- Happy Reading -
"Kebiasaan sekali, daddy. Kenapa tidak pernah bisa memakai dasi sendiri ?"
Mengomel saat memakaikan dasi dileher daddy nya, Liam memang selalu payah untuk hal-hal remeh seperti memakai dasi, memakai pomade dan mengancingkan ujung lengan kemejanya, selalu Mika yang melakukan berbagai pekerjaan kecil seperti itu, lengkap dengan omelannya.
Liam hanya tersenyum tanpa dosa, dimana kedua tangannya bertengger manis dipinggang ramping Mika yang sudah rapi dengan pakaian kerjanya.
Mengamati dari dekat pada polesan makeup yang membuat wajah cantik itu semakin bercahaya.
Liam tidak boleh egois, meski sebenarnya ia ingin mengurung Mika dirumah saja, agar wajah cantik itu tidak menjadi konsumsi publik.
Tapi sekali lagi, Liam tidak berhak menghakimi kebebasan orang lain."Nah selesai, ayo pergi."
Liam tidak bergeming, membuat Mika mendongak untuk melihat tatapan menuntut penuh arti dari sorot mata daddy nya.
Mika bukan gadis bodoh, maka dari itu ia memajukan wajahnya dan sedikit berjinjit untuk mencium bibir daddy nya yang kissable sangat.
Liam tidak melepaskannya, menarik pinggang Mika semakin merapat untuk memperdalam ciuman pagi mereka.
Memagutnya, mengulum berkali-kali hingga pukulan didadanya membuat Liam berhenti mempermainkan bibir Mika.Dengan napas memendek, Mika memberi tatapan jengkel dengan wajah memerah pada daddy nya yang tersenyum puas akan kemesumannya sendiri.
"Daddy, jangan mengacaukan riasanku." Teriakan yang selalu membuat Liam sakit kepala, karena Mika mempunyai jenis suara bernada tinggi yang hampir mirip dengan suara Agnez Mo.
"Sorry, baby." Mencubit pelan bibir bawah Mika dengan polesan lipstik warna coral yang sedikit memudar, membuatnya berteriak kesal dengan tingkah daddy nya.
Setiap kali mereka datang ke kantor bersamaan, Mika dan Liam selalu menjadi pusat perhatian.
Mika yang manis dan menggemaskan dengan senyum ramahnya saat membalas sapaan karyawan disana, begitu kontras dengan wajah dingin Liam yang menguarkan aroma kematian pada siapapun yang coba mendekati gadis cantiknya.
Bukan hal aneh lagi, saat Liam dengan terang-terangan memeluk pinggang Mika yang menempel erat ditubuhnya.
Siapapun tau, anak dan ayah itu selalu posesif untuk melindungi satu sama lain.Sejak menyandang nama Mikayla Dominique, dirinya sudah sering menjadi pusat perhatian yang tidak terbantahkan.
Bukan hanya karena faktor besar atas namanya, tapi juga parasnya.
Bahkan wajah cantik itu muncul dengan begitu menawan disampul majalah forbes sebagai sosok perempuan paling berpengaruh selama 2019.
Mika kadang sering menertawakan kebodohan orang lain, dan juga heran karenanya.
Memangnya ia berpengaruh apa sampai wajahnya terpampang nyata disampul halaman majalah bergengsi Forbes ?Berbeda dengan daddy nya yang secara jelas sebagai pembisnis yang sukses sejak masih muda, merintis karir bersama ayah dan mom tercinta, terkenal sebagai trio segitiga bermuda yang bisa menghabisi lawan-lawannya hingga terhempas tak bersisa.
Itu adalah dongeng legenda yang sering diceritakan mom padanya sejak ia masih muda.
Seperti doktrin yang ditanamkan untuk mempengaruhi agar Mika semakin mengagumi sosok-sosok luar biasa dalam hidupnya."Bye dad, sampai jumpa saat makan siang."
Mika mencium pipi daddy nya sebelum keluar dari elevator yang membawanya ke lantai 7, sementara daddy nya masih harus naik sampai lantai 10 agar sampai diruangan direktur utama.
"Bye, baby."
Liam mengeluarkan senyum mematikan miliknya, yang malah membuat Mika merengut dengan wajah tak suka.
Mendengus remeh, berjalan menjauh dengan menghentakkan kakinya.
Tingkah menggemaskan itu tak luput dari pandangan Liam, yang hanya bisa tertawa ringan melihatnya.
Mika memang sudah dewasa, tapi tingkahnya yang menggemaskan selalu membuat Liam merasa jika ia mengencani anak Sma.Disambut dengan setumpuk dokumen yang sudah melambai memanggilnya dari ambang pintu.
Senyum lebarnya yang paksa menjadi penjelas tentang akan seberapa sibuk Mika seharian ini, mengurusi berbagai berkas yang kemarin dimintanya dari Daisy.
Sama seperti Liam, Mika bukan orang yang bisa percaya dengan sembarang orang.
Terlebih karena ia barusaja ditipu sekertarisnya hingga membuat Mika melakukan tindakan tegas dengan memecatnya."Baiklah Mika, nikmati mainanmu hari ini."
Duduk dikursinya setelah melepas long coat coklat yang membuat penampilannya modis, memasang kacamata baca yang membingkai wajah cantiknya, bersiap melakukan perang pribadi tanpa bantuan.
...
Liam tidak perlu mengetuk pintu saat masuk ke ruangan Mika, salah satu kebiasaan buruk yang membuat Mika sering mengomel karenanya.
Duduk dikursinya dengan kacamata baca bertengger diwajahnya yang nampak serius, Mika bahkan tidak menyadari keberadaan Liam yang kini mengetuk pintu terbuka dihadapannya.
Tindakan yang sia-sia."Sibuk, baby ?" Menyapa dengan wajah seksi yang menyenangkan untuk dilihat, Mika tersenyum lebar sambil berdiri dari kursinya.
Liam merentangkan lengannya, memeluk erat pada Mika yang meringsek dan mengusapkan wajah didada bidang Liam yang tertutup kain bajunya.
Mika terlihat seperti anak anjing yang merindukan induknya, begitu menikmati saat Liam mengusap kepalanya dengan tawa kecil bermain di bibirnya."Dad, kenapa bagian keuangan kacau sekali ?"
Mengeluh setelah melepaskan pelukannya, masih dengan Liam yang merangkul pinggangnya begitu mesra.
Seharian ini, Mika dipusingkan dengan berbagai berkas yang tidak beres dari manager keuangan kantor daddy nya.
Liam mengangguk paham, dirinya juga sedang menyelidiki bagian itu."Benarkah ? Daddy juga sedang menyelidikinya."
"Baguslah,"
Liam meraihnya lagi, mendudukkan Mika di sofa panjang yang ada disamping jendela.
Kebiasaan Mika juga sudah serius dengan pekerjaannya adalah, lupa segalanya.
Bahkan anak itu sering lupa makan jika sedang sibuk dengan berbagai berkas yang ditangganinya.
Liam sering mendapat keluhan dari Daisy tentang itu, karena Mika terlalu keras kepala saat berdebat dengan orang lain, selain dirinya."Duduk, Mika. Sekarang saatnya makan siang." Memberi peringatan lewat sorot mata tak terbantahkan miliknya, membuat Mika menurut daripada berakhir dengan perdebatan yang membuatnya semakin keras kepala.
Daisy masuk keruangan tidak lebih dari 3 menit selanjutnya, lewat ekor matanya memberi tatapan mengejek pada Mika yang selalu kalah dari daddy nya.
Mika melihatnya, mendengus remeh sebagai balasan atas ejekan Daisy.
Meletakkan senampan makanan yang menguarkan aroma gurih dimeja depan mereka."Dad, Isy mengejekku." Menunjuk Daisy dengan jari telunjuknya, bibirnya merengut lucu, sangat kekanakan.
"Jangan menuduhku, princess." Bukan hal asing ketika Daisy dengan berani melawan ulah jahil dari tuan putri manja itu.
Liam hanya menggeleng heran memperhatikan kekonyolan yang terjadi dihadapannya, sampai Daisy keluar darisana setelah melemparkan serentetan balasan atas tuduhan Mika dengan nada candaan.
Mereka tidak akan benar-benar bertengkar, hanya saling ejek seperti bocah belum dewasa.
Begitulah cara Daisy mengatasi Mika dan menjadi semakin dekat dengannya."Makan dulu,"
Mika menurut, mengambil sedikit pasta dan lebih banyak memakan salad sayur dengan saus wijen kesukaannya.
Mika bukan jenis pemilih yang rewel, gadis itu bisa melahap makanan apapun yang ada."Mika, besok ikut daddy ke pesta ulang tahun pernikahan om Remon ya,"
Mika mengangguk tanpa banyak berkomentar, masih mengunyah makanannya.
Sebenarnya Daisy sudah memperlihatkan undangan itu padanya, dan Mika memang sudah yakin jika daddy akan membawanya kesana.
Memangnya siapa lagi yang bisa dipamerkan didepan publik, jika bukan Mikayla yang agung ?
Tolong jangan salah paham, itu hanya julukan dari para kolega bisnis dan kenalan daddy nya, bahkan Mika merasa geli mendengarnya.
.
.
.
Vote please ❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE IS
RomanceMenuai dosa dalam kenikmatan, anggap saja aku sebagai iblis betina pendosa yang bahkan neraka pun tak akan sudi menerima keberadaanku. Tapi aku tidak peduli, selama kenikmatan itu masih bisa dirasakan oleh milikku yang haus akan sentuhanmu. WARNING...