Yuan membalik halaman novel yang ia baca. Sudah sekitar satu setengah jam ia berada diperpustakaan. Menghabiskan seluruh jam istirahat serta waktu luangnya karena tak ada guru. Ia sedang malas berada dikelas ataupun kantin. Sesuatu dalam dirinya berkata untuk tetap berada dalam ruang sepi, menghindari orang-orang. Meski ia harus mengabaikan perutnya yang sesekali berbunyi.
Zhihong, sahabat sejak sekolah dasarnya sebenarnya kesal. Tingkah laku Yuan memang selalu tak pernah bisa dipahami. Terlebih Yuan jarang ingin berbagi masalah yang menganggunya. Tapi sekarang terasa lebih. Yuan seakan menghadapi pergolakan yang hebat dalam dirinya. Tapi dia tetap menolak segala bentuk bantuan yang Zhihong tawarkan. Padahal bercerita sedikit saja mungkin dapat membantunya tenang.
Meski Zhihong bodoh tapi ia sadar akan kekacauan yang dialami. Kekalutan pikiran sahabatnya yang membuat Yuan selalu melamun sejak kemarin. Tingkahnya yang seakan ingin bersembunyi dan lari. Lihat saja sekarang. Biasanya hanya makan sebentar dikantin tidak menjadi masalah, meski Yuan harus mengabaikan seluruh tatapan yang terpusat padanya. Namun kali ini tidak, meski ia telah memaksa setengah mati. Dugaannya semakin kuat ketika Yuan langsung bergegas pergi beberapa menit setelah bel berbunyi. Dan apa yang ia lihat sekarang? Yuan membaca novel dengan khidmatnya. Pfftt, sungguh tidak wajar jika dia terburu-buru hanya untuk membaca novel.
"Yakin tidak apa-apa?"
"Iya Zhihong. Kau bertanya terus. Aku tidak bisa berkonsentrasi tau."
Zhihong menghela nafas. Lelah terus-terusan memaksa omega keras kepala itu.
"Kau tau aku hanya ingin membantumu. Jika kau tidak bercerita aku tidak akan mengerti Yuan. Aku bukan tetua yang mengerti werewolf dari segi tingkah laku."Hening menyapa sesaat sebelum Yuan berucap pelan. "Terima kasih."
Zhihong mengambil kresek kecil yang ia bawa. Merogoh isinya lalu memberikannya pada Yuan.
"Kau membelikanku roti dan susu? Baik sekali," Yuan terkekeh lalu membuka bungkus roti itu pelan. Meski mereka duduk meja paling pojok dan terhalang rak buku tinggi dan besar tapi ia tak mau diusir karena melanggar 2 peraturan sekaligus; makan dan berisik dalam perpustakaan.
"Aku hanya kesal mendengar perutmu yang berisik itu. Tapi sebenarnya akan sangat lucu jika kau diusir hanya karena bunyi perutmu yang kelaparan menggema di ruangan sepi ini. Kkk."
"Yayaya."
Terdiam beberapa saat sebelum Zhihong kembali membawa topik. "Tadi dikantin ramai sekali. Apalagi dipojok sebelah kedai ramen. Tidak biasanya."
"Bukankah istirahat pertama selalu begitu?"
"Tapi ini berbeda. Aku sangsi jika para gadis itu berkumpul disana karna menyadari ramen Paman Han enak."
"Kenapa?"
"Tentu saja karna kalorinya sangat tinggi, Yuan. Mereka kan ingin tetap seperti lidi."
"Pfftt, jahat sekali sih."
"Kenyataan tau. Zhizi saja kalau tidak diancam dia mana mau makan daging."
"Mungkin cuma adikmu yang memang terobsesi berat 45kg. Hahaha."
"Ck, adikku memang sudah gila, aku tau."
"Tapi aku merasa janggal. Aroma yang ada disana terasa mengerikan. Seperti alpha bertahta tinggi dan berkuasa tengah berkumpul. Akan sangat aneh jika aroma itu berasal dari para gadis disana, kan? Well, aku tau tentu ada alpha wanita yang bersekolah disini. Tapi kan tidak sebanyak itu," lanjutnya panjang.
Yuan terdiam. Kunyahannya bahkan terjeda. Ngomong-ngomong soal aroma, ia baru mengingat ada aroma tajam yang terasa memenuhi dirinya saat pusing kemarin mulai melanda. Saat sampai rumahpun otaknya memaksa mengingat kembali seakan ingin merasakan lagi. Aroma yang seperti candu, tajam namun menenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Fate
FanfictionSiapa dia? Teman sekolahnya? Tidak. Ia tak mengenal anak itu. Anak lelaki yang kesakitan diatas ranjang rumah sakit. Kenapa ia seperti ikut merasakannya? Kenapa jantungnya seperti tertusuk belati? Dan ketika detik terakhir nafas anak laki-laki itu...