Secercah sinar merah meluncur deras keluar dari telapak tangan Partanu, dan langsung menghantam dahan pohon yang dihinggapi Rangga.
Glarrr!
Kembali terdengar ledakan dahsyat begitu sinar merah menghantam pohon. Tampak pohon itu hancur berkeping-keping, menyebar ke segala arah. Pada saat yang bersamaan, tubuh Pendekar Rajawali Sakti melenting ke udara. Setelah berputaran beberapa kali, kakinya segera mendarat ringan, tepat di samping pedangnya yang tergeletak di tanah. Cepat Rangga memungut pedang pusakanya, dan menggenggam tepat di tengah-tengah sarung pedangnya.
“Hiyaaa...!”
Kembali Partanu menghentakkan tangannya ke depan, mengarah kepada Pendekar Rajawali Sakti. Kembali sinar merah melunak deras dengan kecepatan bagai kilat.
“Hup!”
Rangga cepat melompat menghindari terjangan sinar merah itu. Seketika ledakan dahsyat kembali terdengar saat sinar merah itu menghantam tanah. Debu langsung mengepul membumbung tinggi ke angkasa, dan tanah itu berlubang besar bagai sebuah lubang kuburan gajah. Sementara, beberapa kali Rangga bergulingan di tanah, lalu cepat melompat bangkit berdiri.
“Hhh! Rupanya kau cukup tangguh juga, Monyet Keparat..!” geram Partanu dingin.
“Hm...,” Rangga hanya menggumam pelan tidak jelas.
Saat itu, Partanu merentangkan kakinya lebar-lebar ke samping. Pedangnya dimasukkan kembali ke dalam sarung, dan disampirkan ke pinggang, lalu perlahan menjauh. Kemudian tangan itu bergerak perlahan seperti melambai turun naik dengan gemulai.
Sedangkan Rangga pelahan-lahan menggeser kakinya sambil memasang kembali pedangnya di punggung. Juga, segera dirapatkan kedua tangannya di depan dada, tepat di saat kedua tangan Partanu yang kini memerah bagai bara, berada di pinggang. Lalu perlahan-lahan seluruh tubuh pemuda itu terselimut cahaya merah.
“Hm...,” kembali Rangga bergumam pelan.
Udara di sekitarnya jadi terasa panas menyesakkan. Dan Rangga langsung bersiap menghadapi serangan selanjutnya. Pelahan Pendekar Rajawali Sakti itu menurunkan kedua tangannya, lalu memutar tangan kanan di depan dada, dan meletakkannya di samping pinggang. Sedangkan tangan kirinya terbuka dengan ibu jari menempel pada dada.
“Yeaaah...!” tiba-tiba Partanu berteriak keras melengking tinggi.
“Yaaa...!” Rangga juga berteriak keras.
Hampir bersamaan, mereka melompat ke depan dengan kecepatan yang tinggi sekali. Masing-masing tangan merentang lurus ke depan dengan telapak terbuka dan jari-jari merapat menjadi satu.
“Hiyaaa...!”
''Yeaaah...!” Glarrr...!
Ledakan keras menggelegar kembali terdengar. Kali ini lebih dahsyat dari sebelumnya, tepat ketika dua pasang telapak tangan beradu di udara. Tampak, kedua tubuh berpentalan ke belakang, lalu jatuh bergulingan di tanah. Mereka sama-sama memuntahkan darah dari mulut, tapi dengan cepat bangkit berdiri kembali.
Sret!
Partanu langsung mencabut pedang, lalu menyilangkannya di depan dada. Sedangkan Rangga menggerak-gerakkan tangannya di depan dada, karena merasa jalan pernapasannya menjadi agak tersendat. Namun hanya sedikit mengerahkan hawa murni, pernapasannya kembali seperti semula.
“Hiyaaat..!”
Partanu sudah kembali melompat menyerang sambil menghunus pedang di tangan. Pada saat itu, Rangga baru saja selesai mengatur pernapasannya kembali. Terjangan Partanu demikian cepat, membuat Pendekar Rajawali Sakti itu sedikit tergagap. Namun cepat sekali dijatuhkan dirinya ke tanah di saat Partanu menebaskan pedang ke arah leher.
“Hup!”
Bergegas Rangga melompat bangkit berdiri, karena pada saat itu Partanu sudah kembali menyerang lewat tebasan pedangnya yang dahsyat dan cepat luar biasa. Kembali mereka terlibat pertarungan sengit. Namun sampai sejauh ini, Rangga belum menggunakan senjata karena masih sanggup melayaninya dengan tangan kosong.
Tapi setelah pertarungan itu sudah lebih dari sepuluh jurus. Pendekar Rajawali Sakti mulai merasa terdesak. Serangan-serangan yang dilancarkan Partanu semakin dahsyat, terlebih lagi sekarang ini menggunakan senjata pedang.
“Phuih...!” Rangga mendengus dalam hati. Tepat ketika pedang Partanu mengibas ke arah kepala, Rangga cepat-cepat menarik kepalanya ke belakang. Dan begitu pedang Partanu lewat, dengan cepat dicabut pedang pusakanya dari warangka di punggung.
Sret! Cring!
Tepat pada saat itu, Partanu sudah kembali menebaskan pedangnya ke arah dada. Seketika, Rangga membabatkan pedang yang memancarkan cahaya biru berkilau itu ke arah pedang lawannya.
Trang! “Hah...?!”
Partanu terbeliak kaget begitu melihat pedangnya terbabat buntung jadi dua. Dan lebih terkejut lagi, pegangannya pada pedang juga terlepas, disertai rasa nyeri pada seluruh persendian lengan. Buru-buru pemuda itu melompat mundur sejauh lima langkah.
Sinar matanya masih belum bisa mempercayai apa yang baru saja terjadi. Tapi kenyataannya, pedangnya kini tergeletak di tanah dalam keadaan buntung. Sedangkan Rangga berdiri tegak dengan pedang bersinar biru melintang di depan dada.
“Kali ini kau boleh bangga, Kisanak. Tapi tunggulah pembalasanku!” desis Partanu menggeram.
Setelah berkata demikian, Partanu langsung berbalik dan melesat pergi. Cepat sekali lesatan pemuda itu. Sehingga dalam waktu sekejap mata saja, bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan mata. Rangga memasukkan kembali Pedang Pusaka Rajawali Sakti ke dalam warangkanya di punggung, dan seketika sinar biru lenyap. Pendekar Rajawali Sakti itu memutar tubuhnya dan menghampiri Mega yang masih berdiri agak jauh dari tempat pertarungan tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
41. Pendekar Rajawali Sakti : Asmara Maut
ActionSerial ke 41. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.