Happy reading:)
Vomen dulu baru baca
"Iya papa, ini Cia udah di bandara kok." Ucap seorang gadis berambut panjang dan lurus itu dengan seseorang lewat ponsel miliknya. Gadis dengan style atasan putih polos dipadu dengan skinny jeans pink dan sneaker putih itu berjalan dengan beberapa bodyguard dibelakangnya.
"Oke Pa, jangan bilang sama bunda, Cia mau pulang sekalian surprise ulangtahun buat bunda." Lanjutnya lagi,
"Love you too Pa, bye." Gadis itu mengakhiri sambungan teleponnya dan menghela napasnya, sebenarnya berat bagi dirinya untuk kembali ke Jakarta. Tetapi, biar bagaimana pun dia tidak bisa melanggar perjanjiannya dengan sang Papa.
Felycia Grachiana Edward, gadis cantik itu merupakan putri dari salah seorang pengusaha terkenal dan tersukses bahkan perusahaan miliknya sampai bercabang hingga ke negeri orang.
Tak heran jika kini semua mata tertuju padanya, gadis dengan tinggi 160 cm itu dikawal oleh beberapa orang bertubuh kekar, menghalau para wartawan yang sudah lama mengincar dirinya dan bertanya-tanya tentang kemana dirinya selama ini.
Gadis itu melirik arloji yang melingkar dipergelangan tangannya, masih satu jam sebelum pesawatnya take off menuju Jakarta, kota metropolitan tempat kelahirannya. Tak terasa waktunya di Bandung, tepatnya dirumah Oma nya telah berakhir. Sebenarnya masih ada sisa seminggu lagi sebelum ia masuk kesekolah barunya.
Sekolah baru bukan berarti ia merupakan murid tahun ajaran baru. Cia sudah duduk dikelas dua belas, ia pindah lagi ke Jakarta sesuai perjanjiannya dengan papanya dulu.
kakinya terasa pegal setelah berdiri lebih kurang sepuluh menit. Berbicara dengan Papanya yang super posessive harus ekstra sabar, ia harus mendengarkan pesan yang menurutnya sudah sering di dengar seperti, 'Jangan lupa untuk mengecek semua barang mu', 'Jangan sampai ada yang ketinggalan' dan yang paling menyebalkan baginya adalah 'Pakai baju yang tebal biar kamu gak masuk angin.'
Ayolah Cia bukan anak kecil lagi, pikirnya. Ketika Papanya selalu menganggapnya seperti bayi yang baru dilahirkan semalam atau gadis kecil yang dulunya belepotan ketika makan coklat, Cia sudah besar.
Cia kemudian mengedarkan pandangannya mencari tempat duduk. Kedua sudut bibirnya terangkat ketika dia menemukan sebuah kursi kosong, ia melangkahkan kakinya menuju kursi tersebut. Saat sedang berjalan, ponselnya bergetar. Cia merogoh Gucci Ophidiah mini slingnya dan membaca pesan masuk dari sahabatnya di Jakarta sambil berjalan.
Brukk.....
"Aish! Ponsel gue," Cia berjongkok, mengambil ponselnya yang terjatuh dilantai. Ia menggeram kesal saat melihat layar bagian atas ponselnya retak akibat berbenturan dengan lantai.
Cia bangkit dan menatap orang yang menabraknya itu dengan perasaan dongkol, "Kalau jalan liat-liat dong! " Ucap Cia ketus, ia mematikan daya teleponnya dan menatap kembali orang yang menabraknya.
"Kilu jilin liit-liit ding." Orang itu bersedekap dada sambil menirukan ucapan Cia.
Cia menatap tak suka kearah orang itu, "Harusnya lo yang jalannya pakai mata!" Orang itu berjalan menjauhi Cia setelah mengucapkan kalimat yang makin membuat Cia kesal padanya.
"Ihh lo tuh ya! Udah salah bukannya minta maaf." Pekik Cia, gadis itu meremas jemarinya sendiri.
Orang itu berbalik kembali mendekati Cia, dengan angkuh gadis itu mengangkat kepalanya. Menantang orang didepannya itu. "Sesusah itu buat lo untuk minta maaf?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Love
Teen Fiction"Gila ya lo?" Ucapnya kesal, "Lo tuhh yang gila!" balas gadis itu sambil menjulurkan lidahnya. "Dasar cewek tulalit!" "Dasar Cowok Telolet!" Kisah dari cewek tulalit yang di sandingkan dengan cowok telolet Tiada hari tanpa pertengkaran dan cekcok ke...