The Flowers

174 43 60
                                    

''Apa harus aku jadi guling, biar bisa kamu peluk?''

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


''Apa harus aku jadi guling, biar bisa kamu peluk?''

''Apa harus aku jadi tukul, biar bisa bicara empat mata bareng kamu?''

"Apa harus aku goyang dumang, biar—''

''Hati senang? Galau jadi hilang?'' potong Aldo cepat menoyor belakang kepala Ryan.

Dari awal datang, Ryan langsung duduk bersila menghadap Rara dan monolog pada kebo cantik berwujud adik perempuannya itu. Setelahnya lelaki berjas itu duduk santai di sisi sebrang sembari mengesap kopi yang sudah tersedia.

Datang pula Reihan yang tak ingin absen mengolok aksi gabut Ryan. "Bang Yan punya masalah apaan, sih, sampai ngobrol sama orang pelor gitu?'' kekehnya jenaka menendang kaki Rara sebelum mengambil tempat duduk untuk memakai sepatu sekolah.

Lain jika di hari Minggu. Untuk Sabtu pagi, Rara justru akan berubah menjadi pengabdi kasur.

Gadis manis itu dibiarkan terlelap di sofa dengan posisi masih memeluk guling. Sebenarnya Rara sempat sadar saat Deva membangunkannya, tapi manusia pecinta tidur itu kembali menjelajah alam mimpi setelah merebahkan diri pada sofa empuk nan lebar di ruang tv.

''Ini tanggal enam 'kan? Masa dia lupa mau kemana hari ini?'' tanya Ryan memastikan.

''Dia gak lupa. Mungkin Rara capek, biarin aja dulu dia istirahat,'' saran Aldo prihatin. "Kalian pergi agak siang atau sore aja.''

''Kalau perginya sore, kalian berdua masih gak bisa ikut?'' Kepala Ryan tertoleh menghadap kedua lelaki yang mendadak kaku membalas tatapannya. ''Gak perlu dijawab, udah tau jawabannya.''

Arloji mahal pada pergelangan tangan Aldo dilirik elegan, menandakan keharusan lelaki itu untuk segera berangkat kerja. Ada rapat penting yang harus dipimpinnya nanti. Sebenarnya Aldo ingin menemani kunjungan rutin Rara yang setiap bulan menemui mendiang bunda tepat ditanggal hari ulang tahun wanita yang telah melahirkan mereka itu.

Hanya saja, waktu selalu tak bersahabat untuk Aldo maupun Deva yang jauh lebih sibuk. Lelaki galak itu bahkan lebih sering menginap di RS ketimbang tidur di rumah karena menjalankan tugas sebagai koas tahun terakhirnya. Dan untuk Reihan, kebetulan ulang tahun bunda jatuh di hari ia mengikuti pertandingan basket yang sejam lagi akan segera dimulai. Sedangkan Anggara sendiri masih berada di luar kota untuk mengurus perusahaan lain yang dipimpinnya bersama Aldo.

''Gue usahakan nyusul, Bang,'' timpal Reihan terdengar ragu.

Ryan mengusap perlahan pucuk kepala sahabatnya. Meski tak pernah mengatakan kekecewaannya secara langsung, siapapun paham jika gadis itu ingin keluarganya bersama-sama mengunjungi mediang Caraneshya—ibu Rara.

''Jangan dipaksa, Rei. Bayar absen lo dengan gelar juara, ya! Biar bunda senang,'' ujar Ryan bijak.

Sebagai anak basket juga, jelas Ryan tau betapa padat jadwal pertandingan dalam satu putaran. Lebih-lebih jika banyak tim yang berkontribusi. Sebelum dinyatakan gugur total maka tim tersebut harus siap sedia menunggu giliran main. Apalagi Reihan adalah seorang kapten, tentu posisinya sangat sulit untuk pergi-pergi.

Dear R #ODOC_TheWWG 2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang