1.

148 25 9
                                    

TITISAN BARBIE

"Ion...Rambut kamu lembut, aku suka," ucap Efika sambil memainkan rambut jelmaan Majesty.

"Iya dong kan-kodomo teman baik ku," ucap Arion sambil cengar - cengir menginggat iklan tersebut.

"Efika..."

"Kaa..." panggil seorang cewek sambil menepuk halus salah satu bahu Efika.

Cewek dengan tinggi badan yang jauh lebih tinggi dari pada Efika, cewek yang menyandang gelar  Miss Bucin dalam kelasnya tersebut, karena bagi cewek tersebut,'Not Bucin Not Happy'

"Kaa..." ucap cewek tersebut sambil mengoyang - goyangkan tubuh Efika, sehingga sang empu tersadar dari dunia pelanginya.

"Woy EFIKA... Lu itu kalau di panggil jawab ! Perasaan telinga lu masih sehat," ucap cewek tersebut dengan suara yang naik sedikit, karena kesal  pada Efika yang tak kunjung mendapat respon.

Efika menghembuskan nafas kesal karena lamuan nya tergangu oleh cewek yang ada di samping nya dan sialnya lagi orang tersebut adalah teman sebangkunya sendiri.

"Buset dahhh ini gue panggil dari tadi ga dijawab - jawab, iya... gue tau kalau lu titisan Barbie, tapi masa iya ini anak jadi boneka Barbie yang ga bisa ngomong ? Efika.... jangan kek boneka Barbie yang jadi maian anak - anak dong ! Efika..." ucap cewek tersebut dramatis dan terus mengoyang - goyangkan tubuh Efika.

"Berisik," ucap Efika dengan dingginnya.

"Lu sih, di panggil ga jawab - jawab, sekali jawab bikin orang naik darah aja, terus... ngapain tadi pakai acara senyum - senyum sindiri, kek orang gila yang ada di depan sekolah lu," ucap cewek tersebut mengutarakan apa yang di lihatnya beberapa detik lalu.

"Hidih siapa juga yang senyum - senyum, sok tau banget," ucap Efika yang tak mengakui faktanya.

"Mata aku masih sehat ya, Efika Azkia Enya."

Efika Azkia Enya gadis berusia 16 tahun yang belum memenuhi standar kecantikan sebagai cewek yang berkulit putih.

"Bodo Amat," ucap Efika singat,padat, dan jelas.

"Tenang Alfiya tenang, berhadapan dengan titisan Barbie, bermulut sambal dan bermuka datar, wajib sabar," ucap Alfiya menenangkan dirinya.

Alfiya Najellyta cewek dengan tinggi badan yang lebih di atas Efika, dan menyandang gelar Miss Bucin dalam kelasnya.

***

Efika tidak memperdulikan apa yang teman sebangkunya ucapkan, kegiatan apa yang sedang di lakukan, dan yang hanya ada di pikiran Efika adalah melanjutkan khayalan yang sempat terhancurkan oleh teman sebangkunya.

"Haduhhh, mulai dah nih, pandangan keluar jendela, ngayalin cogan, seakan - akan ga mengargai gue sebagai teman yang ada di sampingnya," ucap Alfiya dramatis, Alfiya yang hafal dengan kebiasaan Efika saat jam kosong,"Yaelahhhh... berhayal mulu dah, kurangin deh khayalan lu itu, cogan mulu cogan mulu," ucap Alfiya lagi dengan di sertai unsur - unsur sindiran.

"Bodo amat, yang berhayal gue yang susah lu," ucap Efika yang akhirnya kembali menanggapi ucapan Alfiya karena Efika tidak dapat melanjutkannya jika Alfiya terus ngoceh di sampingnya.

"Kurang - kurangin deh berhayal lu tuh, hidup itu jangan kebanyakan berekspletasi nanti kalau gk sesuai reality bakalan sakit."

"Selagi aku bahagia dengan ekspleitasi  ku, kenapa tidak ?" ucap Efika menanggapi sindiran Alfiya dengan nada acuh tak acuh.

"Lihat tuh di depan ada yang menanti," ucap Alfiya yang langsung mengalihkan pandangan, sementara Efika hanya menanggapi dengan tatapan seolah - olah berkata 'siapa?'

"Cowok Black Tower," ucap Alfiya yang tentu saja Efika tau siapa orang yang di maksud Alfiya, karena di kelas mereka ada berbagai macam julukan yang melekat pada setiap siswa- siswi nya.

"Raka...? " tanya Efika yang langsung di angguki oleh Alfiya,"Raka ? Menantikan Titisan Barbie yang manis ini ? Haduuu emang berat ya jadi gue tu, banyak yang suka soalnya," ucap Efika dengan dramatis.

"Nyesel gue bilang kalau Raka menantikan lu."

"Tenang Miss Bucin, Titisan Barbie ga suka ko sama Raka."

"Ga suka ? Chattingan aja  tiap hari bilang nya ga suka."

"Ya bukan berarti dengan chatinggan tiap hari itu ada rasa suka," ucap Efika yang kembali dengan muka flat-nya tersebut.

"Chattingan tiap hari itu tandanya, salah satu dari kalian ada yang suka."

"Miss Bucin sok tau banget dah,  Titisan Barbie juga ga chattingan tiap hari ko, kalau salah satu nya ada yang suka itu bukan Titisan Barbie."

"Tapi bisa aja lu, nyaman  sama si Black Tower."

"Ga usah sok tau, Miss Bucin sebelumnya, meringis melihat keturunannya sok tau kek gini."

"Intinya sebentar lagi lu nyaman sama Raka," ucap Alfiya yang seenak jidat menyimpulkan.

"Enak banget ya lu nyim-"ucapan Efika terpotong oleh terpotong oleh Bu Wati yang masuk kelas memberikan tugas, untuk mencatat materi bahasa Inggris karena bu Wati akan Rapat.

Bangku tempat Efika duduk berada di belakang jadi tidak begitu leluasa bagi Efika untuk melihat Televisi putih di depan kelasnya.

"Titisan Barbie ga kelihatan loh di belakang kek gini, titisan Barbie tu udah kecil, di tempatin di meja belakang pula," ucap Efika dengan dramatis yang merasa miris dengan tempat duduknya.

"Alay," Sorak teman sekelas.

"Lily was a little girl tempat kamu di pakai Titisan Barbie sebentar ya," ucap Efika meneriaki sekretaris yang sedang menulis di papan, dan kebetulan bangkunya berada di deretan depan.

Sementara yang di teriaki hanya mengacungkan jari jempol sebagai jawaban.

***

Efika mendapati sekelompok teman - teman Jelmaan Majesty sedang ngobrol, Efika yang kepo dengan topik yang di bicarakan akhirnya memutuskan untuk ikut serta menjadi pendengar setia dari obrolan mereka, sebelum Efika ikut serta, Efika melihat Raka dan Rafi pergi dari tempat yang ia tempati tadi.

Setelah Efika ikut serta menjadi pendengar setia, Efika agak kaget karena yang di bicarakan adalah sesuatu yang vulgar yang mengandung unsur - unsur ke dewasaan.

'Haa ? Di buka baju birunya ?ini ga ada topik lain apa ? Haruskah yang vulgar seperti itu di bicarakan,' batin  Efika yang terheran - heran.

"Titisan Barbie ingin tanya," ucap Efika dengan semangat empat puluh lima, sementara jelmaan Majesty dan Bima langsung melihat ke arah Efika dengan tatapan bertanya - tanya 'Sejak kapan ini cewek ada di sini ?'.

Efika yang melihat Jelmaan Majesty melihat ke arah nya, lantas seolah - olah ada sihir yang menyihir Efika untuk memakukan pandangan nya ke satu objek di depan nya.

"Bim emang tadi yang di buka baju birunya, di putar - putar hitam - hitamnya, di jilat putih susunya, itu siapa  ?" ucap Efika yang tanya ke Bima, tapi sayangnya pandangan mata Efika tidak bisa beralih kali ini, Efika sanggat fokus bahkan lupa untuk berkedip, objek pandang yang di depannya cowok tinggi berhidung mancung, yang bernama Aksa Delvin Arion sang jelmaan Majesty.

Eka Safitri♡

Tuban
05 Desember 2020

Majesty Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang