05. Club

931 14 0
                                    



Kenzie sudah berada di club, padahal tadi waktu di jalan GPS di ponselnya sempat berhenti di romantic cafe, namun hilang begitu saja, dan tidak tersambung. Mungkin saja ponsel Clarita mati, atau apapun yang membuatnya tak bisa melihat GPS milik Clarita.

Di luar club dengan mobil yang masih di parkir di parkiran Kenzie melirik orang-orang yang masuk ke dalam club bersama dengan pasangan mereka masing-masing.

Ia masih enggan untuk masuk, karena menunggu beberapa saat, sebelum melihat ada mobil yang terparkir tak jauh darinya.

"Clarita?"

Buru Kenzie keluar dan menghampiri Clarita sebelum ada gerombolan orang yang menghalangi pandangannya dan membuat Kenzie tak bisa melihat dimana keberadaan Clarita.

"Minggir sana!"

Yang di sirih minggir malam diam saja. Setelah melihat kesana-kemari Kenzie juga tak menemukan Clarita.

"Duh, bego. Kemana lagi sih tuh orang."

Clarita tadi yang baru keluar dari mobil berjalan keluar, namun ketika melihat Kenzie dari ujung matanya membuat Clarita menarik David agar berjalan lebih cepat. Mereka hanya perlu masuk tanpa tanda pengenal.

"Pelan-pelan ih, gue jatuh ntar bego."

"Lo yang bego, disana ada Kenzie tau!"

"Lah terus? Lo mau kesana, juga?"

"Ya nggak lah, ih. Buruan ah, gue males lihat muka bangsat dia."

"Udah putus aja gitu."

"Udah jangan bacotan aja, buruan masuk."

Mereka berjalan masuk. Ah, Clarita buru-buru mencari tempat duduk karena gak ingin berdiri begini saja. Setelah melirik kesana-kemari Clarita memilih duduk di meja bar.

"Lo duluan aja. Gue mau ketemu temen gue dulu."

"Ya, sana lah. Gue juga bisa sendiri kali."

Dengan malas Clarita berjalan kesana. Ada beberapa yang meliriknya karena memang pernah bertemu di club yang sama, dan sempat mengobrol juga.

Setelah duduk Clarita ingin memesan orange jus namun karena ada banyak teman sekolahnya, dan juga beberapa anak sekolah lain. Clarita jadi urung.

"Vodka," pinta Clarita sambil mengetuk jarinya di meja dan menggerakan kursinya.

"Vodka? Orange jus?"

"No, Vodka."

Vodka? Clarita itu payah sekali, jika minum. Semoga malam ini beruntung dan tak terjadi apa-apa untuknya. Biasa memang pelayan di bar ini memberikan orange jus saja. Karena memang itulah pesanan Clarita seperti biasa.

"Silahkan, nikmati malam panjang mu di akhir sekolah."

"Ah ya, ya."

Dengan ragu Clarita mengambil gelas kecil yang sudah terisi hampir penuh itu dan ingin menegaknya namun tertahan.

"Sekali minum ya, kalau setengah-setengah doang, rasanya bakal aneh."

"Ya, yaya."

Dengan pasti Clarita menegaknya hingga habis. Rasanya aneh, dan juga sedikit panas di tenggorokan. Kenapa?

"Gimana?" tanya pelayan tadi setelah melihat wajah semerawut milik Clarita.

"Hm, aneh sih. Tapi nggak papa. Sesekali juga, tapi boleh deh lagi. Gue mau."

POSITIFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang