Bagian 2 (Amarah)

314 4 0
                                    

(Sesampai di Rumah)

"Mama, enzi pulang?" enzi pun berlari menaiki tangga langsung menuju kamar enzi.

pintu kamar diketok oleh mama..

enzi, mama boleh masuk?

"Iya ma,masuk aja, pintunya enggak dikunci" sambil berberes tumpukan majalah yang berserakan di kasur enzi.

"enzi,mama tadi dapat telpon dari bu lyna, katanya kamu di kelas belakangan ini sering bengong dan tidak kosentrasi, kamu ada apa enzi?" sambil menatap tajam ke arah enzi.

"Jadi begini loh mah, enzi juga enggak tahu belakangan ini enzi sering bengong and susah konsentrasi, bahkan enzi pernah blackout and pingsan tiba - tiba mah". sambil memeluk erat bantalnya.

mama pun langsung duduk di kasur enzi dan memegang dahi enzi

"kamu enggak apa - apa kan? kok baru bilang sama mama kamu seperti ini zi?"

"enzi juga enggak tau mah,semuanya terjadi tiba - tiba aja" enzi pun berdiri dan mencoba mengambil tas sekolahnya..

tiba tiba pintu kamar di ketuk kembali dan dibuka oleh papa.

"Enzi Khalid, sampai kapan kamu membuat keluarga ini malu enzi" dengan nada tinggi ayah berkata kepada enzi.

enzi pun kaget dan terdiam melihat amarah ayahnya..

"duduk kamu enzi, dengar ayah yah, sekali lagi kamu seperti ini, ayah akan hukum kamu keras." sambil membuka dasi kerah bajunya..

"kamu itu bukan hanya memalukan keluarga ini, tapi kamu juga memalukan leluhur keluarga ayah."

"kamu itu penerus keluarga ini, tapi lihat diri kamu, kamu tidak bisa apa - apa, pengetahuan kamu nol besar, tubuh kamu lemah, bahkan prestasi apa yang kamu punya buat bangga keluarga ini" dengan kesalnya ayah berbalik dan pergi dari kamar enzi.


Menembus Batas TerpendamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang