Jantung Seira seakan meloncat keluar, melihat dua orang manusia yang bergelayut manja di atas meja. Saling mencumbu dalam desahan yang menggebu.
Pemandangan yang amat menjijikkan di luar nalarnya ... sungguh mengiris hati.
Dengan langkah yang bergetar, Seira merogoh tas lalu memesan Grab. Ia tak sabar ingin segera cepat pergi. Sebelum Gany menyadari kedatangannya.
Sesampainya di apartemen. Seira berlari seok meski langkahnya bergetar hebat lalu sesegera mungkin mengemasi barang pada kopernya tanpa tertinggal sedikitpun.
Malam ini juga Seira harus pergi secepatnya. Apapun yang terjadi ia tidak peduli lagi. Tujuannya sekarang satu, ia ingin segera keluar dari jerat pria gila itu.
Di lobby. Seira dengan mata sembabnya. Ia berjalan seraya menyeret koper di tangan kiri, sementara tangan kanannya mengetik sesuatu di ponsel miliknya. Namun malang gawai itu malah mati karena habis baterai.
Brukk....
"Ma-af!" sahut Seira menundukkan pandangan.
"Mau ke mana?" tanya pria itu tampak khawatir.
Seira bergeming. Ia terus saja melanjutkan langkahnya.
"Di luar hujan lebat!" Suara pria itu berteriak, membuat langkah Seira terhenti.
"Biar saya antar, mau ke mana?" Tawar
pria itu menghampiri Seira.Seira menggeleng. Menolak ajakan pria yang tidak dikenalinya. Ia kembali melanjutkan langkahnya meski hujan dan petir terdengar cukup nyaring di telinga.
"Saya tidak akan macam-macam. Kendaraan transportasi tidak akan ada malam ini," tutur pria itu terdengar meyakinkan.
Seira terdiam. Menimang-nimang tawarannya.
Seira mengamati jalan raya dan benar, jalanan begitu sepi di tengah hujan deras yang mengguyur. Karena keadaan pikirannya yang sudah kalang kabut dengan akal sehatnya, dengan terpaksa Seira mengamini tawaran itu.
"Bapak yakin mau anterin saya? Atau ada niat terselubung?"
Pria itu tersenyum, masam.
"Saya berani bersumpah. Saya bukan pria yang seperti kamu bayangkan."
"Awas aja, kalau berani macem-macem. Om saya Polisi, jadi hati hati!" Ancam Seira sungguh-sungguh.
"Saya janji. Mau di antar ke mana?'
"Bandung."
**
Selama perjalanan. Seira memang sengaja duduk di jok belakang demi kenyamanan dirinya.
Rasa lega di hati Seira terbayar sudah malam ini. Namun Seira baru menyadari sosok pria di depannya itu. Alis Seira berkerut, merasa pernah melihat wajah itu meski sekilas.
"Sepertinya saya pernah liat Bapak, tapi di mana?" tanya Seira ragu.
"Apartemen. Kamu istrinya Pak Gany, karyawan saya."
Mata Seira terbelalak. Baru menyadari kalo pria itu adalah atasan suaminya. Pria yang pernah ke apartemennya dulu.
"Pak Di-mas?" ucap Seira terbata.
"Saya kira kamu tidak kenal saya."
"Maaf, Pak. Tadi saya tidak fokus,"
"It's okey!"
Suara deru mobil terus melaju dalam keheningan.
"Pak, Bapak bisa menjaga rahasia?"
"Rahasia?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembaran Kedua (Terbit) ✔
Romance* Diambil dari sebagian kisah nyata, namun selebihnya fiksi* Melalui perjodohan. mereka bertemu lalu saling mengikat. Namun semu hanya lah semu, sebuah rahasia menjadi jawaban berakhirnya roda pernikahan yang baru seumur jagung. dan saat hati kembal...