thur. " bantahku dan mengambil coklat yang Athur berikan padaku.
"Gak sedih tapi coklatnya tetep diambil juga, dasar Caca sayang." ucapnya dan mencubit kedua pipiku.
_______________________________________
Semua murid sibuk dengan lembar jawabannya masing-masing, hari ini hari pertama ulangan dan belum apa-apa di jam pertama kami telah dihadapkan dengan soal matematika yang cukup menguras pikiran dan tenaga.
Aku sih biasa-biasa aja yah karena aku juga lumayan jago matematika, apalagi kemarin aku udah belajar banyak dengan Athur si ahlinya dalam matematika, tapi lihatlah teman-temanku yang mulai panik karena kurang dari setengah jam lagi waktunya akan habis dan mereka belum mengerjakan setengah pun dari 35 soal tersebut. Sebenarnya aku sudah selesai mengerjakannya tapi aku tetap berpura-pura menghitung agar mereka tidak meminta jawaban dariku seperti sebelum-sebelumnya, biarkan saja mereka ulangan dengan kerja kerasnya sendiri, kalo aku terus memberi tahu jawabannya kepada mereka lalu kapan mereka bisanya kan? Jadi kubiarkan saja mereka mengisi lembar jawaban dengan sebisanya.
"Stt. Stttstt, Car nomor 21 apa? " Aku menoleh kepada orang yang telah memanggilku, dia Nolan dan dia duduk tepat dibelakangku.
Aku hanya melihatnya sebentar kemudian kembali menghadapkan pandanganku kedepan.
"Aelah Car, bantuin gue dong gue masih banyak yang belum dikerjain nih." Ucapnya lagi dengan menusuk-nusukkan ujung pensilnya ke punggungku.
"Suruh siapa kamu gak belajar." Bisikku pelan karena takut ada yang melihat aku berbicara dengan Nolan.
"Gue belajar kok, tapi ya gitu gue lupa sama apa yang gue pelajarin. " Ucapnya membela diri.
"Ck. Bilang aja gak belajar, makanya kalo guru lagi ngejelasin didepan tuh dengerin simak biar paham, bukannya malah tidur." Ucapku dan meliriknya sekilas, kemudian aku berdiri dan berjalan kedepan untuk mengumpulkan lembar jawabanku.
"Ngapain kamu kedepan? " Tanya pak Budi padaku.
"Saya mau izin ke toilet pak, sekalian ini saya udah selesai ulangannya."
"Tapi kan bapak belum suruh ngumpulin lembar jawabannya, emang kamu udah yakin sama jawaban kamu? " Tanya pak Budi lagi.
Aku hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Udah di cek lagi? Takutnya ada yang kelewat"
"Udah kok pak, bapak tenang aja saya udah isi semua dan saya juga yakin sama apa yang udah saya tulis dilembar jawaban." Ucapku dengan senyuman, padahal dalam hati aku udah kesel banget.
"Yaudah kalo gitu kamu boleh keluar."
Ahhh. Akhirnya "Makasih pak."
Dan sebelum aku berjalan keluar kelas aku melirik Nolan sebentar, dan aku tau dari tadi dia terus memperhatikanku tapi saat aku melihatnya dengan cepat dia membuang muka dan berdecak kesal. Kemudian tak lama Nolan kembali menoleh, dia mengepalkan tangannya ke atas dan mengucapkan ' Awas lo! ' tanpa suara, aku hanya tersenyum dan menjulurkan lidah untuk mengejeknya ' Wlee ' kemudian aku segera bergegas keluar kelas.
_______________________________________
Setelah selesai membasuh muka untuk mengurangi rasa kantukku, aku memutuskan untuk pergi ke taman di belakang sekolah untuk menenangkan pikiranku.
"Eh, Riel lihat tuh ada kakel pelakor!"
Saat aku berjalan melewati dua cewek yang ku ketahui sebagai adik kelas ku, aku tak sengaja mendengar pembicaraan mereka. Aku merasa risih karena ditatap begitu sinis oleh keduanya, aku hanya diam menunduk dan terus berjalan melanjutkan langkahku.
"Woy! Kakel, gak malu lo jadi pelakor? Gaya aja sok baik, sok kalem tau-tau aslinya busuk, dasar pelakor! Gak ada kak Athur aja diem dasar cewek gak tau diri, kakel cupu! "
"Udahlah Na biarin aja, biarin dia mungut bekas gue, gak ada yang mau sama cewek cupu makanya ngembat punya orang! " ucap cewek yang aku ketahui namanya Nuriel, mantan pacarnya Nolan.
Telingaku panas mendengar ucapan mereka, aku ingin bilang kalo aku bukan pelakor, lagian siapa laki-laki yang aku rebut? Perasaan sejauh ini aku tidak dekat dengan laki-laki manapun kecuali Athur, Dan Nolan. Tunggu! Apa mungkin? Yah pasti ini tentang Nolan, aku harus berbicara dengan Nolan selesai ulangan nanti.
_______________________________________
Haiiii. Guyssss:"
Sorry nih baru sempet update lagi, kemarin-kemarin Authornya lagi sok sibuk wkwk.Satu lagi, jangan lupa vote nya yaa:' sama jangan lupa juga comment Krisar nya dari kalian-kalian semua abang-abang sama mba-mba yang terterterrran:v
Salam sayang dari Author:)
@Ntaelia
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories Of The Old Days [Sudah Terbit]
Non-FictionYang jelas kisah ini menceritakan tentang seorang gadis yang terjebak dalam masa lalu, sehingga dia tidak pernah mau menemui dan menghadapi apa yang ada didepan nya. Karena terlalu enggan untuk beranjak dari zona ternyaman nya. "Masa-masa tersulit a...