Luka lama yang tak terselesaikan dengan baik, hanyalah akan menjadi momok mengerikan di masa depan. Menghantuimu, menggerogoti setiap relung jiwa yang bersalah.
🌼🌼🌼
Sepasang kaki jenjang Rara berlari tergesa. Kecepatannya kian meningkat seiring detik jam bergeser dengan menakutkan. Sesekali bibir ranum gadis tersebut kelepasan mengumpat kala ada sesuatu yang menghalangi jalan. Entah itu berwujud manusia atau botol soda bekas yang berakhir ditendangnya barusan. Ia sudah terlambat di kelas pagi ini karena heboh membantu Reihan mencari dasi.
''Hah! Sial!'' desahnya pasrah. Pintu kelas setengah kaca itu telah tertutup entah sejak kapan, dilengkapi dosen berserta teman-temannya di dalam sana.
Terpaksa ia harus membolos walau sebenarnya juga tak tertarik untuk masuk. Seperti biasa, tujuan gadis itu adalah lapak damai di gedung fakultas lama.
Suara gesekkan dedauan dari jejeran pohon sepanjang koridor sepi yang dilalui mulai terdengar kian mendekat pada tempat favorit. Sampai suara rintihan diikuti hantaman benda jatuh sempat membuat Rara terlonjak kaget. Gadis itu menghaluskan cara berjalan agar tidak menimbulkan kecurigaan saat mengintip celah pintu dari kelas tak terpakai yang kini tertutup.
Pupilnya membesar mendapati seorang gadis pucat terkepung oleh beberapa orang yang Rara ketahui juga pernah mengusiknya.
Ia ingin berlalu untuk mengabaikan tindakan perundungan yang menimpa gadis pucat itu. Namun, baru tiga langkah menjauh, hati Rara menolak keras keputusannya. Tanpa pikir panjang, ia menendang pintu hingga terbuka lebar.
"Main keroyokan, hah?'' angkuh sang gadis kembali menendang susunan bangku yang menghalangi jalannya.
Tiga manusia perundung itu menoleh berang ke arah Rara yang berhenti beberapa meter dari mereka.
"Gak usah ikut campur, ya! Mau gue botakin rambut lo sekalian?!'' Geram Meldi mengacungkan gunting pada Rara.
Melihat rival terberatnya baik-baik saja setelah usaha tabrak lari yang gagal, membuat emosi gadis itu semakin tak terkontrol.
Rara mendengkus geli, sebelum mata indah itu menyorot si korban perundungan yang ragu membalas tatapannya. Bagai deja vu, posisi Rara persis seperti 5 tahun silam ketika Rara menolong orang sama dari aksi pembully-an.
''Pergi! Sebelum gue main kasar sama lo!'' pekik Meldi serius. Bahkan kedua temannya sampai beringsut menjauh dari gadis tak sehat itu.
''Ba...bagus pergi, Ra. Meldi gak punya urusan sama lo,'' peringat salah satu gadis tambun yang pernah menjadi sasaran tendangan Rara.
Ia takut kalau sampai gadis dengan penyakit mental seperti Meldi benar-benar menyerang Rara kali ini.
''Gak mau,'' jawab Rara datar. ''Lanjutin aja, gue cuma pengin lihat gimana manusia sampah kayak kalian berubah jadi tukang pangkas dadakan.''
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear R #ODOC_TheWWG 2019
ChickLitTersisa sebagai satu-satunya perempuan dalam keluarganya, membuat Rara selalu menjadi fokus utama. Walau jarang meminta, ia selalu mendapatkan apa yang dibutuh dan inginkan tanpa perlu banyak bicara. Namun mampukah Rara mendapatkan Ryan, sahabat ke...