Part 5

97 22 4
                                    

Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut Chanyeol maupun Seulgi selama kaki-kaki mereka menginjak tumpukan-tumpukan salju melewati beberapa toko yang tentunya masih tutup di hari natal, dinginnya kota New York membuat suasana di antara mereka semakin dingin pula, layaknya baru pertama kali bertemu mereka yang tadinya terlihat begitu nyaman sekarang malah diselimuti suasana canggung.

“Ini..”, Seulgi membuka pembicaraan seraya menyodorkan selembar kertas hasil robekan dari notebooknya. 2 baris tulisan tertulis dengan cukup rapi menggunakan tinta berwarna pink di kertas itu. Kang Seulgi kemudian diikuti 555-5510 di baris kedua.

“Aku tidak percaya aku akan memberikan ini pada orang asing sepertimu tapi ku rasa akan sangat menarik jika suatu saat nanti kita bertemu lagi.”

Chanyeol menoleh ke arah Seulgi dan mendapati selembar kertas hasil robekan di hadapannya. Tidak yakin bahwa gadis di hadapannya akan memberikan suatu informasi mengenai dirinya sendiri, Chanyeol yang penasaran dengan apa yang ditulis di kertas itu berusaha mengangkat tangan kanannya dan membiarkan jari-jarinya menggapai kertas mepunyai panjang tidak lebih dari 5cm itu.

Sedetik kemudian sebuah truk pengangkut sampah lewat begitu saja, buruknya hal itu menimbulkan angin yang sangat kencang dan tebak apa yang terjadi selanjutnya? Ya, kertas yang hampir berhasil berpindah ke tangan Chanyeol itu harus terbang begitu saja terbawa angin kencang dan akhirnya bergabung dengan kertas-kertas kecil yang ikut berterbangan di sekitar mereka.

“Kau bisa menulisnya kembali kan?”

“Tunggu, tidakkah kau merasa ini sangat aneh?”

Seulgi yang merasakan sesuatu tidak berniat sama sekali menjelaskan pada Seulgi apa yang dirasakannya. Gadis berambut cokelat itu lebih memilih untuk berjalan pergi begitu saja meninggalkan Chanyeol yang masih terdiam di tempatnya.

“Hey, kau hanya cukup menuliskan kembali bukan? Apanya yang aneh? Truk itu berhak lewat begitu saja dan angin kencang juga berhak tiba-tiba muncul di tempat umum seperti ini. Ini jalanan dan semuanya bisa saja terjadi di sini.”

“Tidak! Kau tidak mengerti, Chan!”

“Apanya yang tidak ku mengerti? Hey, Tidakkah kau merasa dirimu sangat aneh?”

“Aku?”

“Kau terlalu membesar-besarkan masalah sepele, Nona.”

“Baiklah, kau mungkin akan menganggapku aneh.”, ujar Seulgi seraya mengeluarkan sebuah pen dan selembar uang 5 dollar dari tasnya dan kemudian membuka lipatan uang 5 dollar itu.

“Tulis nama dan nomormu di sini.”, lanjutnya seraya menyodorkan pen dan uang 5 dollar itu ke hadapan Chanyeol.

“Apa kau sudah kehabisan kertas? Sebutkan nama dan nomormu, aku akan langsung menyimpannya di contact-ku.”, tolak Chanyeol seraya mengeluarkan ponsel dari sakunya.

Tentu saja hal itu dilakukannya untuk menghindari hal-hal yang akan terjadi berikutnya, bisa saja kan uang 5 dollar itu terbang pergi begitu saja terbawa angin seperti kejadian sebelumnya?

“Tidak. Kau hanya perlu menuliskannya di sini.”, Seulgi ikut menolak dan tetap menyodorkan selembar 5 dollar itu ke hadapan Chanyeol.

Mau tidak mau sepertinya memang Chanyeol harus menuruti permintaan Seulgi yang sebenarnya memang terlihat cukup aneh.

Chanyeol mengambil alih pen dan uang itu dan kemudian menempelkan uang itu ke sebuah patung Santa Claus di dekat mereka dan menuliskan nama serta nomornya,  Park Chanyeol – 555-1798 .

“Kau gadis asing yang begitu menarik.”

“Ya. Begitulah aku. Tunggu sebentar di sini.”, Seulgi meraih uang 5 dollar yang sudah tertuliskan nama dan nomor Chanyeol.

Tanpa berniat untuk membacanya terlebih dahulu, Seulgi menukarkan uang itu begitu saja untuk membeli sebungkus permen berwarna pink yang dijual di sebuah kedai yang tidak terlalu jauh jaraknya.

“Hey, apa yang kau lakukan?”

“Tidak ada. Aku hanya sedang ingin memakan permen.”

“Lalu untuk apa kau menyuruhku menuliskannya di sana?”

“Kau akan tahu sendiri nantinya.”

“Kau benar-benar gadis yang aneh!”

“Ya, begitulah diriku.”

“Kau membuatku gila!”

Lain hal dengan Chanyeol yang berusaha mengontrol emosinya karena semua kegilaan ini, Seulgi malah mengeluarkan sebuah buku berjudul “LOVE IN THE TIME OF CHOLERA” karangan Gabriel García Márquez dari tasnya yang membuat Chanyeol semakin bingung.

“Kau lihat buku ini?”

“Untuk apa lagi?”

“Pastikan kau sudah melihatnya dengan baik?”

“Ya? Dan apa yang akan kau lakukan lagi dengan buku itu?”

“Aku akan menuliskan nama dan nomorku di buku ini setelah aku pulang dan setelah itu aku akan menyerahkannya ke perpustakaan.”

“Aku tidak mengerti.”

“Jika memang kita akan bertemu lagi setelah ini kau pasti akan menemukan buku ini dan aku akan menemukan kembali uang dollarku.”

“Ini konyol.”

“Ya, bagimu.”

Seulgi yang sadar mereka sekarang berada  di dekat sebuah hotel segera menarik tangan Chanyeol dan membawanya ke dalam lobby hotel itu. Hotel berbintang 4 dengan 26 lantai yang cukup terkenal di New York.

“Hey, kau gila? Kau ingin mengajakku tidur bersama?”

Seulgi masih tidak menghiraukan Chanyeol, ia sibuk mencari lift hotel itu dan setelah berhasil ia kembali menarik Chanyeol yang masih bingung dengan kelakuannya.

“Sepertinya kau perlu untuk memesan kamar terlebih dahulu, Nona.”

“Kau pikir aku mau tidur denganmu?”

Seulgi kembali dengan kesibukan menarik Chanyeol menuju lift hotel itu. Kebetulan di sana sedang sepi dan itu sangat membantu Seulgi dalam melakukan aksinya. Ada 6 buah lift di sana, 3 buah di sebelah kiri dan 3 buah di sebelah kanan mereka. Seulgi menekan tombol di lift nomor 3 di sebelah kirinya dan kemudian menyuruh Chanyeol berdiri di sana sedangkan dirinya sendiri berlari ke lift nomor 3 lainnya di sebelah kanan dan menekan tombol lift itu juga.

“Apa yang kau lakukan?”

“Tetap di sana. Jangan bergerak!”

“Dan?”

“Jika kita ditakdirkan untuk bertemu lagi setelah ini kita pasti akan bertemu di lantai yang sama.”

“Apa?”

“Masuklah.”

Pintu lift keduanya akhirnya terbuka dan Seulgi sudah melangkahkan kakinya ke dalam lift, sedangkan Chanyeol yang masih bingung akhirnya menuruti perkataan Seulgi.

Kini keduanya sudah berada di dalam lift.

“Hey, I really don’t understand this!”

“You don’t have to understand. You just have to faith.”

“Faith in what?”

“Destiny..”

Hai
Maaf aku baru update lagi jadi gimana ada yang nungguin cerita ini gak?

SerendiptyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang