| forgeting

172 37 4
                                    

Aku terpaku sejenak. Menerawangi tubuh anak itu yang sama sekali tidak tembus pandang. Karena kupikir anak itu hantu atau semacamnya.

"Do you see me, Kim Yoohyeon?"

Anak itu kembali bersuara serak. Seperti menahan perih di tenggorokannya. Aku terjatuh duduk. Tanganku gemetaran.

Aku membekap mulutku sendiri. Air mataku perlahan mulai jatuh perbulir.

Hatiku mengatakan kalau aku pernah melihat anak itu. Yang berambut sama dengan model kepangan yang sedikit berantakan.

Tapi otakku mengatakan aku pertama kali melihatnya sekarang. Aku tidak pernah bertemu dengan anak ini sebelumnya.

Anak itu semakin mendekatiku dengan merangkak. Aku semakin menempel pada dinding kantin. Air mataku semakin mengucur.

Karena setiap ia bertanya tanpa kujawab, wajah anak itu semakin rusak. Awalnya hanya pipinya yang menjadi ada luka bakar.

Kemudian yang kedua, mulutnya mulai robek. Nyaris mengenai telinganya. Dan yang ketiga, matanya hampir lepas dari tempatnya.

Itulah yang membuatku ketakutan. Aku memang bukan anak istimewa seperti beberapa teman se-kampusku.

Aku juga di juluki sebagai anak penakut di antara ke tujuh sahabatku. Aku akui itu.

Aku mencoba berdiri dengan sisa tenagaku. Mataku masih mengawasinya lekat. Takut kalau dia bisa saja mencengkeram kakiku dengan tangannya yang pucat.

"Do you remember me, Kim Yoohyeon?"

Setelah itu, aku berlari tunggang langgang menjauh dari kantin. Aku tidak mengenal arah sekarang. Biar kakiku yang menuntun.
































"Sungguh! Aku tidak ingin melihat anak itu lagi. Hatiku merasa bersalah bercampur ketakutan saat melihatnya" -Kim Yoohyeon.
































Cuaca tiba-tiba menghangat. Sepertinya yang tadi aku berlari di koridor kampus, kini berganti menjadi hutan yang sepi.

Berkas cahaya matahari yang masuk melalui daun-daun pohon menyinari mataku. Aku berhenti di sebuah pohon yang sepertinya pinus.

Aku duduk di bawahnya sambil mengipasi leherku. Dadaku tidak terlalu naik turun, hanya aku merasa haus.

"Ya! Yoohyeon-na! Tunggu!"

Telingaku menangkap seberkas suara dari arah belakangku. Aku terkejut saat otakku mengkonfirmasi kalau suara itu mendekatiku.

Aku pelan-pelan menoleh kebelakang. Siapa lagi ini? Semoga bukan orang aneh. Atau yang seperti Siyeon waktu itu.

Mata coklatku menangkap dua sosok disana. Dua anak kecil bermain bersama. Salah satu dari mereka membawa keranjang berisi bunga.

Yang berlari di depan terlihat kurus namun tinggi. Dan yang di belakangnya, terlihat kecapekan berlari.

"Yoohyeon-na! Apa kau tidak mendengarku! Ya!" anak  itu berteriak sekali lagi. Tangannya ditaruh dipinggang.

Anak yang berada di depan--tepatnya di atas batu besar, berbalik menatap temannya yang bernafas banyak-banyak.

"Kau lambat sekali! Cepatlah naik!"

Aku masih tidak percaya itu aku. Apa waktu aku kecil, aku memiliki teman seperti dia? Kalau sekarang mungkin ada.

Aku membuntuti mereka hingga ke puncak dari bukit ini. Udaranya sedikit dingin disini. Aku memeluk diriku sendiri sambil tetap memperhatikan mereka.

REPLAY -hiatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang