Apa yang terlihat, tak selalu sama seperti yang terjadi.
🌼🌼🌼
"Jadi gimana kabar dia? Gue harap mulut bocornya jangan sampai bawa nama-nama kita!" Seruan tegas itu terdengar jelas hingga menembus bilik toilet tempat Indi berada di dalamnya.
Ia pikir bisa tenang berdiam diri sejenak di toilet paling ujung kampus yang jarang terpakai karena dekat pohon beringin tua yang banyak ditakuti itu.
"Hmm... pastikan ortu Meldi urus semua. Cewek gila itu memang gak berguna. Lain yang gue suruh, lain yang dibuatnya!" Balas suara itu. Kentara sekali ia benar-benar kesal akan tindakan ceroboh salah satu orang yang diperalatnya.
"Iya! Gue bilang serempet Rara. Bukan ditabrak! But see ... dia nyaris bunuh anak orang detik itu juga! Untung mobilnya rental, jadi gak masalah kalau pun ada laporan."
Gadis pucat itu bergeming pada posisinya. Ia kenal suara milik seseorang di luar sana.
"Ya...ya... target awal itu Rara. Tapi malah ngelabrak Indi yang bisa gue atur sendiri! Ryan juga gak terlalu dekat sama cewek penyakitan itu."
Tempat pelabuhan dari segala jenis panggilan alam itu memang penuh misteri. Selain eksisi menjadi lokasi perundungan golongan lemah, tak jarang toilet juga bisa menjadi awal dari bocornya sebuah rahasia.
"Santai. Bukan Seola namanya kalau cuma kasih pembalasan ringan. Manusia jenis Rara harus lebih menderita, supaya dia jengah dan jauhin Ryan. Kalian juga terus teror dia by phone. Sekalian ajak mantan Ryan yang lain, biar makin ramai."
Gadis di luar sana terkekeh puas mendengar balasan kedua anak buahnya. Bukan hanya Ryan yang menjadi landasan kuat Seola untuk membalas Rara, tapi juga karena gadis kaku itu sendiri.
Mereka adalah teman satu SMA dulu. Namun, tampaknya Rara sama sekali tak mengingat siapa Seola. Gadis berkulit sawo matang itu maaih teringat jelas bagaimana perjuangannya bergeser dari golongan yang diremehkan menjadi kaum yang dominan seperti sekarang. Sebab streotipe aneh orang kebanyakan selalu menganggap perempuan cantik adalah yang memiliki kulit putih, rambut panjang dan tubuh kurus ideal. Sedangkan Seola zaman SMA adalah kebalikan semua itu. Kulitnya lebih cokelat dari yang saat ini, rambutnya pendek karena menjadi anggota paskibra dan juga gendut.
Dan kemencolokan visual Rara bersama si pucat Indi semakin membuatnya merasa tertindas. Mungkin mereka tak membully langsung, tapi ocehan body shamming lewat senda gurau itu bukan berarti tak melukai perasaannya.
Kekesalan Seola terus tertimbun nyata ketika Rara menjadi perwakilan sekolah untuk O2SN dari ekskul karate yang pernah ia ikuti. Padahal gadis itu masih tergolong anggota baru dan Seola yang awalnya menjadi perwakilan pun harus rela tersingkir begitu saja setelah susah payah latihan keras. Bukan hanya sekali, tapi hal yang sama terus berulang untuk pertandingan lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear R #ODOC_TheWWG 2019
ChickLitTersisa sebagai satu-satunya perempuan dalam keluarganya, membuat Rara selalu menjadi fokus utama. Walau jarang meminta, ia selalu mendapatkan apa yang dibutuh dan inginkan tanpa perlu banyak bicara. Namun mampukah Rara mendapatkan Ryan, sahabat ke...