Part 1. Two Sides

1.8K 65 8
                                    

- Bukan saatnya bermimpi -

Karisma Lembayung Senja

"Karisma nggak mau, Bu!" tolak Karisma masih sama seperti kemarin malam saat ibunya datang membawa selembar kertas yang membuatnya tidak nyaman.

"Kamu tidak mungkin hidup seperti ini terus-menerus. Ibu tahu kamu juga ingin menjalani kehidupan seperti orang di luar sana!" ujar sang ibu mencoba menanti anggukan anaknya. Namun, sorot mata kosong lagi-lagi yang terlihat di bola mata putrinya itu.

"Karisma nggak butuh kehidupan seperti orang lain. Karisma cuma butuh ibu dalam hidup Karisma!"

Lagi-lagi jawaban itulah yang keluar dari bibir gadis itu.

Ibunya menunduk menimbang kata yang akan dirinya katakan selanjutnya.

"Ibu akan mulai berdagang di pasar besok. Kebetulan... lapak tetangga kita kosong dan ibu ditawarkan untuk menempati sementara," alih sang ibu menghentikan topik yang sama sekali tidak diminati oleh anaknya.

"Kalo gitu Karisma bantu ibu jualan di pasar aja." Lontaran penuh harap yang pasti telah terpikir oleh Ranti bahwa anaknya akan merespon seperti itu.

Sang ibu menatap lekat wajah polos di hadapannya. "Kamu masa depan ibu... Lembayung."

Kalimat yang menunjukkan rasa pasrah dari mulut Ranti.

"Jangan panggil Lembayung lagi! Karisma benci panggilan itu," tolak Karisma dengan mata memerah menahan tangis. Bayangan kejadian beberapa tahun lalu kembali berputar di kepalanya. Awal kehancuran hidupnya.

Karisma mendekat ke arah ibunya.  "Karisma udah nggak apa-apa, Bu. Karisma lebih nyaman seperti ini. Cuma ibu yang ada disisi Karisma," ucapnya meyakinkan sang ibu.

Ranti menangkup wajah cantik putrinya. "Kamu harapan ibu satu-satunya. Ibu mohon kamu mau menerima tawaran beasiswa ini," pinta sang ibu dengan penuh harap.

Melihat wajah ibunya dengan harapan besar kepadanya, membuat Karisma tidak tahu harus menanggapi seperti apa.

"Karisma nggak-"

"Ibu tunggu jawaban kamu sampai besok pagi. Ibu harap kamu memikirkan keputusanmu dengan sebaik mungkin," ucap Ranti menyimpan formulir dirinya dapatkan dari salah satu kenalannya di samping ranjang milik putrinya.

💖💖💖

Suara dentuman musik terdengar indah oleh para penikmat dunia malam, irama yang membawa tubuh mereka meliuk-liuk dengan lincah. Seorang pria terdiam di sofa merah dengan segelas vodka di tangannya dengan penampilan yang awut-awutan, karena efek lelah bekerja seharian.

"Raksa!"

Panggil seseorang kepada pria itu dan yang dipanggil pun menoleh.

"Udah lo beresin?" tanya Raksa dengan nada penuh penegasan bahwa jawaban yang akan diterimanya harus sesuai dengan keinginannya.

Pria tersebut menegak sisa minuman dari gelas yang berada di tangan sahabatnya itu.

"Sesuai apa yang lo mau!" jawab pria itu.

Dark Of Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang