.
.
.Jungkook itu pemuda yang tak begitu awam pada aroma kematian. Kedua tangannya begitu besar dalam mengambil peran dalam banyak kematian orang-orang di luar sana. Entah itu manusia baik-baik ataukah sama pendosa seperti dia—mana peduli. Yang ia tahu berapa keping emas dalam kantung-kantung upah.
Pada detik ini pun sama—dalam kelu lidahnya, ia tak sama sekali merasa takut jikalau ada malaikat maut yang datang menjemput seiring mata pisau beracun itu menembus pori kulitnya. Justru ia sedang memikirkan hal lain semisal; bagaimana cara mengubur Seokjin hidup-hidup karena sudah menjualnya?
"Siapa yang mengutusmu!" sekali lagi suara berat itu membuat kuduknya meremang. Ujung pisau makin terasa menusuk, sedikit lagi masuk maka matilah dia.
Kedua tangannya ditahan ke belakang tubuh oleh sang Putera Mahkota, membuat gerak tubuhnya terbatas. Suara gesekan daun dan ranting berpadu dengan gemericik air langit di luar sana. Istana pribadi ini sepi, seluruh pengawal dan pelayan diminta barang semalam untuk menjauh. Membiarkan sang Putera Mahkota menikmati bagaimana nikmatnya surga dunia yang sudah berbaring cantik di atas tilam—begitu pikir kaisar.
"Dari mana kau tahu aku... Lelaki?" bukannya menjawab pertanyaan sebelumnya Jungkook malah lebih penasaran pada hal ini. Dia sudah yakin, jikalau dirinya sempurna dalam membawa diri serta perangai mengikuti mahluk berdada bulat yang disebut wanita malam ini.
Bahkan sekadar informasi saja, ia bahkan bertotalitas. Memakai beberapa kain tipis penyumpal dada supaya besar. Terdengar menjijikkan memang, namanya juga wanita. Tak mungkin ia berdada rata, mana ada pria melirik. Apalagi semua juga sudah paham, anggota kerajaan itu biasanya berotak selangkangan.
Pengecualian — bagi Jungkook pria di depannya ini impoten atau hanya memiliki pusaka sepanjang kelingking.
Taehyung mendecih, kedua tangan Jungkook masih ia cekal kuat di belakang punggung seraya menggeser belatinya berjalan. Menyusur halus di sepanjang kulit lehernya, memberikan sensasi gila. Dia bisa mati jika ujungnya menusuk jauh, tapi ini juga membuat darahnya berdesir hebat. Hingga akhirnya Jungkook tercekat, ketika ujungnya tepat berada di jakun dan Taehyung berbisik pelan di telinganya...
"Kau pikir aku tolol? Perempuan mana yang punya jakun?"
Otaknya beku sesaat. Jungkook lantas mengumpat pelan, mengutuk soal remeh seperti ini yang bahkan tak disadari pria lain namun justru diketahui oleh putera mahkota. Sial, sial, sial.
"Kutanya lagi, siapa yang mengutusmu! Atau aku akan menusukmu tepat di—"
"Aku tidak diutus dengan titah siapapun! Aku bergerak atas hati nuraniku sendiri!"
Jawabnya lantang, menyela pertanyaan dari Taehyung. Jungkook bersumpah, barusan itu jawaban terbodoh yang ia pikirkan secara acak. Dan sekarang semua jadi rumit.
Tak ada tanda-tanda Taehyung akan melepasnya, pun dengan menjauhkan tubuh. Jungkook bisa mencium aroma maskulin putera mahkota dari jarak sedekat ini.
"Apa maksudmu?" kembali terlontar namun tanpa intimidasi. Taehyung cukup terkejut saat gisaeng muda jadi-jadian ini berkata jika ia ingin membunuh tanpa titah siapapun. berarti ada motif pribadi yang terselubung.
"Lepas dulu tanganku dan jauhkan pisaunya," pintanya menawar.
"Apa untungnya aku melepasmu? Kau seorang kriminal!"
"Apa untungnya jika rakyat kecil dan miskin seperti aku mati? Kau pangeran yang kejam!"
Sama sekali tak ada getaran cemas di sana, membangkitkan rasa penasaran sang putera mahkota akan sosok ini. Kali pertama ada orang yang begitu berani bersikap padanya, memang terlihat kurang ajar tapi — ini menarik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deadly Nightshade
Fanfic『 taekook, joseon, suspense, historical 』 Sang Putra Mahkota mencintai mendiang istrinya terlampau dalam, hingga masa manakala Baginda Raja memerintahkannya mencari pasangan hidup baru; maka di malam pesta perjamuan putri-putri kerajaan negeri l...