9아홉

610 112 61
                                    

Hangyul mengambil seribu langkah ketika menyusuri lorong rumah sakit.

Kedua mata terus menelaah ruangan yang berpapan terang 'Ruang Gawat Darurat' sebagaimana telah dikatakan resepsionis sebelumnya.

Sampai di penghujung lorong, dia berhenti kala melihat seorang pemuda yang terduduk di kursi tunggu dengan posisi membukuk lesu.

"Seungyoun Hyung!" katanya mengampiri yang diseru.

Seungyoun membawa raga untuk berdiri, menyadari akan kehadiran seorang manusia disana.

"Di tempat parkir aku sempat melihat bagian depan mobilmu yang babak belur, hyung. Kau sungguh tidak apa-apa?" Hangyul yang baru sampai menepuk-nepuk sebelah bahu Seungyoun.

Gelengan kepala dengan helaan nafas cukup menjadi sebuah jawaban.

Fokus Seungyoun beralih, rupanya luka di bibir Hangyul menarik perhatiannya. "Wajahmu, juga babak belur. Kenapa?"

"Oh. Tadi aku panik setelah kau menelpon, jadi terburu-buru sampai menabrak pintu." elak Hangyul.

Disaat seperti ini mana bisa dia bercerita tentang baku hantamnya dengan preman saat di cafe.

Omong-omong, sebelum kemari Hangyul sempat mengantar Chaeyeon pulang terlebih dahulu. Si gadis sepertinya tidak perlu ikut campur dalam masalah ini. Pun Chaeyeon yang juga setuju, malah tadi berniat untuk pulang sendiri naik taxi supaya Hangyul bisa buru-buru menyusul Seungyoun ke rumah sakit. Tapi, Hangyul mana bisa membiarkan, tidak mau ambil resiko Chaeyeon akan di ganggu orang-orang kurang kerjaan lagi.

Hanya karena rasa kemanusiaan dan tanggung jawab, tidak ada unsur yang lainnya. Jangan memikirkan hal-hal dengan berlebihan! 

Lagian, kan repot kalau itu anak orang kenapa-napa, apalagi terakhir kali Hangyul yang bersamanya.

Ya, meskipun tadi pria itu membawa mobil seakan ayahnya adalah presiden yang punya jalan.

Ngebut, ugal-ugalan, tidak karuan. Untung selamat sampai tujuan.

Belum berhenti sampai disana, Hangyul bahkan mati rasa ketika ujung jarinya menghantam pintu besi tempat masuk utama karena terlalu terburu-buru. Lupakan resepsionis rumah sakit yang tercekat ketika Hangyul tiba-tiba datang menggebrak meja dengan mata membelalak dan nafas terengah-engah. Untungnya saat Hangyul bertanya, "Seorang wanita korban kecelakaan yang baru saja dibawa kemari, dimana ruangannya?" itu cukup jelas sehingga si resepsionis bisa mempertemukannya dengan Seungyoun di depan Instalasi Gawat Darurat ini.

"Hyung, yang di dalam, bagaimana?" Hangyul bertanya dengan pelan, penuh jeda.

Seungyoun menduduki kursinya lagi. "Tidak tahu, dokter yang menangani belum keluar."

"Sudah kau kabari keluarganya?"

Lagi-lagi Seungyoun menggeleng. "Dia tidak punya tanda pengenal sama sekali."

Hangyul yang sedari tadi berdiri menyusul duduk di sebelah Seungyoun. "Kau sudah beritahu manager-nim dan yang lainnya?"

"Manager baru dapat libur setelah satu setengah tahun untuk pulang ke kampung halaman, kau pikir aku tega memanggilnya kembali ke Seoul sekarang? Seungwoo Hyung juga sedang sakit jadi aku juga tidak bisa mengabarinya." Sepertinya Seungyoun sudah tidak punya tenaga untuk menaikan nada bicara.

"Pihak agensi juga belum ada yang tahu?"

Untuk ke sekian kalinya Seungyoun menggeleng.

"Ya ampun, kau bisa dimarahi habis-habisan kalau mereka tahu dari orang lain." Hangyul yang sekarang mulai meninggi.

Redeem | Lee Hangyul x Lee ChaeyeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang