RAFAEL || 03

209 11 0
                                    

( Revisi 28-03-2020 )

Hari ini matahari cukup terik, dan ini membuat kelas 11-Ipa 2 yang sedang berolahraga harus terpapar sinar matahari. Tidak hanya itu, mereka juga malas jika harus berolahraga di siang bolong. Jika gurunya tidak hadir, mereka memilih pergi ke kantin atau tetap dikelas bermain. Pasalnya, jadwal Olahraga kelas Luna pukul 10 siang hingga jam Istirahat datang.

"Lakukan pemanasan dengan teratur. Jangan ada yang bercanda sedikit pun!!" Perintah guru Olahraga bernama Pak Anwar.

Mereka segera berbaris dengan rapih dan merentangkan tangan supaya saat pemanasan tidak kesulitan. Selang beberapa menit pluit dibunyikan pertanda pemanasan dimulai, mereka segera mengatur posisi sesuai dengan pembimbing pemanasan.

" 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8" Ucap seluruh murid dengan kompak mengikuti gerakan pemimpin.

"1 2 3.. Paan sih, tinggal main geh ribet amat!!" Ucap meli dengan nada rendah, takut jika Pak Anwar mendengar.

"Berisik Mel!" Luna dan Dina menyahut, membuat Meli mengerucutkan bibirnya.

Beberapa menit kemudian, pemanasan selesai dan mereka pun bersiap untuk menuju lapangan bola basket yang lumayan sejuk. Luna dan kedua sahabatnya memilih untuk berjalan paling akhir karena, mereka malas jika harus berbondong-bondong ke sana. Sesampainya di lapangan basket, mereka semua berkumpul mendengarkan instruksi dari Pak Anwar.

Materi Basket adalah materi yang digemari oleh Luna. Ia sangat menyukai basket sejak pertengahan SD dan itu berkat sang kakak yang terus merayu adiknya itu. Kadang ia ikut kompetisi di berbagai daerah, namun saat ini ia tidak aktif lagi dari kegiatan tersebut tapi tenang saja, Luna masih hafal bagaimana teknik dari permainannya.

Setelah Pak Anwar membentuk kelompok Putra dan Putri, yang di pilih siap di posisinya sementara mereka yang tidak terpilih duduk di bangku penonton. Pak Anwar memanggil perwakilan Putra dan Putri untuk memilih siapa yang akan memulai duluan. Team Putri yang memulainya lalu Pluit dibunyikan pertanda pertandingan pun dimulai.

"Luna! Luna! Luna!" Sebagian para siswi bersorak untuk Luna, termasuk Meli dan Dina.

"Mbak Surti semangat!!!"

"Ijem ganbatte!!"

Mereka bermain dengan cara sehat. Jika di Team Putri tidak ada Luna, mungkin dalam beberapa menit kedepan mereka akan kalah. Walau ini hanya pertandingan biasa, tapi Luna menganggapnya seperti sebuah perlombaan. Beberapa orang mengenal Luna sebagai ahli strategi dalam permainan ini.

"Yeayy!!! Putri menang" Seluruh siswi bersorak gembira, karena Luna berhasil membuat tim Putra lengah dan kor terakhir dimenangkan oleh Tim Putri.

Prok prok prok prok -mereka semua bertepuk tangan.

"Ini hanya sekedar praktek. Jadi, mohon pengertiannya. Kita sudahi praktek hari ini dan kalo gitu bapak permisi. Terimakasih"

Luna berlari kecil ke arah mereka berdua dengan tangannya yang sibuk menghapus keringat yang bercucuran. Beberapa kaum Adam yang melihat wajah Luna saat ini terpana dan terkagum-kagum melihat kecantikannya. Setiap kali ia tersenyum dengan lesungnya yang manis kadang bisa membuat mereka klepek-klepek gak keruan. Tapi, ada satu orang dari satu sekolah yang menganggapnya biasa saja.
.

.

.

Luna meninggalkan mereka kedua sahabatnya terlebih dahulu. Ia berada dikelas sendirian. Saat masuk kelas, ia melihat diatas mejanya terdapat handuk kecil berwarna putih. Bersih dan wangi.

"Punya siapa ya? Kok ada disini?" Saat Luna mengangkat nya, ada secarik kertas bertulis "Ambil kalo Lo butuh" jujur! Luna tidak kenal dengan tulisan itu. Tanpa berpikir panjang, Luna menghapus keringat yang membasahi leher, wajah juga tangannya.

Rafael [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang