[ 02 ] Foxglove.

5.3K 1K 480
                                    


Di tepian sungai Jungkook terduduk pada batu besar, melempar-lempar kerikil kecil di tangannya ke udara.

"Apa yang membuatmu bertitip surat agar bertemu di sini?"

Sejenak Jungkook mengerjap, lantas menoleh ke belakang memperhatikan kawan sejalannya yang berdiri di belakang.

"Duduk lah, hyung," ia menepuk batu ini sama lalu kembali menatap arus perairan manakala sosok itu melangkah dan mendudukan diri.

"Kenapa?"

Sekali, Jungkook melempar kerikil di genggaman, sempat memantul di permukaan sungai sebelum tenggelam; "Hojang¹ gila itu ingin aku menggantikan salah satu gisaeng²nya."

Yoongi—figur ini tergelak berat dari raut kakunya, "Seokjin?"

"Yeah."

"Lalu apa yang salah? Lakukan saja. Kau berketergantungan hidup sebagai parasitnya, jangan buat manusia itu mengusirmu dari Gyobang³."

Maka Jungkook hanya terkekeh pelan, tak bermakna dan tanpa senyawa. Kemudian jemarinya menarik bilah pedang yang tersembunyi di balik kain cheollik⁴nya, "Bukan itu inti yang ingin kubicarakan denganmu," Yoongi diam mendengarkan, melihat bagaimana bocah ini menyentuh batang pisau yang memantulkan cahaya, "Belum lama aku dapat perintah lagi dari Selir⁵-utama. Kali ini dia ingin aku menghabisi putra mahkota."

Ada hening beberapa lama, Yoongi tak lantas menanggapi sampai ia pun memalingkan atensi menuju pada arus sungai, "Berapa bayarannya?"

"Cukup untuk menunjang hingga hari tuaku."

"Kalau begitu lakukan," kembali dirinya menatap bocah di samping, beberapa lama hingga Jungkook pun membalas tatapan ini, "Itu pun jika kau diizinkan bertemu hari tua," ajunya kritis sembari mengukir senyum remeh, "Hanya keajaiban jika kau mampu lolos untuk kali kedua dari kejaran putra mahkota, bung. Setelah apa yang kau perbuat lima tahun lalu kepada istri dan anaknya, dia jadi lebih menyeramkan dibanding kita yang bekerja seperti ini."

Jungkook terkekeh santai, "Bukan aku yang membunuh keluarga kecilnya," kini ia mengayunkan pedang ke depan, "Aku hanya menjagal dua prajurit kerajaan dan Si bidan. Itu kesalahan putri-Jisoo sendiri jika ia mati."

"Yah," Yoongi memutar bola mata persetan, "Jadi kesalahnnya jika mati karena meminum ramuan kehamilan yang diracuni? Benar sekali, ya ya ya, aku setuju."

Lagi, Jungkook justru tergelak renyah; "Hei, setidaknya itu bisa jadi kamuflase. Seolah-olah ia mati ketika ingin melahirkan, padahal sakit yang ia rasakan malam itu karena kerja racunnya. Aku hebat 'kan?"

"Jadi untuk apa kau repot-repot membunuh Si bidan?"

"Tentu agar bayinya tidak diselamatkan."

"Iblis."

"Seperti yang kau ajari."

Lantas keduanya tergelak bersama mengisi hening pada pagi ini. Sesaat sebelum Jungkook meredakan histeria diri dan menancapkan ujung pedang pada batu besar tersebut, "Kebetulan yang luar biasa saat aku sedang berpikir keras cara menyelinap ke istana, tiba-tiba Joohyun-nunim sakit."

"Kebetulan yang kau maksud bisa jadi salah satu alur takdir, entah membawamu dalam keberuntungan ... atau kematian."

"Aku tau. Toh tertangkap atau tidak, aku tetap akan dibunuh Selir-utama jika menolak permintaan ini," ia mengulas senyum kecil tatkala menatap sisi wajah Yoongi, "Setidaknya aku harus mencoba bertahan hidup kan?"

"Benar. Ironisnya ... orang-orang seperti kita bertahan hidup dengan mengambil nyawa orang lain."

"Itu hebat, hyung. Karena orang-orang besar ini pantas mendapatkannya."

Deadly NightshadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang