Kamis, Akhir Desember 2009
"Jinyoung! Ayo keluar!" Teriakmu dari luar rumahku.
Aku mengambil jaket tebal dan memakai sarung tangan berwarna pink yang kamu beri di hari ulang tahunku.
Udara malam ini sangat dingin sekali. Pepohonan san genteng-genteng rumah dipayungi oleh salju tebal.
Tubuhku sedikit menggigil berjalan tertatih-tatih mendekatimu.
"Ih ngapain malam-malam diajak keluar? Mana dingin lagi."
Aku berkata sambil menggigit bibirku, menahan senyuman bahagia.
"Aku lapar mau cari jajanan malam. Yuk jangan di dalam rumah terus, ini kan malam tahun baru."
Aku mengikutimu dari belakang. Kemana pun kamu melangkah aku setia di belakangmu.
Kamu tiba-tiba berhenti menoleh kebelakang dengan menghela napas. Aku sedikit bingung dibuatnya.
Kamu langsung menarik tangan kananku, melepas sarung tangan kesayanganku. Menggenggamnya lalu lanjut berjalan.
Aku tergugu melihat genggaman tangan kita. Hawa panas tanganku menjalar ke telapak tangan. Membuat jantungku bergending ria, memanaskan sel-sel darahku sehingga berdesir mengalir dengan cepat.
Bukan hanya tangan dan dadaku yang menghangat. Pipiku juga, aku takut kamu menangkap rona merah di pipiku.
Bersama malam pergantian tahun. Dibawah gelapnya langit dengan cahaya percikan api yang memukau. Kamu tersenyum lebar penuh takjub tanpa berkedip. Kenapa aku cemburu pada kembang api?
"Kenapa tidak di foto?" Tanyaku.
Kamu menoleh sekilas dan menjawab, "Ada hal lain yang tidak perlu diabadikan dengan benda mati. Cukup menikmatinya dan mengingatnya lalu menjadi kenangan yang tak kan terlupakan."
Banyak hal yang membuatku jatuh cinta kepadamu. Dan aku selalu mengingatnya.
Jatuh memang terasa sakit. Dan jatuh cinta kepadamu adalah sakit yang menyenangkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
r.i.n.a.i [J.J.P]
De TodoIm Jaebum. Jika kamu adalah hujan, mengapa aku harus berteduh? The story that you never expected GS