The next morning, semua sudah berkumpul di ruang tamu dengan beg masing-masing. Bob cadangkan kami breakfast on the way ke Kundasang ja. So, we agreed with that. Saya dapat rasa ada seseorang tengok saya. Bila saya toleh, hey, he smiled. He look so nice dengan T-shirt merah dan jeans pendek paras lutut. Oh, that body. Fit and tough. I wish I can see that body. Memang sudah pun sebenarnya tapikan cahaya malap masa kami eheemmm tu. So saya cuma dapat raba dalam samar cahaya saja. To be honest, he's a real good guy on bed and make me want him more. Yes, I want him.
"Sephia, tu saja beg kau?"
Lamunan saya terhenti bila Bob tegur saya. Saya terus angguk. Saya perasan Lucy yang datang dari dapur tengok saya. Di tangan dia ada Nescafe Mocha dan dia baling pada saya.
"Minum sikit." She smiled tapi saya tau ada something sebab Lucy lain macam pagi ni. Saya nampak dia tengok Stanley dan pandangan dialihkan pada saya pula.
"Ok, angkat beg jom masuk kereta. Nanti owner homestay tunggu kita lama pula." Bob memecahkan ketegangan seketika.
Usai say goodbye pada parents Lucy, kami mulakan perjalanan. Bob yang drive and Stanley jadi co-driver. Lucy dan saya duduk seat belakang. Bob yang mahir bab drive kereta manual and 4WD bawa memang agak laju. Saya agak nervous juga sebab dulu masa naik Kundasang dengan my ex, dia tak bawa laju sampai meter cecah 120km/hour. Tapi Bob ni lain. Sesekali dia pandang saya dari cermin. Saya tak hairan, mungkin dia cuma nak check keadaan kami di belakang. Lucy cuma diam sambil layan lagu dari handphone. Saya mula rasa janggal. Terasa asing. Adakah dia dapat tau apa yang jadi pada saya dan Stanley subuh tadi? Oh, harap tidaklah!
Kami singgah sekejap. Lucy tertidur dan saya mau buka earphone dari telinganya. Kuat juga dia pasang lagu. Stanley keluar untuk ke tandas. Tinggal kami bertiga dalam kereta.
"Sephia, jangan buka dulu."
Saya terkejut dengan kata-kata Bob. Dia tengok saya dari cermin. Saya bingung.
"Ada saya mau cakap tapi tunggu kita sampai di homestay dulu. Tak jauh dah ni. Kalau kau dapat call dari saya, saya mau kita jumpa dalam kereta."
"Kenapa, ada apa?" Saya tambah panik.
"Nanti. Saya mau benda ni kita bicara berdua saja. Lucy nda boleh tau."
Haaa sudah! Tambah saya bingung!
"Bob, ada apa?"
Bob mematikan bicara. Stanley sudah mendekat dan masuk dalam kereta. Semua sudah ok dan kami bertolak semula. Bob sempat singgah di gerai sayur dan beli beberapa sayur. Katanya untuk masak makan malam.
Sampai di homestay, kami disambut seorang lelaki awal 40an, I guess. Dia owner homestay dan dia bawa kami tengok rumah. Lucy masih dalam kereta. Saya bangunkan dia. Muka dia nampak tegang. Saya mula rasa nda selesa. What happened actually?
"Lucy, sampai sudah."
"Yeah, I know."
Dia bangun dan turun dari kereta. Dia menggeliat dan terus berlari menuju rumah. Hairan saya dengan perangai dia. Nda pernah Lucy layan saya dingin. Dari jauh saya tengok Bob sambut dia dan terus peluk bahu. Saya senyum. How I wish saya ada abang. Bob usap kepala Lucy dan nampak mesra bersama. Mereka tenggelam masuk ke dalam kawasan rumah.
"Hey."
Terkejut saya bila ada yang menegur. Stanley. His hand peluk dari belakang. Entah kenapa saya nda menolak.
"You look stunning." He kiss my neck. Oh, damn!
"Stanley, nanti... Lucy..."
"Let it be."
YOU ARE READING
HOPE
RomanceSephia. Dia wanita biasa yang punya kisah lalu. Kisah lalu yang mereka gunakan untuk memijaknya hingga ke peringkat paling bawah. Hanya satu keinginannya. Dia inginkan kebahagiaan abadi.