normal pov : 1

124 23 7
                                    

Waktu bergulir cepat. Tahun boleh berjalan, musim boleh berubah namun kenangan tidak akan pernah lepas dari siapapun. Kenangan buruk, manis akan selamanya menemani. Sembilan tahun yang lalu, cinta yang dipendam tetaplah bersemayam di dalam hati.

Tak ada tanda-tanda untuk berpindah hati. Jika hati sudah terikat, melekat, kamu bisa apa?

Langit mulai menggelap. Segerombolan awan hitam datang merapat. Sambaran silau dari kilat, sejurus terbias pada kaca jendela. Barulah gemuruh petir saling bersahutan.

Enam Januari 2018, hujan pun mulai turun membasahi kota Seoul. Hujan pertama di bulan Januari.

"Jinyoung, ada pelanggan!"

Gadis itu tetap memandang rintik-rintik hujan yang bertalu di antara genting dan pepohonan. Tangan kanannya memangku dagu, senyum tipis menghiasi wajah cantiknya. Tak mendengar apa-apa kecuali aluanan gemericik rinai yang menelisik merdu di telinganya.

"Jinyoung!"

Gadis itu terkejut lalu menoleh. "Oh- Dahyun ada apa?"

Dahyun, gadis berkulit putih terang terlihat sedikit kesal, berkacak pinggang. "Ibu bos yang terhormat, aku bilang di luar ada pelanggan," ulangnya.

Jinyoung bangkit merapikan celemeknya. Cantik, berwarna merah mudah kotak-kotak dan renda di sisi-sisinya. "Kenapa tidak bilang dari tadi?"

Dahyun sudah siap dengan umpatan namun berakhir melipat mulutnya. Kalau saja dia tak ingat Jinyoung adalah bosnya tentu sudah sumpah serapah yang keluar dari mulut sucinya.

"Permisi!"

Seorang gadis mungkin seusia dirinya sedang tersenyum kikuk. Bajunya sebagian basah, pasti terjebak hujan lalu buru-buru masuk ke toko ini.

"Oh anda kehujanan, sebentar saya ambilkan handuk."

Jinyoung berlari kecil menuju ruangan lain di dalam. Toko roti ini memiliki dua lantai. Lantai kedua adalah ruang pribadinya sekaligus kamar. Jadi bisa dibilang kalau toko ini sekaligus rumahnya. Sudah empat tahun yang lalu dia merintis usaha catering kue. Keahliannya membuat roti membuatnya berhasil menjadi pastry.

"Ini."

"Terimakasih." Gadis itu tersenyum hangat mengambil uluran handuk yang diberikan Jinyoung.

"Maaf telah membuat anda menunggu lama."

"Ah tidak sama sekali."

Jinyoung memperhatikan gadis yang duduk dihadapannya. Duduknya anggun sambil tersenyum sopan. Wajahnya cantik dan polos, apabila dia tersenyum orang-orang akan capat luluh padanya. Tipe gadis yang disukai pria.

"Aku ingin memesan kue pertunangan untuk bulan depan." Gadis itu tersenyum malu-malu, sorot matanya berbinar menandakan kebahagiaan yang dirasakannya. Tentu saja, bulan depan ia bertunangan, siapa yang tidak bahagia?

"Wah aku senang mendengarnya, selamat."

Jinyoung mengulurkan tangannya lalu dibalas oleh gadis itu.

"Ngomong-ngomong aku belum tahu nama anda nona."

Gadis itu pun sontak tertawa, tawanya renyah sekali seakan mengundang orang lain untuk ikut serta tertawa padanya.

"Ah iya, aku terlalu bersemangat sampai lupa mengenalkan diri, tapi kau tidak perlu bersikap formal padaku. Namaku Choi Youngjae."

"Aku Park Jinyoung, senang berkenalan denganmu."

Kedua gadis itu saling melemparkan senyum. Mengobrol ringan tentang apa saja. Mereka cepat sekali akrab, seperti kawan lama.

"Ah jadi aku lebih muda darimu, boleh aku panggil kau unnie?"

Jinyoung mengangguk, "tentu saja boleh."

"Aku tidak punya kakak perempuan dan aku baru saja pindah dari jepang beberapa bulan lalu, jadi kau adalah orang pertama yang aku kenal."

Jinyoung mengangguk sembari mendengar cerita dari Youngjae. Pantas saja, bahasa Koreanya sedikit janggal.

"Lalu bagaimana dengan tunanganmu?"

"Dia masih ada bisnis di Jepang sampai seminggu sebelum pertunangan kita."

Nada bicara Youngjae melemah, Jinyoung mengerti, gadis ini mencoba untuk memahami tunangannya.

Jinyoung membawa tangannya menumpuk jemari halus gadis itu, sambil menatapnya dengan lembut. "Aku do'akan semoga pertunanganmu lancar."

Youngjae tersenyum lebar. Kehangatan yang diberikan Jinyoung padanya membuatnya lebih tenang.

"Kau sekarang terlihat seperti unnie sungguhan."

Lalu mereka pun tertawa dibarengi oleh gemuruh sahutan rintikan hujan.

r.i.n.a.i [J.J.P]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang