20 : Alone

21 6 0
                                    

Terkadang kesendirian itu tak terlalu buruk. Justru dari sanalah kamu akan belajar seberapa penting arti ketenangan bagi setiap individu.

- Keenan Atmawijaya -

Aula SMK Bayu Utama sudah dipenuhi beberapa deret kursi plastik dan juga hiasan di beberapa bagian dinding

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aula SMK Bayu Utama sudah dipenuhi beberapa deret kursi plastik dan juga hiasan di beberapa bagian dinding. Terdapat juga spanduk besar dan juga banner yang dipajang di bagian panggung.

Keenan berjalan menuju ke panggung guna menemui Genta dan juga Nathan, selaku panitia acara perpisahan kelas XII.

Kalau saja hari ini Keenan disuruh menemui panitia, lebih baik Ia bolos saja. Rasanya ini cuma membuang waktunya saja.

Ekor mata Keenan mencari keberadaan dua orang itu. Tapi, yang dia temui hanya Genta saja, tidak terlihat sosok Nathan bersamanya.

"Lu Genta kan?"

Genta menoleh ke arah Keenan. "Iya, gue Genta. Ada apa ya?"

"Gue Keenan, perwakilan dari jurusan UPW. Gue disuruh tanya beberapa teknis buat persiapan besok."

"Oke, duduk disana aja, biar lebih nyaman."

* * * *

Jam praktek jurusan permesinan masih berlangsung, Semua murid diberikan kebebasan waktu untuk berdiskusi mengenai mesin-mesin yang mereka analisis. Rachele menggunakan waktunya itu untuk menyendiri sejenak menenangkan pikirannya.

Rachele masih terbayang sosok Keenan saat tadi berpapasan dan juga sempat bertatapan mata dengan pemuda itu. Hatinya memang belum bisa sepenuhnya melupakan Keenan. Tempat itu masih lapang dalam dadanya. Hatinya memberikan kesempatan bagi Rachele untuk bersabar dan menunggu Keenan. Tapi, gadis itu masih mempertanyakan alasannya untuk terus bertahan untuk Keenan yang bahkan tak terlihat menantikan atau pun mengharapkan kehadirannya.

Mungkin saja kini Ia butuh waktu untuk merenungi semuanya. Rachele tak mau jika nantinya cintanya bertepuk sebelah tangan. Rachele tak mau apa yang sudah Ia perjuangkan selama ini menjadi sia-sia. Keenan memang pemuda yang saat ini memikat hati Rachele, namun, Ia tak tahu jika suatu saat rasanya pada Keenan bisa saja berubah atau pun sebaliknya.

"Ngelamunin apaan nih?" suara Rino membuat Rachele terkejut seketika.

"Astagfirullah No, lu buat kaget gue aja. Muncul gak ngasih aba-aba mirip kek jurig lu!" Rachele mengelus dadanya akibat rasa kaget saat melihat sosok Rino.

"Sialan lu, muka ganteng kek gini dibilang mirip jurig."

Rachele tertawa sembari memberikan ponselnya kepada Rino, "mendingan lu ngaca dulu deh, liatin muka lu ada yang salah nggak."

Rino terkejut melihat wajahnya yang cemog dengan noda oli. Dengan segera, pemuda itu mengembalikan ponsel Rachele dan berlari menuju ke arah kamar mandi. Rachele hanya bisa menggeleng sembari menahan tawa akibat tingkah laku teman sebangkunya itu.

Untuk sementara waktu Rino berhasil membuat Rachele melupakan masalahnya sejenak. Pemuda itu berhasil membuat gadis itu kembali menjadi dirinya sendiri. Menjadi Rachele yang kuat dan tangguh menghadapi apapun termasuk perasaannya sendiri.

* * * *

"Jadi gue besok ke sekolah jam 7 pagi?" tanya Keenan pada Genta.

"Iya, besok kita semua mesti gladi dulu sebelum hari-H. Lu bisa kan besok?" Genta menatap Keenan untuk memastikan.

"Gue bisa saja sih, tapi, kalo ada apa-apa nanti gue kabarin lu deh."

Genta mengangguk, "kalo ada apa-apa lu bisa hubungin nomor gue yang ada di pamflet. Udah sempet liat kan?"

Keenan mengangguk singkat. Ponselnya bergetar dan dengan segera pemuda itu mengambil benda itu dari saku celananya. Terpampang jelas di layar ponselnya nama Derly di bagian atas notifikasi pesannya.

Derlyf
Nan gue mau bahas sesuatu sama lu. Buruan ke kantin yak, gue tunggu sama Theo!

* * * *
Derly menyodorkan ponselnya dan menunjukkan screenshot pamflet event pelajar yang diadakan Kementerian Pendidikan. Keenan mulai meneliti barisan kata per kata sembari mencermati isinya.

Theo dan Derly hanya bisa saling melirik satu sama lain. Mereka berdua cukup penasaran dengan respon Keenan mengenai hal ini.

"Ini di luar kota?"

Derly mengangguk, " temen gue yang nemuin pamflet itu kebetulan juga dia ikut OSIS jadi ya seenggaknya gue tahu infonya dikit-dikit."

Keenan mengangguk paham. Pikirannya kini hanya fokus pada isi dalam pamflet. Event itu bisa mengubah hidupnya. Keinginan Keenan untuk mewujudkan mimpinya kemungkinan besar akan terjadi. Setidaknya ada harapan yang menjadi pengobat kebimbangannya selama ini.

"Kalo gue mau daftar harus langsung ke CP nya langsung apa gimana?" Keenan mulai kepo mengenai event tersebut lebih jauh lagi.

"Seriusan lu mau ikutan? Bokap lu gimana?" Theo memandang Keenan seraya menunjukkan ekspresi terkejutnya.

Cowok itu mengangguk. Keenan mantap mengambil keputusan ini. Meskipun ia tahu, belum tentu Ayahnya akan menyetujui keputusannya itu.

"Mendingan lu pikir-pikir dulu sob, ya sekalian rembug sama bokap lu. Gue gak enak jadinya nanti mau nyampein ke temen gue. Tuntasin aja dulu problem lu sama bokap baru deh daftar." Derly mencoba membujuk Keenan agar berpikir dengan matang-matang sebelum mengambil keputusan.

"Sampe kapan gue harus ngalah sama keputusan bokap gue? Gue berhak milih apa pun yang gue mau. Ini hidup gue, dan gue yang jalani ini semua, bukan bokap gue!"

Theo merinding seketika melihat Keenan yang berkata seperti itu. Derly menarik nafas panjang lalu mulai memberikan nasehat pada Keenan.

"Seengaknya lu bilang sama bokap deh. Kasihan nanti yang lain gatau apa-apa malah ikutan jadi korban. Please dengerin gue sekali ini aja," pinta Derly dengan sangat pada Keenan.

Pemuda itu bangkit dari kursi kantin dan pergi begitu saja meninggalkan dua sahabatnya. Nampak ketidaksetujuan dengan saran yang diberikan oleh Derly. Tapi, bagaimanapun juga Keenan harus mempertimbangkan orang-orang lain yang terlibat, sebisa mungkin ia harus mengesampingkan egonya demi kepentingan bersama.

* * * *

Keenan termenung sembari duduk di bawah pepohonan taman SMK yang cukup sepi. Taman belakang sekolah memang bukan menjadi incaran utama untuk tempat sekedar mengobrol. Pemuda itu memainkan dedaunan yang berserakan di dekatnya.

Pikirannya akan saran yang diberikan Derly tadi cukup mengusiknya. Di satu sisi, perasaan bersalahnya pada Rachele juga kembali mencuat. Keenan berpikir keras untuk menyelesaikan semuanya. Ia pun bergegas mencari keberadaan Rachele.

Langkah kaki Keenan cukup gesit melewati setiap koridor sekolah menuju tempat yang mungkin saja bisa menjadi tempat nongkrong seorang Rachele.

Keenan langsung menuju ke kelas Rachele. Saat sudah sampai di dekat kelas Rachele. Benar saja, gadis itu sedang duduk di dekat tangga menuju ke lantai dua. Pemuda itu dengan segera menghampiri Rachele dan tanpa basa basi lagi mengajak gadis itu untuk ikut dengannya.

To Be Continued To Part 21

Sorry gaes aku baru up Salah Jurusannya, nah gimana part 20- nya, menarik nggak nih kisah dari Keenan dkk. Kalau kepo sama lanjutannya jangan lupa vote and comment ya. Bantu aku buat terus up cerita ini sampe akhir ok. See you 😉

SALAH JURUSAN [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang