23•A divorce.

2K 143 7
                                    

Kalya menarik nafasnya, lalu membuangnya perlahan seraya melihat rumah megah di hadapannya saat ini. Dengan mata bengkaknya, Kalya memperhatikan dahulu rumah itu. Rumah yang membawa kebahagiaan dan juga kesakitan baginya. Rumahnya dengan Sena.

Kalya tidak membalas sapaan para pelayan rumahnya itu dan terus berjalan memasuki rumah itu hingga ia menemukan Sena berada di taman belakang rumahnya, menatap kosong taman itu, Kalya dapat melihat Sena begitu lemas.

Kalya membeku dan dengan cepat memasuki kamarnya saat ia melihat Sena menyadari kehadirannya, lelaki itu langsung membelalak dan dengan cepat berlari menghampiri Kalya namun Kalya mengunci pintu kamarnya. Sena dengan lemas mengetuk pintu kamarnya itu berkali kali.

"Kalya... Kalya... keluar sayang."panggil Sena lesu.

Kalya hanya bisa berdiri dibalik pintu itu mengepalkan tangannya dan menempelkan dahinya di pintu itu dengan air mata yang terus menetes. Ia tidak sanggup mendengar suara Sena yang terus memanggilnya. Suara yang ia rindukan kini memanggilnya.

"Kalya aku mohon buka pintunya.... aku mau ngomong sama kamu. Aku mau selesaiin semua masalah ini, tapi aku butuh kamu. Aku butuh kamu untuk selesaiin masalah ini,Kalya. Please."lirih Sena seraya menempelkan dahinya di pintu itu dengan tangan yang terus mengetuk pintu kamarnya dengan lemas.

"Kalya please...... aku gak mau kita kayak gini terus. Aku gak mau kita berantem terus, aku mau kita omongin ini sama sama. Bantu aku,Kalya. Bantu aku selesaiin masalah ini. Tolong..... aku butuh kamu."

"Pergi,Sen."isak Kalya dari balik pintu itu.

"Gak,Kalya. Aku gak akan pergi. Aku mau liat kamu, aku kangen kamu."

"Pergi,Sen. Jaga Anna, itu anak pertama dia, dia pasti bingung."

"Kalya, jangan pikirin orang lain! Pikirin diri kamu, kamu juga hamil, itu anak aku.....juga."ujar Sena sendu.

"Kamu mau aku pikirin diri aku? Oke. Aku mau kita cerai,Sena."

Deg.

Sena membeku mendengar ucapan itu. Ia menjauhkan tubuhnya dari pintu itu lalu dengan kencang ia menggebrak gebrak pintu itu dengan rahang mengeras. Kalya hanya bisa memejamkan matanya dengan air mata yang terus menetes mendengar suara Sena yang terdengar mulai emosi.

"Kalya, buka Kalya. Buka."ujar Sena seraya terus mengetuk pintu itu.

"Udah,Sen. Udah."isak Kalya.

"Aku bilang buka! Kamu gak lucu ya kamu ngomong gitu,Kalya. Aku gak mau kita cerai, kita berantem pun aku gak mau apalagi cerai? Kalya, kita omongin ini sama sama. Jangan buat keputusan gitu,Kalya... aku mohon."

"Selama pergi, aku mikirin apa yang terbaik buat kita kedepannya. Dan aku udah yakin, perceraian emang yang terbaik. Untuk apa,Sen? Dari awal juga emang kita gak saling cinta kan? Dan ini saat yang tepat untuk kita pisah-"

"AKU CINTA KAMU,KALYA! AKU CINTA BANGET SAMA KAMU! AKU GAK MAU DENGER KAMU NGOMONG GITU,AKU MOHON!"teriak Sena frustasi.

Kalya semakin terisak mendengar Sena yang mulai ikut terisak perlahan.

"Kalya.... aku mohon........."lirih Sena yang semakin lemas itu. Seraya mengetuk lesu pintu kamarnya.

Sena dengan cepat mendongak saat mendengar bunyi pintu dibuka itu, Sena refleks memeluk Kalya erat saat istrinya itu membuka pintu kamarnya dan berdiri dengan lesu di depan pintu itu. Sena memeluknya erat, tubuh Sena terasa berguncang.

"Kalya.... kamu kurus banget sekarang,sayang. Gak sehat,Kalya. Kamu udah makan? Udah minum susu ibu hamilnya? Mau aku beliin mashed potato? Atau kita mau jalan-"

Breach Of Promise (SH x MN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang