bagian 3.

10K 477 3
                                    

#Lembaran_Kedua
Part 3

"Saya Dimas."

"Maaf, Pak. Suami saya belum pulang,"

Pria itu terdiam lalu kembali menatap Seira dengan datar.

"Pak Gany menyuruh saya menunggu di apartemennya."

Seira mengangguk pelan.

"Owh. silahkan masuk!"

Setelah pria itu masuk, Seira segera meninggalkan ruang tamu. Seira berpikir akan lebih baik kembali ke kamar lalu mengunci pintunya.

Menunggu Gany hingga suaminya itu datang itu akan lebih baik daripada Seira harus berduaan dengan orang asing yang akan menimbulkan fitnah.

Menunggu Gany yang belum juga datang,
Dimas mengedarkan pandangan ke setiap ruangan. Sesekali ia memainkan gawainya untuk mencari tau keberadaan bawahan itu yang belum juga muncul.

Tidak lama Gany datang tergopoh-gopoh.

"Maaf, Pak. saya telat. jalanan macet!"

"It's okey!"

"Saya permisi, sebentar." ucap Gany lalu berlalu. Sesampainya di pintu kamar Seira, Gany mengetuk pintu itu dengan pelan.

"Seira buka, ini Mas!"

Ceklek....

Seira tersenyum lega saat mendapati Gany yang kini berada di depannya.

"Buatkan minuman segar, untuk saya dan tamu di depan!"

Seira mengangguk lalu beranjak ke dapur membuat jus jeruk segar beserta mengambilnya bbeberapa makanan camilan di dalam toples.

Setelah disejejerkan di atas nampan, Seira melangkah dengan hati-hati menuju ruang utama.

Melihat Seira yang sedikit kerepotan, Gany dengan sigap membantu menurunkan makanan dan minuman ke atas meja.

Seira tampak sedikit merona dengan perlakuan manis suaminya itu lalu tersenyum dalam diam.

"Kenalkan ini istri saya, Dan ini atasan saya Pak Dimas," Ucap Gany memperkenalkan secara bergantian lalu kembali duduk.

Mendengar pengakuan suaminya, Seira segera menangkup kedua tangannya memberi salam pada Dimas.

Setelah di rasa tidak ada yang perlu untuk dilakukan lagi, Seira undur pamit ke belakang.

Tak lama.

Setelah kepergian Dimas. Gany berjalan gontai ke kamarnya. Ia melepaskan jas dan tas kantornya kesembarang tempat.

"Seira saya mau mandi. Siapkan air hangat!"

Mendengar itu, Seira beranjak dari Sofa lalu menyiapkan air hangat di bathub.

"Sudah hangat Mas, saya permisi."

Setelah Gany masuk, Seira kini tengah berkutat di dapur untuk memanaskan masakannya yang sudah dingin.

Setelah hangat, ditatanya makanan itu di atas meja makan. Ada cumi asam pedas, ayam goreng kremes, sayur capcay dan setoples kerupuk yang siap di santap.

Seira memang mahir dalam urusan memasak. Karena selalu membantu ibunya di dapur, jadi tahu betul menu masakan apa yang sudah menjelajah di perutnya.

Akhir-akhir ini, Gany selalu memuji masakan Seira. Dan pria itu tidak pernah absen untuk selalu mencicipi hasil kreasi Seira.

Di hati kecil yang terdalam, Seira bersyukur dengan perubahan Gany. Seira meyakini Lambat laun semuanya akan berubah, asal Seira bisa bersabar dan memahami keadaan yang ada.

Gany keluar dengan kaos hitam dan celana jeans pendek selutut. Meski usia Gany sudah berkepala tiga, tapi penampilannya selalu terlihat muda.

"Mas, makanan nya sudah hangat." Seira menepi dan duduk di sebelah Gany. Dengan cepat ia menuangkan nasi ke dalam piring milik Gany.

Tidak butuh waktu untuk berbasa basi, Gany langsung menyantap lahap makanan yang membuatnya selalu merasa ketagihan.

"Enak, mas?" tanya Seira.

"Enak!"

Seira tersenyum. Jawaban suaminya itu selalu masih saja singkat. Tapi dengan begini saja sudah sedikit ada kemajuan.

Terkadang juga, Gany me-whatsapp Seira hanya untuk meminta request masakan kesukaannya. Itu sendiri menurut Seira sudah pencapaian terbesar dalam rajut rumah tangganya.

"Besok saya akan larut pulang malam. Jadi, tidak usah memasak."

"Lembur lagi?"

Gany mengangguk.

"Iya, banyak pekerjaan yang harus di selesaikan akhir-akhir ini."

Raut wajah kecewa Seira nampak jelas tak bisa ditutupi. Seira merasa kesepian setiap harinya. Kalo saja rumah Ibunya masih di area Jakarta, pasti Seira akan bolak-balik menemui Ibu dan Adiknya-Syfa.

"Sudah mau lima bulan Seira di sini,"

"Terus!"

"Saya kangen Ibu."

"Bulan yang lalu kan ke sini. Masa kangen lagi?" ucap Gany datar.

Ya. Ibunya memang datang ke sini, bisa dibilang sebulan sekali. Itu juga paling menginap sehari. Tapi rasanya itu tidak cukup.

Seira menunduk menahan tangis kerinduan yang tak pernah ada batas pada Ibunya.

Sejujurnya. Ingin sekali ia bersimpuh mencurahkan segala isi hatinya. Tapi itu hanya lah angan yang harus Seira telan dan simpan di relung hatinya.

"Yasudah. kalau libur, nanti kita ke Bandung. Sudah lama Mas juga tidak ketemu ibu kamu,"

Seira menatap suaminya tak percaya.

"Beneran Mas?"

Gany mengangguk mengiyakan.

Aura sendu kini menguap kebahagiaan di hati Seira. Bagaimana tidak, Gany mengijinkan Seira pulang juga ditemani pula olehnya.

Ingin sekali Seira bersorak memeluk lalu mengucap terima kasih.

Namun niat itu ia urungkan. Seira hanya memberanikan diri menepuk bahu suaminya itu dengan pelan.

"Terima kasih Mas!" ucap Seira dengan mata berkaca-kaca.
Aku

Lembaran Kedua (Terbit) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang