WARNING !!!
Harap bijak memilih bacaan, ada beberapa adegan dewasa yang tidak cocok untuk anak-anak.
- Happy Reading -
Ketika Liam harus keluar kota atau keluar negeri tanpa mengajak serta Mika, lelaki itu menyiagakan lebih banyak penjaga untuk mengamankan anak gadisnya.
Mika bukan hanya anak manjanya saja, gadis itu adalah wanita muda dengan karir yang baik diperusahaannya.
Mika memang membantunya mengurusi perusahaan, sambil terus belajar untuk menjadi pewaris dari semua kekayaan Liam.Meninggalkan Mika seorang diri selalu menjadi momok menakutkan untuk Liam.
Mika pernah hampir diculik saat Sekolah Dasar, itu membuat Liam terus trauma sampai sekarang.
Mika sedang menyiapkan koper yang akan dibawa Liam untuk seminggu ini, sekaligus menata isinya, karena Liam sangat payah untuk urusan kepraktisan seperti ini."Dad, kopernya selesai."
Mendorong koper berukuran sedang itu keluar dari kamar daddy nya, Mika tidak melihat Liam yang tadi duduk di sofa ruang tengah dengan buki bacaannya.
Kemana dia ? Pikirnya sambil mengedarkan pandangan untuk mencari keberadaan daddy nya.Pelukan dibelakang tubuhnya dengan dada bidang yang menempel dipunggungnya, sepasang lengan kekar itu memutari sepanjang pinggangnya dan bertaut diatas perutnya.
Hembusan napas hangat beraroma mint yang membuat bulu kuduknya meremang, membuat Mika memutar tubuhnya untuk melihat Liam yang sudah memakai pakaiannya dengan rapi, berwajah cemberut dihadapannya.
Memang seperti itu akhirnya, selalu Liam yang akan menyesal setiap hendak pergi kesuatu tempat."Kenapa dad ?"
Mengelus rahang tegas Liam dengan ujung jarinya, mengirimkan gelenyar penuh godaan dari sorot mata teduh yang membuatnya semakin jatuh cinta.
Mika tidak mengalihkan pandangannya, tidak rela mengalihkan pandangan dari wajah tampan daddy nya."I'm sad." Mendesah sambil memeluk tubuh Mika, menyandarkan dagu dibahu mungil itu dengan mata terpejam.
Mika tertawa pelan mendengar pengakuan daddy nya, menepuk punggung lebar yang selalu menggoda untuk disentuhnya.
Jika tidak pintar menyembunyikan perasaannya, Mika pasti sudah sangat malu saat Liam memeluknya dengan cara sensual yang selalu membangkitkan gairahnya.
Mika menyimpannya sendiri, menyingkirkan hasratnya demi hubungan mereka sebagai anak dan ayah."Terus kenapa daddy harus pergi ?"
Membalas pelukan daddy nya dengan erat, bertanya dengan nada geli dalam suaranya.
"Karena ini urgent," Liam terdengar seperti seorang bocah yang belum bisa menentukan pilihannya sendiri.
Seperti ditanya tentang mana pisang mana strawberry.Mengendusi ceruk leher Mika yang membuat sipemiliknya geli, melayangkan kecupan bertubi-tubi pada lehernya yang mulus dengan bulu-bulu halus.
Mika menahan napas, merasakan perasaan tergelitik yang membuat inti dirinya memanas."Ya sudah, berangkat sana."
Mika berusaha keras melepaskan pelukan daddy nya, sedikit mendorong tubuh tegap itu agar tidak terlalu menempel padanya.
Liam tak bergeming, masih nyaman di posisinya sambil tak berhenti mengecupi leher samping Mika, bahkan pelukannya semakin mengerat di pinggang ramping gadis itu.
Mika menyerah, membiarkan daddy nya yang terus menempel padanya seperti perangko.
Tidak lagi berusaha menjauhkan bayi gorila yang menempel pada induknya.Panas yang terkumpul diperutnya menimbulkan perasaan gelisah dalam dirinya, Mika merasakan dengan sangat jelas, ketika birahinya mulai terusik berkat tangan jahil Liam yang mengusap punggungnya naik turun, meremas pinggangnya dan sesekali mengusap bokongnya yang terbalut skinny jeans ketat yang mencetaknya semakin jelas.
Mika bahkan harus menahan keras agar tidak mendesah, ketika Liam meremas bokongnya dengan gemas."Dad ,," jika tidak disadarkan, Mika khawatir jika daddy nya akan keterusan dan malah mengacaukan acara bisnis yang seharusnya dilalukan.
Dengan napas yang memberat, Liam melepas pelukannya dengan enggan.
Merangkum wajah Mika dan mencium bibirnya dengan cepat.
Mika tersenyum kecil, ganti mencium bibir daddy nya setelah Liam melepaskan ciumannya.
Wajah terkejut Liam mengundang tawa keras Mika, sangat lucu."Udah, daddy pergi sana."
Mengusir sekali lagi, dimana Liam yang menurut pada perintah Mika kali ini.
"Daddy pergi, sayang. Jaga diri baik-baik."
Mengantar kepergian daddy nya sampai didepan pintu rumahnya, mengangguk paham dan melambai ringan sampai mobil daddy nya keluar dari gerbang tinggi rumahnya.
Mika masih disana, menghembuskan napas lega setelah melihat kepergian daddy nya.
Menyentuh dadanya dengan debaran tak biasa, lagi-lagi ia terjebak dalam perasaan asing saat keintiman bersama daddy nya membuatnya tersentil."Auhh.. sadarkan dirimu, Mikayla."
Menepuk pipinya dengan keras, Mika membutuhkan tamparan untuk membuatnya tetap waras.
Selama Liam pergi ke Macau untuk urusan bisnisnya, masalah kantor menjadi tanggung jawab Mika.
Dibantu sekertaris daddy nya yang kompeten, Mika mengambil alih tugas daddy nya.
Pergi bertemu klien, pembaruan perjanjian, jamuan makan malam dan meeting-meeting yang tidak ada habisnya.
Sekarang, Mika terjebak dalam dunia orang dewasa yang dipenuhi persaingan ketat.
Menjadi broker perusahaan bukan keahliannya, karena Mika sering lepas kendali saat negosiasi, itu sangat menyusahkannya....
Liam tidak harus seminggu di Macau, karena pekerjaannya lancar dan bisa selesai dalam 4 hari saja.
Selama 4 hari ini, Mika adalah orang pertama yang rutin menelpon atau ditelpon olehnya, hanya untuk mengajukan pertanyaan ringan seperti biasa saat mereka tinggal bersama.Liam memantau pekerjaan Mika lewat sekertaris kepercayaannya.
Dan selalu bangga saat Daisy memberitahu apa saja yang sudah dilakukan Mika selama Liam pergi.
Dan untuk kesehariannya yang lain, Liam memantau lewat pengawal Mika, Deon.
Dari laporan yang diberikan Deon padanya, Liam bisa menyimpulkan jika Mika sering terlalu memaksakan diri dengan pekerjaannya.Daisy dan Deon adalah pasangan suami istri, mereka sudah lama mengabdi pada keluarganya.
Itu juga yang membuat Liam menjadikan mereka sebagai orang-orang kepercayaan yang selalu berada bersamanya.Dan sekedar pemberitahuan, Mika bukan orang yang akrab dengan para wanita yang sering berkeliaran di kehidupan Liam.
Gadis itu bisa berubah menjadi sangat rewel jika ada yang berani menyentuh daddy kesayangannya.
Semua kecemburuan dan keposesifan itu tidak akan berlaku pada satu perempuan yang nyatanya begitu sering bersama daddy nya, Daisy.
Alih-alih menganggap Daisy sebagai sekertaris, Mika lebih sering menganggap perempuan itu sebagai kakaknya."Mika, kamu mau makan apa hari ini ?"
Daisy juga seseorang yang sering mengasuhnya sejak masih kanak-kanak, bukan hal baru lagi jika mereka akrab seperti adik kakak.
"Apa saja." Menyahut ringan tanpa mengalihkan pandangan dari layar komputer yang menampilkan sederet nominal dalam jumlah besar itu.
"Pasta mau ?"
"Hmm, boleh."
Daisy menghela napas saat melihat tingkah Mika yang tidak jauh beda dari daddy nya.
Mika sedang mengecek ulang laporan keuangan yang sempat kacau karena salah satu karyawan melakukan penggelapan.
Gadis itu begitu fokus dengan pekerjaannya sampai tidak menyadari saat Daisy memotretnya, lalu mengirimkannya pada Liam."Ckck, anak dan bapak sama saja." Gumamnya dengan senyum kecil muncul diwajahnya, sebelum berjalan keluar dari sana untuk membelikan apa yang Mika mau.
Daisy cukup yakin, dalam lima menit kedepan, Liam akan menelpon untuk memberi ceramah siangnya pada Mika.
Dan jika tidak sedang beruntung, Mika akan memuntahkan ceramah itu padanya, dan Daisy akan melakukan hal yang sama pada suaminya, Deon.
Semacam permainan domino yang menjadi kebiasaan untuk mereka.
.
.
.
Vote please ❤❤

KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE IS
RomanceMenuai dosa dalam kenikmatan, anggap saja aku sebagai iblis betina pendosa yang bahkan neraka pun tak akan sudi menerima keberadaanku. Tapi aku tidak peduli, selama kenikmatan itu masih bisa dirasakan oleh milikku yang haus akan sentuhanmu. WARNING...