| hurt

578 48 9
                                    

Whit black background please^^

Thx^^































Angin malam yang menyerbu masuk tak meluruhkan kegembiraan mereka.

Hanya piyama hitam kembar semua-lah mereka berharap kehangatan.

Lampu kamar sang pemilik rumah sengaja dimatikan.

Sinar dari tv 24 inchi sudah cukup untuk penerangan sekaligus peralatan nobar mereka kali ini.

Ditemani sekotak pizza keju dan segelas coklat panas permasing orang.

Mereka dengan nikmat memecah keheningan rumah besar nan kosong milik Jiu.

Tawa mereka terkadang pecah ketika pelakon lelaki drakor itu mengalami hal-hal yang sangat konyol.

Mereka juga terkadang terhanyut bersama gombalan-gombalan lelaki tadi dengan lawan pelakon wanita.

"Aaa~ Gyunsoo-ssi~ aku juga mau dipeluk~"

Celoteh perempuan bertubuh mungil diantara mereka.

"Sini-sini~ aku peluk" balas seseorang di sebelahnya, sang pemilik rumah. Memeluk erat teman karibnya itu.

"Mau dipeluk juga~" gadis berambut cepak juga ikut-ikutan mengalungkan lengannya ke punggung perempuan tadi.

"Ahhh~ Bin, aku juga mau dipeluk kamu"

"Udah, semua aja pelukan. Biar kayak teletabis"

Mereka bertujuh pun berpelukan erat. Seakan menghantarkan kehangatan lebih untuk yang ditengah yang kekurangan lemak.

"Bukannya teletabis ada empat ya?" celetuk salah satu dari mereka.

Mengangkat kepalanya menghadap sahabatnya tadi yang berkata.

"Teletabisnya bener ada empat, sisanya hasil mutasi sama mataharinya"

Balas perempuan berambut biru yang tadi celetuk tidak jelas.

"Widih, sapa aja tuh?" tanya yang lain.

"Ya... elu, si embul sama yang lagi lo peluk" gadis berambut laut itu tertawa kecil.

"Abis ini kita baku hantam ya, Yon" balas suara cempreng ditengah pelukan.

"Oke Bu"

Tawa mereka pecah lagi. Sangat keras. Mereka tidak peduli sekeras apapun suara mereka.

Persahabatan tetap terjalin erat.

Waktu masih pukul sembilan malam. Mereka baru menyelesaikan empat dari sepuluh episode.

Malam masih panjang. Kenangan ini masih bisa mereka buat panjang lagi.

































"Malam itu begitu hangat dengan canda-ria kita dan irama hujan diluar sana. I don't wanna leave you all alone" -Kim Yoohyeon.































"Eomma sudah pusing dengan kelakuanmu"

Yoohyeon menunduk saja di jok belakang. Tidak tahu harus berbuat apa.

Ia juga tidak salah banyak.

"Dari awal Appa dan Eomma membiayai kampus kamu biar kamu bisa jadi anak hebat kelak"

REPLAY -hiatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang