Prolog

108 2 0
                                    


***

"Mbak?" Yang dipanggil hanya menjawab dengan deheman, seolah memberi isyarat kalau dia sedang sibuk dan tidak boleh diganggu. Padahal yang perempuan itu lakukan hanya berdiri, melototi baju-baju di dalam lemari saat Gani masuk kamar dan langsung mendaratkan bokongnya di kasur tepat di belakang orang yang disahuti. 

Gani mengedarkan pandangan. Lemari yang berada di sisi sebalah ranjang dalam keadaan tertutup, di sampingnya terdapat satu koper besar sudah tertutup rapat pula dengan sedikit menggunung tak jauh dari sana satu kardus besar yang pinggirannya sudah dipenuhi oleh lakban. Tatapannya kemudian jatuh di samping kiri. Beberapa barang yang menumpuk di atas ranjang. Tidak terlalu banyak. Berbeda dengan yang ditinggalkannya di kamar sebelah. Lalu ia merebahkan diri menatap langit-langit kamar. "Beneran?"

Yang ditanya malah balik bertanya tanpa susah-susah menghentikan kegiatan mengeluarkan pakaian dari dalam lemari. "Kamu udah selesai?"

Gadis yang sebentar lagi memasuki bangku kuliah itu menggeleng. "Dikit lagi."

"Mau bantuin?" Perempuan itu akhinya mengambil posisi. Duduk di antara koper yang masih kosong dan baju yang sedikit menggunung.

"Nggak lah, ini aja ceritanya lagi istirahat. Kiraiin dikit, barang aku banyak juga, yak." 

Terdengar kekehan, "Emang mau bawa semuanya?"

"Pengennya gitu, tapi nggak deh, takut ribet sendiri."

"Bawa yang bener-bener kamu butuhin, Ga. Nanti sisanya biar Mbak yang bawa, pasti adik-adik seneng."

Hening beberapa saat. Gani menarik mini album yang tak jauh dari kepalanya. "Kalau aku kangen gimana? Bandung-Jogja jauh loh, Mbak."

"Ya tinggal nyusulin. Sekarang apa-apa serba cepat, Ga. Kangen bisa langsung wa, vc, atau langsung pesan tiket bisa."

Gani menatap punggung itu cemberut. "Ya kan nggak bisa tiap saat. Nanti udah nggak bisa tidur bareng lagi."

Terdengar lagi kekehan dan Gani melihat punggung itu bergetar. "Deket kok, nanti kalau mau tidur bareng, Mbak yang samperin." Lalu perempuan itu menoleh ke belakang, masih ada sisa senyuman, "Atau kapan-kapan kalau Papa kunjungan ke Jogja kamu bisa ikut, lagian nanti Papa bakal sering-sering ke sana selagi rumah masih direnov."

Kali ini ia terkekeh pelan. "Yakin banget. Ini aku ke Bandung sendiri loh, Mbak."

"Dijemput, Ga." Ara kembali melanjutkan aktivitas melipat.

"Ya, iya, tapi bukan Papa."

***

CAST

Dianara Lantana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ganiya Pradnya

Pandji Rasendriyah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pandji Rasendriyah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kenanga Damitsa

Kenanga Damitsa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rayi Aresatya

Rayi Aresatya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang