Sakit

938 112 47
                                    

Pagi ini, Mafu bangun lebih awal dari biasanya.

Mafu mengernyitkan dahinya, entah tiba-tiba rasa pusing menghantam kepalanya.

Dipegang kepalanya, "Ukkh.. ittai"

Lalu seketika ruangan terasa lebih dingin, Mafu menarik selimutnya hingga kepala. Tubuh mungilnya meringkuk, berusaha kembali tidur. Semakin ia paksakan untuk tidur, rasa pusingnya semakin menjadi.

Mafu keluar dari selimutnya, "Uuuh.."

Seluruh badannya kini terasa panas. Mafu akhirnya menghampiri kasur Soraru. Mafu memanjat ranjang Soraru, cukup sulit mengingat tubuhnya yang mungil dan kepalnya yang tengah berputar. Tanpa basa-basi, ia membangunkan Soraru sepelan mungkin.

"Soraru-nii san.."

Soraru yang setengah bangun, menarik selimutnya, "Urusai.. hari ini libur"

"Nii san.. aku.."

Tak kuat dengan rasa pusing dicampur dengan panasnya suhu tubuh, Mafu memutuskan untuk membaringkan tubuh mungilnya di sebelah Soraru. Menyadari itu, Soraru berdecak sebal.

"Oi.." protes Soraru.

Mafu memejamkan matanya, tubuhnya meringkuk dan sedikit menggigil. Anak bersurai raven itu kini memutarkan tubuhnya sehingga menghadap ke arah Mafu.

Melihat keringat yang bercucuran di pelipis Mafu, dan deru napasnya yang tidak beraturan, Soraru langsung menaruh tangannya di atas dahi bocah albino itu.

Netra Soraru membulat seketika,"M-mafu? Kau sakit?!"

Mafu mengangguk lemah, "Uuh.. dingin.. panas.."

"Mafu, kau demam! Aku beri tahu ayah dul--"

Belum selesai dengan kalimatnya, tangan Soraru sudah di cegat oleh tangan Mafu. Mafu berusaha menggeleng lemah.

"Nii san.. jangan kemana-mana.. Mafu pusing" ujarnya pelan.

Soraru akhirnya menarik Mafu kedalam pelukannya. Membiarkan rasa panas tubuh Mafu meresap di tubuhnya. Tanpa ia sadar, tangannya mengelus lembut pucuk kepala bocah albino itu. Ia menarik selimut miliknya sehingga menutupi tubuh mereka berdua.

"Hangat.." ucap Mafu hampir berbisik.

Mafu membalas pelukan Soraru, mencoba kembali memejamkan matanya untuk tidur. Semakin ia paksakan untuk tertidur, semakin pula kepalanya terasa sakit.

"Uuhh.. nii san.."

Soraru menatap adiknya itu khawatir, "Doushita? Kepalamu masih pusing?"

Mafu mengangguk seraya mengeratkan pelukannya. Soraru kembali mengusap pucuk sang albino, berusaha untuk menghilangkan rasa pusing yang menghantam sang albino mungil ini. Mafu menundukkan kepalanya di dada soraru, lalu mengusap-usap wajahnya. Soraru sedikit terkejut, pipinya juga memerah. Kali ini Soraru biarkan, mengingat kalau Mafu sakit

"Nnnn.." lirih Mafu.

Pusingnya belum kunjung hilang juga. Ia menanamkan wajahnya di dada kakaknya itu, memeluknya dengan erat. Soraru hanya bisa pasrah, toh kalau diomeli nanti dia ngadu kalau pusingnya kumat lagi.

Mafu mendongak, "Nii san.. Mafu mau minum"

"Hm? Mau aku ambilkan?" Ucap Soraru sembari mengelus kening Mafu.

Mafu mengangguk pelan.

"Tunggu disini, jangan kemana-mana"

Setelah mengatakan itu, Soraru bangkit dan meninggalkan kamar menuju dapur.

Brother「Soramafu」| DISCONTINUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang