Sebuah bunga es putih yang mekar.
Menampakan wajahnya pada angin yang menyambut.
Menitikan air mata atas masa lalu tanpa kata, tanpa nama.
Hanya sampai aku melupakanmu, sampai aku baik-baik saja.🍃Wild Flower🍃
Seberapa banyak aku menyakitimu. Hingga amarahmu memuncak dan pergi begitu saja?
Kau marah padaku, hingga kau pergi meninggalkanku.
Kau kecewa padaku hingga kau enggan kembali.
Kau pergi tanpa aku inginkan.
Aku tak mengharapkan kepergianmu, demi Tuhan aku tak pernah berharap setiap ucapan laknatku dikabulkan oleh Tuhan."Jaemin pergi." gerak tangannya, wajah lelahnya terpampang jelas di benakku. Bagaimana ia menyerah kala itu.
"Jaemin lelah, kak." berulang kali juga ia mengatakan itu padaku, dan berulang kali juga aku mengabaikannya.
"Ini," aku meremas amplop cokelat yang baru saja ia sodorkan padaku kala itu. Sebuah deret kalimat yang membuat duniaku tak lagi berputar.
"Aku sudah memeriksa semuanya, dan jantungku masih bagus. Untuk ayah saja. Sebelum benar-benar rusak dan tidak berfungsi lagi." senyumnya tulus kala itu, tangannya terus bergerak di udara, menjelaskan setiap rentet kata yang ingin ia utarakan.
"Kakak jangan khawatir, tidak ada sel kanker ku yang menempel disana. Jantungku masih sangat bersih dari Sel kanker itu. Jadi cepat ambil sebelum kanker itu juga merusak jantungku." ia bersungguh-sungguh mengatakannya kala itu, bibir pucatnya tak henti-hentinya menyunggingkan senyum tulus padaku.
Kala itu salju pertama turun, membawa keheningan sampai ia kembali menatapku sendu dan tersenyum dengan begitu hangat "kakak, tapi boleh aku minta satu permintaan?" aku menatap kedua tangannya yang terus bergerak di udara.
"Aku... Ingin tidur di samping ibu. Bolehkah?" dadaku sesak, teramat sesak hingga bernafas saja begitu sulit. Permintaan macam apa itu?
Tanpa sadar aku bahkan menangis mendengarnya saat itu. Kedua tangannya mengibas panik di depan wajahku.
"Tidak tidak, aku tidak jadi memintanya kalau begitu. Jangan menangis, kak. Maaf, aku menyakitimu. aku, aku tidak masalah kau tempatkan dimanapun itu, tapi tolong jangan buang aku." wajahnya sendu, netranya memerah menahan tangis. Tangannya kembali mengalun di udara "tolong jangan buang aku." dan ia benar-benar menangis, tanpa suara yang mampu ia keluarkan.
"Aku ... Maaf mengganggu waktumu. Aku hanya ingin mengatakan itu saja." Ia berdiri, membungkuk sembilan puluh derajat ke arahku sedikit lama dengan tubuhnya yang bergetar.
"Aku permisi dulu, kak." ia lagi-lagi tersenyum kearahku dengan air mata yang menggenang di wajah manisnya, senyum yang tak bisa aku lupakan sampai saat ini.
"Jaemin, apa kabar sekarang? Bahagia bersama ibu?" aku mendongak, menatap kelam malam kota Seoul dengan dua titik bintang paling terang disana.
"Maaf, aku tak memperhatikan mu kala itu." tangisku lagi-lagi tak bisa aku tahan "Maaf juga karena aku terlambat menyadari betapa berharganya dirimu."
"Jaehyun?" aku terkesiap, terkejut dengan panggilan ayah di luar kamarku.
"Ada apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔]Sad Story - Na Jaemin (Oneshoot)
Fanfic"Ayo kita ke pantai besok?" "..aku tau penolakan seperti apa yang akan ayah berikan padaku." "Jadi keluarga yang bahagia, kan Yah?" "Setidaknya aku pernah merasakan bahagia sekarang." ........ Tarik napas dalam-dalam Sampai kedua sisi dadamu terasa...