Jatuh cinta itu aneh. Semakin menolak buat dipercaya, justru makin nyata pula cinta yang dirasa. — Ganesha Haryan Putra.
🌼🌼🌼''Pokoknya kamu janji, ya! Harus beliin aku es krim.''
''Iya, tapi ikut aku cari capung dulu.''
''Oke.''
Mata besar Rara mengikuti kepergian sepasang bocah SD yang sempat berbincang di samping mobil. Senyum tipis Rara mengembang perlahan ketika terkenang sesuatu. Hingga lamunannya terputus begitu pintu bagian kemudi terbuka, menghadirkan sosok Ryan.
Lelaki berkepala plontos dengan julukan baru 'lampu taman berjalan' itu menyodorkan seplastik berisi telur gulung yang baru dibeli dari depan sekolah dasar—tempat ia dan Rara pernah menuntut ilmu di sana.
''Udah lama kita gak ke sini,'' cetus Ryan membuka percakapan, sebelum melahap gulali rambut nenek dengan semangat. Jajanan jadul yang sudah sangat jarang di temukan saat ini.
''Ingat gak kalau ini makanan langganan kita?''
Rara tersenyum tipis seraya mengangguk setuju. Jika tak salah ingat, terakhir mereka berkunjung waktu mengambil ijazah SD.
''Dulu waktu SMA, kita malah sering main ke SMP buat ketemuan. Habis lo SMA-nya pakai pisah sekolah sama gue!'' Ryan merengut kesal.
Memori lama beberapa tahun lalu terbongkar kembali. Ryan harus merindukan Rara setiap hari karena gadis itu tak sudi satu SMA dengannya akibat sebuah tragedi, meskipun berujung balik bersama saat masuk dunia perkuliahan. Satu jurusan dan satu kelas pula.
''Salah sendiri!'' desis Rara jengkel, bersamaan dengan mata yang melirik sinis pada Ryan.
Kilas baliknya waktu angakatan mereka merayakan kebebasan selepas UN dengan coret-coret di pantai. Niat awal Rara sudah bulat ingin langsung pulang. Selain menurutnya kegiatan coret-coret baju itu tak berguna, ia juga hanya punya beberapa teman semasa sekolah dan kebetulan juga memilih tak ikut. Namun, Ryan membujuk sekuat tenaga, mengiming-imingi akan mentraktir es krim mahal seusai acara nanti. Namun sial, manusia the most wanted sekolahan itu justru menghilang entah ke mana dan meninggalkan Rara di tengah acara super berisik yang sangat mengganggu jiwa introvert-nya. Berulang kali Rara menghubungi Ryan, tapi percuma. Sampai baterai ponselnya menemui ajal pun, Ryan tetap tak menampakkan diri.
Nasib baik Rara bisa pulang berkat tumpangan teman sekelas sekaligus si ketua osis— satu-satunya manusia di sana yang lumayan Rara kenal.
Ryan mendengkus lirih lalu berkata, ''iya maaf. Namanya gue lupa kalau ada lo.''
''Tuhkan! Bisa-bisanya—''
"Ampun-ampun, Beb! Peace!'' Tanda perdamaian segera Ryan acungkan sebelum gadis manis di sampingnya bertranformasi menjadi badak tak bercula. Rara memang masih dendam kesumat jika mengingat kelakuan kurang ajarnya yang satu itu. "Oke-oke jangan bahas yang itu lagi.''
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear R #ODOC_TheWWG 2019
ChickLitTersisa sebagai satu-satunya perempuan dalam keluarganya, membuat Rara selalu menjadi fokus utama. Walau jarang meminta, ia selalu mendapatkan apa yang dibutuh dan inginkan tanpa perlu banyak bicara. Namun mampukah Rara mendapatkan Ryan, sahabat ke...