•••
Ada yang berbeda dari suasana Gyobang siang ini. Suara petikan gayageum menyahut jadi satu. Beberapa gisaeng tampak meliukkan tubuh menarikan tarian bulan. Yang lain sibuk bersama beberapa syair dan juga pelajaran tata krama.
Namun ketika kedua daun pintu kayu besar itu terbuka, mereka terdiam sejenak. Memberi atensi lebih pada perawakan tampan yang melangkah masuk tanpa dosa. Surai depannya yang mulai memanjang hanya diikat asal ke belakang. Bibir sewarna sakura musim semi melantunkan senandung merdu.
Tak ada yang tahu riwayatnya, kecuali hubungan persaudaraan tak sedarah dengan pemilik tempat ini. Orang bilang dia bocah manis yang kerjanya hanya bermain dan menganggur saja. Nyatanya itu bukan dusta, tak ada yang tak terpesona pada wajah itu.
Membuat para gisaeng menatap puja, bahkan ada yang memberikan senyum termanisnya meski tahu itu sia-sia. Pria itu tak akan menoleh pada mereka. Tidak dulu pun sekarang. Tak peduli secantik apapun gisaeng yang ada di hadapannya, Jeon Jungkook hanya bersikap abai.
Memilih masuk ke lorong paling ujung, tempat sang kakak angkat berdiam menghitung uang. Sang Hojang— Kim Seokjin.
"Apa kau tidak punya kegiatan selain datang kemari dan menumpang tidur?"
Seokjin mendengus, melihat perilaku dari adik angkatnya itu. Tanpa merasa bersalah, berbaring di tilam dan mengangkat sebelah kaki ditumpu kaki yang lain. Berlagak pongah. Ciri khas Jungkook sekali.
"Hyung, berikan aku sedikit uang!"
"Ingin mati?" sahut Seokjin sambil mendelik. Tidak bercanda, jika itu urusan uang maka Sang Hojang bersedia mengayunkan pedangnya.
Itulah mengapa ia dipercaya kerajaan untuk menjadi seorang Hojang di salah satu Gyobang terkenal di pusat kota Hanseong.
"Kejam sekali sih, padaku!"
"Tentu saja! Kau pria sehat, ototmu kekar, otakmu cerdas dan wajahmu tampan. Pergilah ke istana, kudengar kerajaan mencari pengawal untuk kediaman pribadi putera mahkota."
Jungkook berjengit sebentar, lantas memandangi Seokjin dengan tatapan penuh tanya. "Mencari pengawal? Bukankah ini bukan waktunya seleksi masuk untuk tentara kerajaan."
"Ya—," jendela ruangan pribadinya dibuka. Pemandangan para gisaeng yang sibuk dengan segala urusannya tampak jelas dari sini.
"Kau lihat sendiri, gyobang tidak menerima tamu sejak kemarin. Seluruh gisaeng kuminta berlatih dengan keras untuk acara besar dua hari lagi.""Acara apa?" Jungkook bertanya, kali ini menuang anggur di gelas dan meminumnya berkali-kali seperti air putih. Berterima kasih pada dirinya yang tidak mudah tumbang oleh cairan itu.
Seokjin memukul dahi pemuda itu dengan kipas cantiknya. "Oh astaga! Apa kau tidak baca pengumuman di pasar-pasar dan jalanan? Putera mahkota sedang mencari calon istri. Kaisar mengadakan perjamuan besar-besaran untuk para puteri dari kerajaan lain, juga mereka yang berada pada darah bangsawan. Aku diminta untuk menyiapkan gisaeng terbaikku sebagai hiburan nanti."
Keduanya kini duduk berhadapan, menikmati anggur bersama suara petikan gayageum milik seorang gisaeng yang berasal dari ruangan sebelah. Seokjin sejenak menatap wajah polos adiknya, pemuda yang dikenalnya di panti asuhan dulu.
"Jungkook, jadi apa kegiatanmu saat ini? Kau tidak bekerja?"
"Tidak. Aku pengangguran."
"Tidakkah terpikir di benakmu untuk sebuah rencana masa depan? Seperti mempersiapkan bekal agar anak dan istrimu tidak kelaparan. Aku bukannya tidak mau membagi uang denganmu tapi kau juga harus belajar bertanggung jawab atas hidupmu."
Gelak tawa jadi jawaban. Barisan gigi kelinci itu seakan mengejek Seokjin dengan nasihatnya.
"Aku tahu kok, aku tahu. Karena itulah aku kemari. Hyung adalah seorang Hojang yang punya banyak koneksi ke dalam istana. Bantu aku mencari pekerjaan."
Jungkook lagi-lagi tersenyum manis, sebuah bujukan mematikan yang jarang tertolak oleh Hojang mata duitan ini. Dia benar-benar harus mendapatkan pekerjaan atau tepatnya— mendapatkan akses masuk ke dalam istana.
"Ya, baiklah! Kelak kupikirkan!"
Pembicaraan mereka menggantung kala pintu diketuk pelan, Seokjin terburu menggeser dan mendapati salah satu gisaeng muda berwajah panik.
"Ada apa?"
"Hojang Kim Seokjin, Gisaeng Haengsu mendadak jatuh pingsan saat menari."
Tak ada jawaban, Seokjin langsung berlari mengikuti sang gisaeng muda menuju ruangan sebelah. Jungkook tak ikut keluar, hanya memperhatikan dari dalam bagaimana paniknya Hojang itu saat Gisaeng kesayangannya sakit.
Jungkook biasa memanggilnya Nunim. Dia adalah Bae Joohyun, seorang gisaeng haengsu yang juga tercantik di gyobang ini. Joohyun pandai menari dan memetik gayageum. Penampilannya selalu menarik hati siapapun.
Maka tak heran, kini ketika sang gisaeng sakit maka Seokjin bingung setengah mati.
Bolak-balik berjalan seakan kehilangan seluruh pusat uangnya mengalir, membuat Jungkook jengah.
"Kenapa kau harus pusing? Cari saja gisaeng lain yang kepiawaiannya menjentik gayageum sepadan dengannya. Yang wajahnya cantik ketika dipoles dengan riasan dan tudung pastel khas gisaeng kesayanganmu itu."
"Tak ada yang secantik Joohyun! Baik itu tariannya, jari-jarinya memainkan dawai ataupun wajah."
Samar kemudian rungu sang Hojang mendengar gumaman asal Jungkook;
"Hanya sekedar dawai gayageum dan liukkan tarian bulan, aku juga bisa... ""Jeon Jungkook!"
"Ya?"
"— aku baru sadar, bukankah kau pandai mendawai gayageum dan menari. Kau butuh pekerjaan bukan? Gantikan Joohyun lusa. Bagaimana?"
—💜—
Notes;
Gisaeng; wanita yang bekerja sebagai penghibur bagi para raja, bangsawan ataupun pejabat pemerintahan
Gyobang; rumah bagi para gisaeng
Hojang; Orang yang mengepalai sebuah gyobang. Dan mengatur, menguasai serta melindungi para gisaeng.
Gisaeng Haengsu; gisaeng utama
Hanseong; ibukota di era Joseon [sekarang Seoul]
Gayageum; alat musik dawai yang biasa dimainkan para gisaeng
⌚ 02 Desember 2019 ⌚
KAMU SEDANG MEMBACA
Deadly Nightshade
Fanfiction『 taekook, joseon, suspense, historical 』 Sang Putra Mahkota mencintai mendiang istrinya terlampau dalam, hingga masa manakala Baginda Raja memerintahkannya mencari pasangan hidup baru; maka di malam pesta perjamuan putri-putri kerajaan negeri l...