Part 4. Tumbal Sukarela

355 35 14
                                    

"Halo, bro!" sapa Panji langsung duduk di sofa ruangan sahabat sekaligus bos besarnya itu. Dilihatnya Raksa masih fokus pada beberapa laporan di atas meja tanpa mempedulikannya. Sudah biasa.

"Lo udah beresin Marinka?" tanya Raksa tanpa mengalinkan fokusnya dari berkas di hadapannya.

Panji menarik napas dalam, menormalkan suaranya. "Udah bersih!" bohong Panji.

Entah kenapa dia tidak tega membiarkan gadis manja itu harus tinggal di jalanan sendirian. Jangan harap ada belas kasih dari seorang Raksa, pria itu sudah tidak punya hati sepertinya sehingga tega membasmi semua harta kekayaan keluarga Marinka.

Suara ketukan memecah kegugupan Panji yang menunggu respon Raksa, karena pria itu cukup peka untuk menganalisa kebohongan lawan bicaranya.

"Masuk!" ucap Raksa dingin.

"Pihak dari Perusahaan Mega memaksa bertemu, Pak."

Panji baru menyaksikan ada pegawai yang mamasang wajah datar ketika bertemu dengan Raksa, bahkan tanpa ada basa-basi atau embel-embel ketika bicara. Menurrut penelitian di perusahaan itu, ada dua tipe karyawan ketika bertemu dengan Raksa, yaitu tebar pesona dan menunduk takut.

"Kenapa kamu yang mengurus mereka? Itu tugas pihak tim manajemen. Kamu ada di tim marketing, nggak ada kaitannya dengan masalah ini!" telak Raksa. Bisa-bisanya karyawan baru ini dijadikan tameng oleh tim lain untuk menghadapi klien yang susah berkompromi.

Karisma bingung harus menjawab apa, karena memang dirinya pun merasa dijadikan tumbal oleh para seniornya sekarang. "Saya yang menawarkan diri sendiri, Pak." Raut wajahnya sedikit berekspresi. Mungkin karena efek kebingungan.

Raksa tertawa sarkas. "Ayolah, saya tahu kamu sedang berbohong," ucap sambil melirik Panji sekilas. "Sepertinya kamu masih naif di dunia kerja seperti ini. Ingat, urus saja pekerjaanmu!" lanjut Raksa kemudian berdiri dan melangkahkan kakinya keluar ruangan.

"Lo karyawan baru?" tanya Panji sedikit asing dengan wanita di hadapannya.

Apa berita salah satu tim marketing resign karena dimarahi oleh Raksa itu benar? Lalu, orang ini adalah penggantinya? Benar-benar luar biasa tim rekrut perusahaan ini, mencari orang yang tak punya rasa takut seperti ini.

Karisma mengangguk. "Iya, saya baru mulai bekerja kemarin," jawab Karisma tanpa menatap pria di hadapannya.

Tangan gemetar Karisma disembunyikan dengan menggenggam erat berkas di tangannya. Anehnya, kenapa berhadapan dengan bosnya yang terkenal galak dia tidak merasakan takut seperti ini.

"Kenalin gu-"

"Saya pamit, Pak. Pekerjaan saya belum selesai," potong Karisma tidak mau terlalu lama berinteraksi dengan pria itu.

Panji mematung di tempat. Wanita itu baru saja menolak berkenalan dengan dirinya. Wah, luar biasa.

Raksa kembali masuk setelah sedikit menyentil tim manajemen barusan. Lalu, dia duduk di meja kerjanya dengan masih melihat Panji berada di sana sibuk dengan ponselnya.

"Udah beres?" tanya Panji memasukkan ponselnya ke dalam saku jasnya.

Raksa menoleh dan mengangguk memfokuskan kembali matanya pada layar komputer di hadapannya. "Perusahaan bayangan tapi belagu!"

"Mereka lagi minta belas kasihan lo!" timpal Panji sedikit tahu tentang topik pembicaraan ini. Perusahaan kecil yang meminta bekerja sama, tapi tidak bersedia menerima syarat utama perusahaan ini.

"Gue udah kasih kesempatan. Perusahaan ini juga nggak butuh mereka!" ujar Raksa singkat.

Panji berdehem tidak ingin memperpanjang masalah ini. "Yang tadi karyawan baru?" tanyanya kepada Raksa.

Dark Of Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang