Singgah Sebentar-3 end

1.5K 83 3
                                    

Jangan lupa vote guys.
😍
____________________

Ponsel di sebelah Kevin berbunyi, nama Fajar tertera di situ. Si empunya ponsel itu segera mengambilnya, mengangkat telepon itu.

Kevin diam, mendengarkan kekasihnya itu berbicara di telepon.

"Halo Jar?"

"Hmm? Tau aja lo. Haha."  Tawa Rian membuat Kevin menoleh, tertarik dengan obrolan mereka, tentang apa yang membuat Rian tertawa setelah kejadian tadi.

"Eh, dimana?" Mata Kevin memincing mengikuti arah pergi Rian.

"Ya udah, gue ke situ." Setelahnya pintu itu di tutup dengan kencang.

Kevin mengambil minuman kaleng di kulkas kecil kamarnya. Pikiranya semakin kacau. Bisnis yang mulai ia geluti, ternyata tidak semudah itu.

Jujur, Kevin butuh Rian di sampingnya. Tapi ia sadar, jika ada Rian dirinya malah ingin bermalas-malasan dengan kekasihnya itu.

"Gua harus gimana astaga?!" Rutuk Kevin, setalah melanjutkan proposal perizinan tapi malah otaknya ngadet.

"Halo Ro?"

"Em, tolong ya, itu tinggal dikit lagi kok. Lo ga sibuk kan?"

"Em, iya. Ya udah makasih ya Ro."

"Hmm."

Kevin berjalan keluar, mencari angin segar. Angin malam lumayan dingin ternyata.

"Eh Vin?" Kevin menoleh pada seseorang yang memanggilnya, Ginting. "Mau kemana?" Lanjutnya.

"Cari angin, bosen di kamar."

"Gue tadi juga liat Mas Jom keluar, ke arah lapangan lari. Kalian kenapa?" Tanya Ginting.

"Hmm, baik-baik aja. Cuma ya gitu, gue lagi capek aja ngurus bisnis yang mau gue buka."

"Gue kira ada apa. Baik-baik ya."

"Hmm, lo mau kemana?" Tanya Kevin.

"Nyusulin Jojo di kamar Ihsan, ini lagi pada gitaran. Ikut yuk."

"Engga deh, gue mau nyusulin Jombang aja."

Setelah itu Kevin menuju arah lapangan lari. Kata Ginting sih Rian di sana.

Kevin berjalan di dalam kegelapan itu. Mencari tanda-tanda seorang Rian Ardianto di sana.

Samar-samar terlihat dua orang tengah berciuman dengan posisi tindih tindihan. Kevin mencoba positive thinking.

Baju itu, Kevin tahu betul itu baju Rian.

"Jomb..." Desis Kevin lemah. Matanya mulai berair menyaksikan dari jauh adegan tersebut.

Orang yang ia cintai, orang yang katanya pacarnya itu, kini tengah berciuman dengan seseorang yang tidak lain adalah temanya sendiri.

Kevin mundur perlahan. Ia berjalan kembali ke kamarnya dengan tenaga yang masih tersisa. Kevin tidak tahu ia bisa selemah ini.

Ia berpegangan pada tembok kamarnya.

"Semuanya baik-baik aja. Dia bakal balik. Hiks." Tubuh Kevin terhuyung, jatuh bersandar di tembok. Dadanya sesak.

Ia memeluk lututnya sendiri, menyembunyikan suara tangisnya.

"Vin, lo kuat. Lo bisa. Ayo Vin!!" Kevin menyemangati dirinya sendiri. Mencoba untuk tegar.

Perlahan Kevin bangkit, lalu membanting tubuhnya dengan kasar di kasur. Tanganya meraba sisi tempat tidurnya yang kosong.

Kevin ingin marah, tapi ia tidak bisa. Kevin ingin berhenti, tapi ia terlalu mencintai Rian. Sekarang Kevin baru tersadar Rian adalah matahari, dan ia itu planetnya. Hidupnya hanya berputar pada Rian.

Our WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang