PART 4

118 25 4
                                    

-Flashback-

 “Ini..”

Seulgi yang sedang duduk di kursi panjang di luar Bloomingdale’s tersadar dari lamunannya begitu sosok seorang pemuda bertubuh jangkung menghampirinya seraya menyodorkan sebuah paper bag ukuran medium bergambarkan pohon natal dengan tulisan Bloomingdale’s.

“Sepertinya benda ini tidak begitu cocok denganku.”

“Kau?”, Seulgi mulai merespon pemuda itu.

“Ya. Mungkin lebih baik jika kau yang memilikinya.”

“Aku akan mengganti uangmu.”

“Tidak perlu. Anggap saja hadiah natal titipin dari Santa Claus.”

“Cih! Kau pikir aku masih anak-anak?”

“Tubuhmu membuktikannya.”

“Kau menghinaku lagi?!”

“Mau minum bersama?”

Keduanya tampak berjalan menuju Serendipity III 3 Restaurant General Store yang letaknya tidak terlalu jauh dari Bloomingdale’s.

“Terima kasih…”

“Akan ku sampaikan padanya (Santa Claus).”

 

-Flashback END-

Di waktu yang bersamaan Chanyeol juga kembali ke Serendipity III 3 Restaurant General Store untuk mengambil syal miliknya yang tertinggal. Tanpa ada harapan untuk bertemu lagi Seulgi harus dikejutkan dengan menemukan syal berwarna cokelat tua yang ia yakini milik Chanyeol karena sebelumnya ia melihat Chanyeol melepaskan syalnya dan menaruhnya begitu saja di meja.

Langkah berat itu akhirnya membuat Seulgi menoleh ke arah asal suara itu dan menemukan sosok Chanyeol, pemuda yang sangat ingin dihindarinya muncul tepat di hadapannya dengan ekspresi wajah yang juga tak kalah kaget.

“Serendipitiy?”, gumam Chanyeol.

“Oh, Hey. Ini memang terlihat begitu aneh tapi sepertinya-“

“Ingin pergi melakukan sesuatu?”

“Ya?”

“Bagaimana dengan ice skating?”

Tempat ice skating di Wollman Rink yang berlokasi di Central Park itu masih ramai akan pengunjung walaupun jarum jam sudah menunjukkan pukul 03.32 AM. Sepertinya memang natal membawa keistimewaan tersendiri bagi penduduk kota New York. Beberapa pasang kekasih terlihat menikmati ice skating di tengah hujan salju yang semakin membuat suhu kota itu semakin terasa dingin.

“Jadi bagaimana dengan orangtuamu?”

“Aku tidak begitu yakin mereka akan menyuruhku pulang ke Korea dalam waktu dekat. Mereka mungkin akan sangat bahagia jika aku bisa selamanya di sini.”

“Kenapa begitu?”

“Entahlah, mereka terlalu sibuk untuk mengurus hal selain bisnis. Kau sendiri?”

“Orangtuaku meninggal saat umurku masih 3 tahun.”

“Maaf aku tidak bermaksud mengungkitnya.”

“Dan aku beruntung karena paman dan bibiku masih mau menampungku.”

“Lalu, kenapa kau bisa tinggal di Korea dengan waktu yang cukup lama?”

“Aku melarikan diri.”

“Apa?!”

“Sepertinya kehadiranku selalu membawa sial dalam keluarga pamanku. Ya, paman dan bibiku selalu bertengkar karenaku. Pamanku sampai bangkrut dan akhirnya ditinggal pergi bibiku. Terdengar sangat menyedihkan bukan?”

“Seharusnya kau tidak meninggalkan pamanmu di saat dia terpuruk kan?”

“Aku akan semakin menjadi bebannya jika aku tidak segera pergi dari kehidupannya.”

“Dan kenapa kau bisa sampai di New York?”

“Aku di sini karena profesiku sebagai bartender.”

“Wah, kau seorang bartender? Kau bekerja di bar mana?”

“Sepertinya tidak adil kau mengetahui segalanya tentangku sedangkan namamu saja aku belum tahu.”

“Sudah ku bilang suatu saat nanti kau pasti akan mengetahuinya sendiri.”

“Iya jika kita bertemu lagi setelah ini.”

“Hey, aku rasa mungkin setelah ini kita akan sering bertemu.”

BUK!

 

Chanyeol terpaksa harus menarik bibirnya dan memamerkan deretan giginya yang rapi itu karena pemandangan di depannya yang terlihat cukup menyedihkan memang tapi cukup lucu juga untuk ditertawakan, Seulgi harus rela mendarat bebas begitu saja setelah kehilangan keseimbangan dan membiarkan seluruh badan bagian belakangnya menyetuh dinginnya lantai ice skating di tengah keramaian.

“Hey, kau baik-baik saja?”

“Tidak buruk. Aku sudah sering terjatuh seperti ini.”

“Kau benar-benar seperti anak kecil, Nona.”

Chanyeol membantu gadis mungil itu berdiri dengan menarik lengan kanannya, alhasil mereka harus menghentikan kegiatan mereka karena tangan kiri Seulgi yang sedikit terluka. Keduanya melangkah bersamaan menuju kursi panjang untuk mengistirahatkan diri mereka sejenak, pemuda berambut pirang itu pun berinisiatif untuk segera pergi mencari plester namun rencananya sepertinya tidak akan bisa terwujud.

“Ku rasa sebentar lagi matahari akan terbit, haruskah kita segera mengakhiri kencan buta ini?”

Chanyeol melirik jam tangannya dan memang benar, jarum jam sudah menunjukkan pukul 05.17. ‘Sial’ rutuk Chanyeol dalam hati, kenapa semuanya harus berakhir secepat ini. Baiklah, pada kenyataan Chanyeol memang tidak berniat sama sekali untuk mengkhianati tunangannya dengan melakukan kencan buta ini begitu juga dengan Seulgi yang tidak bisa berhenti memikirkan Mino selama dirinya bersama Chanyeol sedari tadi. Tapi entah mengapa, keduanya begitu menikmati kebersamaan ini, kehangatan yang sudah lama tidak dirasakan Seulgi setelah dirinya harus dihadapkan dengan hubungan jarak jauh bersama Mino bisa didapatkannya kembali dari pemuda ini. Sepertinya memang keduanya harus segera mengakhiri semua ini sebelum sesuatu yang tidak diinginkan mereka harus terjadi di antara mereka.

“Baiklah, aku akan menemanimu mencari taxi.”

SerendiptyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang