01

877 19 3
                                    

WARNING !!!

Harap bijak memilih bacaan, ada sedikit adegan dewasa yang tidak cocok untuk anak dibawah umur.

- Happy Reading -

Wajah merengut gadis cantik dihadapannya membuat Liam mendadak gemas, memberi kecupan cepat di ujung hidung minimalis Mika.

"Dad, kenapa harus pergi ? Memangnya tidak bisa menyuruh sekertarismu itu ?"

Daddy nya akan pergi ke Macau selama seminggu, dan itu bukan perkara biasa bagi Mika yang manja dan penuntut.
Meski sudah berusia 22 tahun, Mikayla Dominique masih sangat manja terhadap daddy tampannya yang sialnya seorang duda, setelah mom tercinta meninggal 6 tahun yang lalu.

"Ini urgent, baby. Harus daddy sendiri yang turun tangan."

Memberi pengertian pada Mika memang bukan hal mudah yang bisa dilakukan oleh Liam.
Gadis kecilnya yang mulai tumbuh menjadi dewasa itu terlalu keras kepala untuk bisa mengerti tentang betapa repotnya urusan kantor, betapa sulitnya menjadi orang dewasa.

Lihat saja wajah merengut Mika yang semakin parah, berdecak pelan dan berjalan ke kamarnya, tanpa mengatakan apapun lagi pada Liam yang hanya bisa memijit pelipisnya.
Gadis kesayangannya yang selalu membuat Liam kerepotan, tapi Mika tetap menjadi yang pertama dalam urusan apapun.

Liam Dominique, masih duduk diruang tengah rumahnya sambil memikirkan cara apa yang akan membuat Mika memberinya ijin pergi.
Jika bukan karena masalah pekerjaannya, Liam juga tidak akan berangkat ke sana, lebih memilih dirumah bersama gadis cantiknya yang lucu dan manja.

Dikamarnya yang tertutup rapat, Mika juga sedang memikirkan cara apa yang bisa membuat daddy nya tidak pergi ke Macau.
Menyandarkan tubuhnya pada pintu yang terkunci dari dalam, perlahan tubuhnya merosot saat menyadari berapa kekanakan dirinya saat ini.

"Dasar bodoh .. bodoh sekali."

Mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangan, bibirnya masih merengut saat ia mengacak rambutnya sendiri dengan frustasi.
Mika memang terlalu berlebihan, terlalu manja dan katakan saka jika ia tidak rela ketika daddy nya pergi, walaupun itu karena pekerjaan.
Mika selalu merasa takut saat Liam pergi, takut jika ia akan ditinggalkan lagi.
Sudah cukup di tinggalkan ibunya, tanpa sempat memberi salam perpisahan yang layak.
Ketakutan itu mengubahnya menjadi begitu posesif terhadap daddy nya, bahkan tidak memberi ruang pada Liam untuk membuat hubungan dengan para perempuan diluar sana.

Saat Mika akhirnya keluar dari kamarnya untuk minta maaf karena sikapnya yang keterlaluan, hatinya mencelos saat melihat Liam yang duduk di sofa ruang tengah, dengan berpangku tangan dalam mimik muka tak biasa.
Mika menyadari kebingungan daddy nya saat ini, dan itu membuatnya semakin merasa bersalah atas sikap egoisnya yang tidak pernah diantisipasi selama ini.

Berjalan mendekat dengan langkah pelan, membuat Liam terkejut saat Mika duduk dipangkuan daddy nya tanpa memberi aba-aba.
Pria dewasa dengan mata birunya yang mempesona itu tersenyum lembut saat mendapati gadis cantiknya yang tidak berani menatap langsung ke matanya.
Itu adalah tanda jika Mika menyadari kesalahannya.
Merengkuh pinggang ramping Mika, membuat tubuh gadis itu tertarik kedepan dan semakin menempel pada tubuh Liam.

"Sorry dad.." Mika berbisik dengan suara pelan, memeluk leher daddy nya tanpa membuat Liam tercekik.

Wajah Mika tenggelam dalam rengkuhan tubuh besar Liam, mengecupi leher samping anaknya yang terpampang jelas karena ikatan tinggi pada rambut panjang Mika.
Aroma manis strawberry dan vanila yang menguar dari tubuh Mika selalu menjadi aroma kesukaannya, selalu membuat Liam rileks dan nyaman saat Mika berada dipelukannya.
Tubuh kecil Mika terasa sangat pas ketika ia memeluknya, sepertinya Tuhan memang menciptakan gadis kecil itu untuk berada disana.

LOVE ISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang