Part 6

78 16 1
                                    

Sebelum pintu lift tertutup Seulgi melemparkan paper bag yang berisikan sarung tangan itu ke arah Chanyeol yang pada akhirnya membuat Chanyeol berkali-kali lipat semakin bingung.

“Hey, it’s Seulgi. My name is Seulgi..”, ucap gadis itu sebelum pintu lift berhasil tertutup sempurna.

Lift mereka pun tertutup dan mereka sama sama bingung untuk menekan nomer yang mana. Akhirnya mereka menekan nomer secara random berharap adanya takdir yang mempertemukan mereka.

Setelah naik turun beberapa lantai ternyata mereka tidak bertemu, mungkin untuk kali ini Dewi Fortuna tidak berpihak pada mereka.

" Siall " Chanyeol yang mulai kesal akhirnya keluar meninggalkan hotel itu.

New York, USA – October, 21st 2012

TV di ruang tamu mengeluarkan bunyi sedari tadi mengabarkan berita-berita terbaru seputar perekonomian negara adikuasa itu.
Pembawa berita yang sudah tak asing lagi di mata penduduk negara itu tampak memenuhi layar TV berukuran 42 inch dengan suara beratnya yang khas.

Begitu mendapati koran hari ini, seorang pemuda bertubuh jangkung tampak segera menarik sebuah kursi berwarna beige dan setelah berhasil mendudukinya ia membuka lipatan koran itu dan membacanya halaman per halaman seraya meneguk secangkir kopi hitam di hadapannya. Sepasang mata pemuda itu tampak dengan teliti membaca satu per satu kalimat yang tercetak rapi di koran itu hingga matanya berhasil menangkap sebuah nama tercetak dengan sempurna di sana yang membuatnya terpaksa harus kehilangan konsentrasi sesaat.

“Hey, it’s Seulgi. My name is Seulgi..” – Kata-kata itu terngiang-ngiang di telinganya, wajah seorang gadis berambut cokelat dengan senyuman yang begitu manis muncul begitu saja di dalam ingatannya layaknya sebuah rekaman video yang diputar kembali.

“Chan…Chanyeol, pakai saus bolognese atau saus apa?”, teriak seorang gadis dari arah dapur dengan celemek berwarna ungu yang masih menempel di tubuhnya dan sebuah sodet nylon di tangan kanannya.

“Chan!”, ulangnya – gadis itu terpaksa harus bergerak dari masakannya di dapur menuju tempat di mana sang pemilik nama masih terduduk dengan kondisi antara sadar atau tidak sadar.

“Apa kau tuli?!”, bentak gadis itu berhasil menyadarkan Chanyeol dari lamunannya.

“Oo.. ada apa?”

“Mau pakai saus apa hari ini?”

“Oo, terserah saja.”

“Apa kau baik-baik saja?”

“Ya, tentu. Tadi aku hanya sedang memikirkan tentang undangan pertunangan kita. Kau tenang saja..”, bohong Chanyeol.

Setelah memastikan kekasihnya benar-benar sudah meninggalkannya, Chanyeol begitu nama pemuda itu segera melipat kembali koran yang tadi dibacanya dan beranjak dari kursi yang didudukinya menuju kamarnya. Berhasil mendapatkan Iphone-nya di meja dalam kamar, Chanyeol dengan segera menghubungi Zico teman baiknya yang juga merupakan rekan kerjanya.

“Bro, apa kau sudah mencari buku itu?”

Beberapa menit kemudian akhirnya Chanyeol memutuskan panggilan itu dengan raut wajah yang mungkin dapat diartikan sebagai sebuah rasa kekecewaan atau putus asa.

Kekasihku berhasil menemukan buku dengan judul yang sama di perpustakaan dekat kantor percetakan Oddi tapi petugas di sana mengatakan buku itu telah dibeli dengan paksa oleh seorang gadis asing karena alasan si pembeli yang katanya si sangat menyentuh, akhirnya buku itu diperbolehkan dibeli juga.Tapi Chan, kau jangan berkecil hati dulu, belum tentu buku yang dibeli itu milik gadis yang kau maksud itu kan.

“Hey, Chan. Kau yakin dirimu baik-baik saja?”, lagi-lagi Chanyeol harus dikejutkan oleh suara kekasihnya yang selalu muncul di waktu dan kondisi yang tidak tepat.

Entah sejak kapan pastinya gadis itu berada di dalam kamar Chanyeol tapi bukan itu sebenarnya yang dikhawatirkan Chanyeol melainkan apakah gadis itu berhasil mendengarkan pembicaraannya tadi? Atau mungkinkah gadis itu mulai menaruh rasa curiga terhadap kelakukan Chanyeol?

“Aku tidak mau terjadi sesuatu denganmu, dengan kita di saat-saat seperti ini. Kau tahu itu kan?”, lanjut gadis itu dengan pelannya seraya memeluk Chanyeol dari belakang.

“Jennie.”, Chanyeol melepaskan kedua tangan kekasihnya yang melingkar dengan sempurna di perutnya itu kemudian berbalik.

Chanyeol tidak tahu apa yang harus dikatakannya saat ini, dia merasa sangat amat bersalah harus terus  menerus membohongi Jennie calon tunangannya, bersikap seakan-akan semuanya baik-baik saja dan tidak terjadi sesuatu pada dirinya.

Ia berusaha menghindari kontak mata dengan Jennie yang masih terdiam menunggu jawaban darinya. Beberapa detik mereka habiskan dengan hanya terdiam. Jennie  gadis itu merasakan ada yang tidak beres dengan kekasihnya namun ia lebih memilih untuk tidak mengetahui apa-apa dibanding harus menerima kenyataan bahwa dirinya harus terluka akibat Chanyeol satu-satunya pemuda yang ia inginkan untuk selalu berada di sisinya. Perlahan Jennie mulai menggerakkan kedua tangannya menyentuh pipi pemuda di hadapannya itu, mendekatkan wajahnya dengan wajah Chanyeol, semakin memperkecil jarak di antara mereka dan dalam hitungan detik akhirnya bibir mereka bertemu, Jennie mengecup bibir Chanyeol singkat dan kemudian melepaskannya.

“Aku tunggu di meja makan.”, sebuah senyuman terukir di wajah Jennie sebelum akhirnya melangkah keluar dari kamar Chanyeol.

Bepura-pura menganggap bahwa semuanya baik-baik saja mungkin itulah yang dapat dilakukan Jennie saat ini. Ia hanya tidak ingin kehilangan Chanyeol, apapun itu akan dilakukannya demi seorang Chanyeol.

Aku sengaja pake Jennie disini karena menurut ku cocok aja.
Semoga kalian suka❤

SerendiptyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang