Hari itu mereka bertujuh memutuskan berlibur ke sebuah villa kepunyaan Jiu. Dia anak yang paling beruntung.
Mobil yang ditumpangi pun darinya juga. Lengkap dengan supir pribadinya juga.
Di villa itu, mereka berencana mengadakan beberapa agenda kecil yang menyenangkan.
Seperti nonton bersama satu atau dua judul film drama. Begitulah acara malam liburan sekolah mereka.
"Eh, nanti mau nonton apa?" Jiu nyeletuk dari kursi depan.
"Horror kuy! Biar seru!" Sua menyahut dari bangku belakang. Bersuara keras.
"Alah~ tontonanmu horror terus mak! Pantesan badannya makin kerdil. Gak pernah gerak sih! Hahaha"
Satu isi mobil itu langsung penuh dengan suara gelak tawa. Sua dibelakang sudah menggelembungkan pipinya marah.
Ia tidak suka jika badannya jadi bahan olok-olokkan. Lagipula, dia bahkan yang paling lentur diantara mereka.
"Gue bukannya kerdil ya!" Sua kembali bersuara lantang.
"Tulang gue cuman lambat pertumbuhan aja! Jadi kalian gausah ngiri sama gue!" Sua tergelak dibelakang.
Orang sebelahnya, Yoohyeon dan Siyeon, reflek menutup telinga. Takut telinga mereka tidak bisa mendengar lagi.
Siyeon akhirnya menyerah. Ia menyenggol lengan Sua. "Ketawa ya ketawa. Tapi sans dong! Gak kayak mak-mak jualan dipasar!"
Semua kembali larut dalam gelak tawa masing-masing. Membiarkan Sua unnie cemberut disebelah Yoohyeon.
Kemudian, Yoohyeon mendapat panggilan alam. Ia mengkonfirmasi ke Jiu dan berakhir ke supir tersebut.
Beberapa saat kemudian, setelah supir itu mengecek peta digitalnya, ia mengangkat suara.
"Tidak ada rest area terdekat dari sini" ucapnya dibuat sesopan mungkin.
Yoohyeon mengela napas. Dibawah sana semakin mendesak ingin keluar. Sudah tidak ada waktu lagi.
"Terus gimana? Dah diujung nih" ia merintih di belakang sambil merapatkan pahanya.
Sopir didepan terlihat berpikir sejenak. "Ya, kalau begitu, dipinggir jalan saja. Kalau sudah kepepet"
Yoohyeon melongo mendengar kalimatnya. Diluar? Di semak-semak pinggir jalan begitu? Tidak, Yoohyeon tidak mau.
"Apa tidak ada alternatif lain?" Yoohyeon bertanya gusar.
"Maaf noona, tidak ada pilihan lain" ucap sopir itu final.
Yoohyeon berpikir keras di keadaan yang segenting ini. Kalau cuma itu, tidak apalah. Asal aman dan sepi saja kan?
"Baiklah, tepikan mobilnya di depan sana. Seperti nya aman"
"Ketika bulan merah terbit dan memancarkan sinarnya ke bumi. Disitulah awan hitam mengutuknya" -unkwon.
Mobil pun menepi ke sebuah hutan kecil. Atau bisa dibilang kebun yang dibiarkan tumbuh liar.
"Siyeon-ssi, temani aku yuk?" Yoohyeon mengapit tangannya.
Siyeon menghela napas, seperti sudah tahu akan dibawa pergi menemani. Ia mengangguk terpaksa.
Kami keluar dari mobil. Lalu menerobos beberapa barikade semak-semak belukar. Siyeon membawa senter.
KAMU SEDANG MEMBACA
REPLAY -hiatus
Misterio / Suspenso"Tetang kenangan kelam yang terus menghantuinya" Yoohyeon anak penakut. Yoohyeon anak cengeng. Yoohyeon anak pembuat onar. Yoohyeon anak lemah. Hatinya tidak akan pernah berhenti berkata demikian. Untunglah teman-temannya itu masih ada disisinya. Be...