Kepadamu,
tubuh tempat berpulangnya rindu
Kadang aku sedikit gagu.
Tentang bagaimana cara menyayangimu, aku mendadak bisu.
Lewat sajak yang mungkin keparat, entah akibat kurang rapat.
Susunan kata di sini bercelah,
tapi perasaanku tak pernah salah.
Kau satu,
selamanya di hatikuKepadamu,
tubuh tempat berpulangnya rindu
Tahu apa kau tentang kedalaman kalbuku?
Paham apa kau tentang tingginya harapanku?
Sungguh,
tak ada manusia lain yang bisa menyentuh tempatmu.
Sudah kuisi dengan kasih,
telah kujaga hingga pulihKepadamu,
tubuh tempat berpulangnya rindu
Dengan tingkah yang senang menyalakan api
kau tetap berkenan menjadikan aku bagian dari salah satu mimpi
sabarmu tak perlu diragukan,
seluruh kesalahan yang pernah bertamu seolah kau anggap penguat rindu
bagaimana mungkin aku betah berlama-lama jauh darimu?
jika semesta saja tahu,
tanpamu maka hidupku tak lebih baik daripada abuKepadamu,
tubuh tempat berpulangnya rindu
Beberapa kesempatan sering kita hilangkan.
Padahal sama-sama tahu,
mungkin kita tak punya cukup banyak waktu.
Mau sekuat apa pun menolak,
sekencang apa pun berlari dan sedalam apa pun sembunyi
kematian akan tetap datang.
Sebelum kisaran langkahku habis,
aku ingin memelukmu sembari menangis. Kemudian menggenggam erat jemarimu sebelum akhirnya terlepas tanpa kita saling melepasKepadamu,
tubuh tempat berpulangnya rindu
Semoga kau sudi menjadikan aku ruang berbagi.
Tumpahkan bebanmu di sini, dekapku selalu menjamin tenangmu.
Sebelum meninggalkan bumi, aku ingin menjadi kenangan terbaik yang tak pernah lupa kau patrikan di dalam sisiAku menyayangimu, selalu
KAMU SEDANG MEMBACA
Tinta Rindu
Puisikarna patah hatilah aku menulis Dan setiap baitnya terangkai dari hati yang patah